Khotbah Jumat Sayyidinā Amīrul Mu’minīn, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalīfatul Masīḥ al-Khāmis (أيده الله تعالى بنصره العزيز, ayyadahullāhu Ta’ālā binashrihil ‘azīz) pada 14 Maret 2025 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford (Surrey), UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)
أَشْھَدُ أَنْ لَّا إِلٰہَ إِلَّا اللّٰہُ وَحْدَہٗ لَا شَرِيْکَ لَہٗ وَأَشْھَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُہٗ وَ رَسُوْلُہٗ
أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰہِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ۔
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اَلۡحَمۡدُلِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ۙ﴿۲﴾ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۙ﴿۳﴾ مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ ؕ﴿۴﴾إِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ إِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿۵﴾ اِہۡدِنَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿۶﴾ صِرَاطَ الَّذِیۡنَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۬ۙ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ﴿۷﴾
Dengan karunia Allah Taala, kita sedang melewati sepuluh hari kedua Ramadan. Allah Taala telah menyebutkan hubungan khusus antara Al-Qur’an dengan Ramadan. Dia telah menyebutkan suatu keterkaitan khusus dan berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
Bulan Ramadan ini, yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai tanda-tanda yang jelas yang berisi penjelasan tentang petunjuk dan hal-hal yang membedakan antara yang hak dan yang batil. (Al-Baqarah:186)
Oleh karena itu, kita telah diarahkan secara khusus untuk menilawatkannya di bulan ini. Di zaman ini, Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga telah mengarahkan perhatian kita, yang telah diutus oleh Allah Taala sebagai Imam dalam penghambaan kepada Hazrat Rasulullah saw.. Hazrat Rasulullah saw. telah memberikan perhatian khusus terhadap hal ini dengan bersabda, “Bacalah Al-Qur’an dengan perhatian khusus.”
Hazrat Jibril a.s. setiap tahun biasa mengulangi bacaan Al-Qur’an yang telah diturunkan kepada Rasulullah saw., dan pada tahun terakhir kehidupan beliau, pengulangan itu diselesaikan dua kali. Jadi, pentingnya Al-Qur’an dan kaitannya dengan Ramadan sangatlah besar. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat hal ini dan memberikan perhatian pada membaca Al-Qur’an, mendengarkannya, dan menghadiri daras-darasnya. Di tempat kita, ada pengaturan untuk daras Al-Qur’an di masjid-masjid dan juga pengaturan untuk salat tarawih. Penekanan diberikan pada pembacaan Al-Qur’an; tilawat secara harian disiarkan di MTA dan ini juga harus didengarkan. Akan tetapi, keberkatan dan manfaatnya hanya bisa didapatkan jika kita berusaha untuk mengamalkan apa yang kita dengar. Banyak orang yang tidak mengerti bahasa Arab tidak dapat memahami Al-Qur’an dengan benar, maka tersedia terjemahan-terjemahannya. Terjemahan ini harus dibaca bersama dengan tilawatnya. Kita harus merenungkan selama daras-daras berlangsung.
Para Khalifah telah menyampaikan hal ini dalam khotbah-khotbah mereka, dan begitu pula hal ini telah dijelaskan dalam daras-daras. Ini akan menambah pengetahuan kita. Jadi, jika kita ingin mendapatkan manfaat, kita bisa mendapatkannya saat ini juga dengan membaca Al-Qur’an dan berusaha untuk mengamalkannya. Pada hari-hari Ramadan, Allah Taala telah mengarahkan perhatian kita secara khusus ke arah ini, karena Al-Qur’an yang Allah Taala firmankan telah diturunkan di bulan Ramadan, maka bacalah ia secara khusus dan berusahalah untuk mengamalkannya. Ketika Anda melakukan ini, maka ia akan menjadi bagian dari kehidupan Anda. Jadi, ketika Allah Taala berfirman bahwa di dalamnya terdapat petunjuk, maka manusia bisa mengikuti petunjuk itu ketika ia mengetahui perbedaan antara yang benar dan yang salah, dan pengetahuan ini bisa bermanfaat ketika kita mengamalkannya. Maka, seperti yang telah saya katakan, setelah mendengarkan terjemahan dan daras, kita harus menjadi orang yang mengamalkannya.
Al-Qur’an telah memberikan hukum-hukum dan ajaran-ajaran yang harus kita amalkan. Jika kita hanya mendengarkan lalu melupakannya, membacanya lalu tidak memperhatikannya, maka kita tidak akan dapat memperoleh manfaat-manfaat yang bisa kita dapatkan dari Al-Qur’an. Allah Taala telah menarik perhatian kita ke arah ini dan menjelaskan pentingnya hal ini di awal Al-Quran dalam Surah Al-Baqarah. Ini adalah ayat ketiga. Allah berfirman,
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ
Artinya, “Inilah Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Al-Baqarah:3)
Maka, untuk berjalan di atas takwa dan menjadi seorang mukmin sejati, Allah Taala telah menetapkan bahwa mengamalkan kitab ini adalah wajib. Di bulan Ramadan, kita mencari cara bagaimana kita bisa berjalan di atas takwa sambil berusaha untuk meraih kedekatan dengan Allah Taala. Kita berusaha untuk memberikan contoh menjadi seorang mukmin sejati, mendapatkan petunjuk, dan menjadi pewaris karunia-karunia Allah Taala.
Alhasil, Allah Taala telah memberitahukan bahwa jika ini adalah tujuannya, maka Kitab ini telah diberikan kepada kalian, maka amalkanlah isinya. Ketika kalian mengamalkannya, maka kalian akan memperoleh manfaat yang tak terhitung jumlahnya. Allah Taala telah berfirman dengan jelas bahwa ini adalah sebuah mata air yang siapa pun yang mendekatinya dengan hati yang suci untuk mengambil manfaat darinya, ia akan mendapatkan manfaat tersebut. Dia akan maju dalam ketakwaan dan juga akan terhitung di antara orang-orang yang mendapat petunjuk, karena Kitab ini adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya bahwa ia adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Pintu karunia dan berkah-berkahnya akan senantiasa terbuka, dan di setiap zaman ia tetap menonjol dan bersinar seperti pada zaman Rasulullah saw..”
Jadi ini adalah pernyataan dari Kitab ini bahwa jika kalian mendatanginya dengan hati yang suci, kalian akan terhindar dari setiap keburukan, termasuk di antara orang-orang yang mendapat petunjuk, dan menjadi orang-orang yang berjalan di atas ketakwaan. Kemudian sebagaimana Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah bersabda, karunia-karunianya akan senantiasa mengalir, orang-orang yang mengamalkannya akan selalu terhindar dari setiap keburukan. Di jalan-jalan terdapat semak berduri, ada beberapa hal yang salah yang menarik perhatian manusia dan berusaha menjauhkannya dari agama, yang mengarah pada keburukan. Jika kita terus berjalan dan mengamalkan Al-Qur’an, maka kita pun akan terhindar dari hal-hal tersebut. Maka kita harus selalu mengingat hal ini bahwa ketika di bulan Ramadan kita memberikan perhatian khusus untuk membaca dan mendengarkan Al-Qur’an, kita datang ke tarawih, kita datang ke pengajian-pengajian. Di rumah-rumah pun Al-Qur’an dibaca lebih banyak dari sebelumnya.
Jika seseorang tidak sekali mengkhatamkan, setidaknya ia pasti meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur’an pada hari-hari ini. Pertama-tama, kita harus berusaha untuk menamatkan Al-Qur’an sekali di bulan Ramadan, sebagaimana yang telah saya katakan bahwa sunnah Nabi Muhammad saw. adalah beliau saw. secara khusus menyelesaikan sekali bacaan Al-Qur’an di bulan Ramadan dan Jibril a.s. mengulanginya bersama beliau.
Untuk memanfaatkan dan mengikuti sunnah ini, pertama-tama kita harus sekali mengkhatamkan Al-Quran. Kedua, seperti yang saya katakan, mereka yang tidak mengerti bahasa Arab – dan ada banyak orang di dunia selain negara-negara Arab yang tidak mengerti bahasa Arab – harus membaca terjemahan dan tafsirnya juga. Seperti yang saya katakan dalam khotbah sebelumnya, kita harus mencatat poin-poin penting agar kita dapat mengamalkannya dan mendapat petunjuk. Dengan demikian, kita akan memiliki pengetahuan yang benar tentang kebaikan dan keburukan, petunjuk yang benar, dan jalan-jalan yang benar menuju ketakwaan. Kemudian dengan mengamalkannya, kita juga akan mendapatkan karunia dari Allah Taala.
Beberapa orang berpikir bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang sangat sulit, tetapi Allah Taala berfirman:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an sebagai nasihat dan peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Al-Qamar:18)
Jadi, ini adalah pernyataan Allah Taala, ini adalah pernyataan Wujud yang telah menciptakan manusia. Dia mengetahui fitrat manusia, mengetahui keadaannya, mengetahui kemampuan-kemampuannya. Dia berfirman: Aku telah memberikan ajaran yang mudah dalam Al-Qur’an, untuk mengamalkannya kalian tetap harus berusaha, dan jika kalian berusaha maka kalian akan berhasil dan menjadi pengamal ajarannya. Jadi, nasihat untuk kalian adalah berusahalah sekuat tenaga untuk mengamalkannya. Janganlah menjadi Muslim hanya dalam nama saja. Kita tidak boleh hanya mengaku, terutama kita sebagai Ahmadi, yakni kita bukan hanya Muslim dalam nama saja, melainkan kita telah menerima Masih Mau’ud dan Mahdi Ma’hud di zaman ini, dan kita mengimaninya agar menjadi orang-orang yang dekat dengan Allah Taala. Kita telah menerima sosok yang datang sesuai dengan nubuatan Allah Taala, untuk memenuhi perintah-Nya dengan mengamalkan perintah-perintah-Nya. Maka karena kita telah menerimanya, sekarang kita juga harus menjadi orang-orang yang mengamalkan perintah-perintah Al-Qur’an Karim. Jika kita tidak memiliki hal ini, maka pengakuan baiat kita juga sia-sia. Allah Taala telah berfirman: Aku telah menjadikan Al-Qur’an ini mudah dan telah memberikan nasihat dengan cara yang sangat mudah dengan memperhatikan fitrat manusia sehingga setiap orang dapat mengamalkannya dengan sangat mudah. Tuhan telah menjelaskan aturan dan pedoman, menyampaikan perintah-perintah serta menjelaskan cara-cara beribadah. Dia telah menjelaskan hukum-hukum bermasyarakat serta bagaimana seharusnya menjalin hubungan antar sesama. Dengan ini, jika kalian mengamalkannya, maka kehidupan kalian akan berjalan dengan penuh ketenangan, lingkungan kalian akan penuh kedamaian, dan kalian akan terus menjadi orang-orang yang mewarisi karunia-karunia Allah Taala. Jadi, ini adalah hal yang harus dipahami oleh kita semua, dan jika kita memahaminya, kita akan terus menjadi pewaris karunia-karunia Allah Taala. Dengan ini, hubungan rumah tangga kita akan selalu baik, hubungan kita dalam masyarakat juga akan selalu baik. Kemudian, kemampuan pikiran kita yang lainnya pun akan mengalami peningkatan yang besar. Perhatian kita akan tumbuh untuk memperoleh makrifat Allah Taala.
Kita para Ahmadi beruntung karena di zaman ini kita diberi taufik untuk menerima Hazrat Masih Mau’ud a.s.. Allah Taala telah mengutus beliau a.s. sebagai hakim yang adil, dan beliau a.s. telah menganugerahkan kepada kita khazanah Al-Qur’an yang tersembunyi dan menyajikan di hadapan kita tak terhitung banyaknya makrifat-makrifat Al-Qur’an Karim. Untuk ta’lim dan tarbiyat kita, beliau a.s. telah menjelaskan dengan cemerlang perintah-perintah yang terkadang tidak dapat kita pahami dan membuatnya mudah bagi kita. Jadi, jika Allah Taala berfirman bahwa Aku telah membuatnya mudah, maka untuk membuatnya mudah Allah Taala juga telah menciptakan guru-guru di berbagai zaman, dan di zaman ini Dia telah mengutus Hazrat Masih Mau’ud a.s. untuk membuka pintu-pintu ilmu dan makrifat, yang telah memberitahukan segalanya kepada kita.
Jadi, akan menjadi nasib buruk bagi kita jika kita tidak menjadi orang-orang yang memahami penjelasan, makna-makna, dan tafsir Al-Qur’an dari Hazrat Masih Mau’ud a.s. dan mengamalkannya. Allah Taala telah mengutus seorang wakil di zaman ini sesuai dengan janji-Nya dan nubuatan Rasulullah saw.. Maka sekarang menjadi tugas kita untuk menerima beliau a.s., mendengarkan perkataan-perkataan beliau, merenungkan tafsir-tafsir Al-Qur’an Karim yang beliau a.s. berikan, dan mengamalkannya. Jika kita menjalankan hal ini, maka kita akan menjadikan kehidupan kita berhasil. Selain itu, para khalifah juga telah memberikan tafsir-tafsir. Hazrat Mushlih Mau’ud r.a. telah menulis Tafsir Kabir yang mencakup hampir setengah Al-Qur’an. Selain itu ada terjemahan dan tafsir lainnya; ada Tafsir Shaghir yang juga cukup jelas, dan ini adalah hal-hal yang di dalamnya terdapat perintah-perintah yang diterangkan dengan jelas. Terjemahannya juga sedang dikerjakan dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Jadi, kita harus memberikan perhatian khusus terhadap hal ini, bahwa di samping kita memusatkan perhatian pada membaca Al-Qur’an selama bulan Ramadan dan terjemahannya dalam berbagai bahasa seperti bahasa Jerman dan lainnya, kita juga harus berusaha untuk merenungkan makna dan isinya. Kita harus berusaha untuk menemukan perintah-perintahnya dan menjadikannya bagian dari kehidupan kita. Hanya mencintai Al-Qur’an saja tidaklah cukup. Hanya menyimpannya dengan hati-hati tidaklah cukup. Hanya menyentuhkannya ke dahi tidaklah cukup. Orang-orang datang kepada saya untuk mendoakan khatam Qur’an anak-anak mereka. Mereka harus ingat bahwa mereka telah memenuhi satu kewajiban dengan mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak mereka. Sekarang tugas mereka adalah menumbuhkan kecintaan yang terus-menerus untuk membaca Al-Qur’an, dan ini hanya bisa terjadi ketika orang tua sendiri juga memberikan perhatian ke arah ini. Mereka sendiri juga harus menjadi orang yang rutin membaca Al-Qur’an agar anak-anak melihat bahwa orang tua mereka sedang membaca Al-Qur’an. Mereka sendiri juga harus membaca terjemahan dan tafsirannya agar mereka memahami apa saja perintah-perintahnya dan ketika anak-anak bertanya, mereka juga dapat menjawabnya. Beberapa anak mengajukan pertanyaan-pertanyaan kecil dan orang tua mengirimkan pertanyaan itu secara tertulis untuk menanyakan jawabannya, padahal jika mereka sedikit saja membaca terjemahan dan tafsirnya, orang tua sendiri dapat menjawabnya dan mereka tidak akan memerlukan bantuan siapa pun.
Jadi, sekarang ini juga menjadi kewajiban orang tua bahwa setelah doa khatam Qur’an, tanggung jawab mereka semakin bertambah bahwa kitab Allah Taala yang merupakan kitab petunjuk, kitab pengetahuan yang telah Allah Taala berikan kepada kita, yang telah kita ajarkan membacanya kepada anak-anak kita, maka sekarang kita harus menanamkan kecintaan terhadapnya ke dalam hati mereka. Dan kecintaan itu hanya akan tumbuh ketika kita sendiri juga menunjukkan kecintaan terhadap kitab ini.
Oleh karena itu, setiap Ahmadi harus merenungkan bahwa hendaknya ia sendiri serta istri dan anak-anaknya juga memberikan perhatian pada membaca dan menilawatkan Al-Qur’an. Bacalah terjemahannya, bacalah tafsir Hazrat Masih Mau’ud a.s., bacalah tafsir para Khalifah; seperti yang telah saya katakan, ada beberapa yang harus didengarkan seraya membaca; ini juga tersedia dalam bentuk audio di MTA. Jika kita tidak membaca Al-Qur’an dengan cara demikian, maka kita harus gelisah dan setiap orang harus memikirkan tentang dirinya sendiri apakah hanya dengan menjadi Ahmadi kita telah memenuhi hak baiat atau apakah kita masih harus mencapai tujuan yang untuk itu Hazrat Masih Mau’ud a.s. datang.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda di suatu tempat: “Memang benar kebanyakan Muslim telah meninggalkan Al-Qur’an, namun cahaya, berkah dan pengaruh Al-Qur’an tetap hidup dan segar sepanjang masa. Oleh karena itu, aku telah diutus pada saat ini sebagai bukti.”
Beliau a.s. bersabda: “Aku telah diutus pada saat ini sebagai bukti dan Allah Taala selalu mengutus hamba-hamba-Nya pada waktu yang tepat untuk mendukung dan menolong-Nya karena Dia telah berjanji:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan adh-Dhikr ini, yaitu Al-Qur’an Suci, dan sesungguhnya Kami-lah yang menjaganya.” (Al-Hijr:10)
Maka setiap Ahmadi harus ingat bahwa apa pun yang akan kita peroleh adalah berkat Al-Qur’an Karim dan kita harus memberikan perhatian yang sangat besar kepadanya. Kemudian Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Meraih keberhasilan dengan meninggalkan Al-Qur’an Karim adalah hal yang mustahil dan tidak mungkin. Keberhasilan semacam itu hanyalah khayalan yang sedang dicari oleh orang-orang ini. Jadikanlah teladan para sahabat sebagai contoh di hadapan kalian. Lihatlah, ketika mereka mengikuti Rasulullah saw. dan mengutamakan agama di atas dunia, maka semua janji yang Allah Taala buat kepada mereka telah terpenuhi.”
Pada awalnya, para penentang menertawakan bahwa mereka (kaum Muslimin) saat itu tidak bisa keluar dengan bebas namun mengaku (akan) menaklukkan berbagai kerajaan. Tetapi dengan berserah diri dalam ketaatan kepada Rasulullah saw., mereka meraih apa yang tidak pernah para penentang dapatkan selama berabad-abad. Maka kita harus selalu ingat bahwa Al-Qur’an Karim adalah ajaran yang akan membawa kita pada keberhasilan, dan kita akan meraih keberhasilan darinya jika kita mengamalkan ajarannya serta berusaha mendekatkan diri kepada Allah Taala.
Dalam sebuah riwayat dari Hz. Abu Musa r.a., Rasulullah saw. bersabda: “Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya ibarat buah yang rasanya enak dan aromanya harum. Sedangkan mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an namun mengamalkannya – ia mendengar ajaran-ajarannya dari sana-sini lalu mengamalkannya – adalah ibarat kurma yang rasanya enak namun tidak memiliki aroma. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti tumbuhan yang aromanya harum namun rasanya pahit. Adapun perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti buah yang rasanya pahit dan aromanya juga pahit.
Maka dari penjelasan ini menjadi jelas bahwa kita harus membaca Al-Qur’an dan memahaminya serta mengamalkannya. Ketika kita mengamalkannya, maka kita akan menjadi seperti buah yang harum aromanya dan enak rasanya. Ini adalah perumpamaan yang sangat indah. Maka kita harus ingat bahwa ini juga merupakan fitrah manusia bahwa sesuatu yang lezat dan harum, sesuatu yang memiliki cita rasa yang membuat manusia menikmatinya, akan menimbulkan keinginan untuk memakannya berulang kali.
Dengan cara yang sama, kita juga harus memiliki keinginan untuk secara terus menerus membaca dan memahami Al-Qur’an. Dan ketika kita melakukannya, kita tidak hanya akan mendapatkan manfaat untuk diri kita sendiri, tetapi juga akan membawa manfaat bagi anak-anak kita dan lingkungan kita. Jadi, mereka adalah orang-orang yang maju dalam ketakwaan, yang mengamalkannya, yang mendapat petunjuk, dan kemudian menjadi makhluk yang bermanfaat bagi dunia. Dunia mendapat berkat dari mereka. Mereka sendiri menjalani kehidupan yang damai dan juga memberikan kedamaian dan ketenangan kepada dunia. Orang tua seperti itu benar-benar memenuhi hak anak-anak mereka. Mereka juga memenuhi hak tetangga mereka, mememenuhi hak satu sama lain dalam urusan duniawi mereka dan dalam lingkungan mereka. Demikian pula, mereka juga memenuhi hak mereka dalam nizam Jemaat dengan mengkhidmati Jemaat, karena mereka bertindak sesuai dengan petunjuk yang diberikan Al-Qur’an kepada mereka. Mereka juga memenuhi hak beribadah. Kemudian, seperti yang saya katakan, ketika orang tua seperti itu menjadi teladan bagi anak-anak mereka, maka anak-anak menganggap mereka sebagai panutan dan istri-istri menganggapnya sebagai contoh bagi diri mereka sendiri. Maka akan tercipta suasana penuh keagamaan di rumah, di mana rahmat Allah Taala selalu turun.
Jadi, hanya dengan mengamalkan ajaran Al-Qur’an, sebagaimana Allah Taala telah menyatakan bahwa darinya akan diperoleh petunjuk, dan ketika petunjuk diperoleh, maka kalian akan melihat perbedaan yang jelas dan sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan revolusi dalam kehidupan kalian. Inilah yang Allah Taala firmankan. Oleh karena itu, kita harus sangat menaruh perhatian untuk membacanya, memahaminya, dan mengamalkannya.
Kemudian Allah Taala berfirman bahwa orang yang menjalankan kebajikan seperti demikian bahwa ia tidak membaca Al-Qur’an secara teratur di rumah, tidak membaca terjemahannya, tidak merenungkannya, tetapi ketika ia mendengar dari orang lain bahwa Rasulullah saw. telah bersabda demikian, saat ia mendengar Al-Qur’an dalam daras-daras, mendengarnya dalam ceramah-ceramah, mendengar penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an atau perintah-perintah yang disampaikan oleh jemaat pada berbagai kesempatan, maka ia berusaha untuk mengamalkannya karena ini adalah perintah-perintah Al-Qur’an. Maka ketika ia berusaha untuk mengamalkannya, ia tidak merasakan kenikmatan seperti kenikmatan yang dirasakan orang-orang yang membaca Al-Qur’an, namun ia tetap mendapatkan sebagian manfaatnya dan mengambil faedah dari keharumannya. Tetapi orang yang membaca hanya untuk pamer dan tidak mengamalkannya, ia tidak mendapatkan manfaat apa pun darinya. Sedangkan orang yang tidak membaca Al-Qur’an dan tidak mengamalkannya, maka kehidupannya adalah puncak dari kemunafikan. Ia hanya mengaku secara lisan bahwa ia seorang Muslim, tetapi ia tidak mengamalkan ajaran Islam karena mengamalkan ajaran Islam tidak mungkin tanpa memperoleh pengetahuan Al-Qur’an. Hal itu tidak mungkin tanpa merenungkan perintah-perintah Al-Qur’an.
Oleh karena itu, kita harus memberikan perhatian besar terhadap hal ini bahwa kita harus membaca Al-Qur’an dan juga mengamalkannya agar kita menjadi orang yang memperoleh keharuman dan juga menyebarkan keharuman. Bukan hanya menjadi orang yang memperoleh keharuman, tetapi juga menjadi orang yang menyebarkan keharuman.
Dalam sebuah riwayat tertulis bahwa Hazrat Anas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Di antara manusia ada beberapa orang yang menjadi Ahlullāh (keluarga Allah).” Perawi berkata: kami bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, siapakah Ahlullāh itu?” Rasulullah saw. bersabda, “Orang-orang yang membaca Al-Qur’an adalah Ahlullāh dan orang-orang khusus Allah,” yaitu orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah Ahlullāh.
Hazrat Aqdas Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Orang-orang yang akan berhasil adalah mereka yang mengikuti Al-Qur’an. Keberhasilan tanpa Al-Qur’an adalah hal yang mustahil dan tidak mungkin.”
Saya juga telah memberikan banyak rujukan dari sabda Hazrat Masih Mau’ud a.s. tentang Al-Qur’an dalam khotbah-khotbah saya beberapa waktu yang lalu. Ada serangkaian khutbah yang di dalamnya saya menjelaskan secara rinci hal-hal yang beliau a.s. sampaikan kepada kita. Di sini saya juga menyampaikannya secara ringkas.
Beliau a.s. bersabda bahwa jika ingin meraih keberhasilan, itu tidak mungkin tanpa Al-Qur’an. Jika seseorang mengaku sebagai Muslim, maka Al-Qur’an harus dimiliki. Jika Al-Qur’an tidak ada di tangan, jika tidak mengamalkan Al-Qur’an, maka tidak ada keberhasilan yang bisa diraih meskipun mengaku sebagai Muslim. Oleh karena itu, setiap Ahmadi harus mencoba resep ini untuk meraih kesuksesan, yang dengannya agamanya akan maju dan dunia juga akan diraih.
Pertikaian dan kekacauan yang terjadi di kalangan umat Islam saat ini, saling membunuh, saling menuduh, pemerintah yang berperang melawan rakyat, rakyat yang melawan pemerintah, saling membunuh dan menjarah, pemberontakan yang terjadi – semua ini karena tidak mengamalkan Al-Qur’an. Memang kedua pihak mengaku memiliki Al-Qur’an di tangan mereka, namun keduanya jauh dari ajaran Al-Qur’an. Jika mereka benar-benar mengamalkan Al-Qur’an, hal-hal seperti ini tidak akan terjadi. Untuk mengamalkannya di zaman ini, Allah Taala telah mengutus seorang wakil, tetapi mereka tidak bersedia menerimanya. Jika mereka tidak menerimanya, maka mereka tidak dapat mengambil manfaat dari berkat-berkat yang telah Allah Taala kirimkan untuk membimbing kita.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Ingatlah bahwa Al-Qur’an Suci adalah sumber sejati keberkatan dan sarana keselamatan yang hakiki. Ini adalah kesalahan mereka sendiri yang tidak mengamalkan Al-Qur’an. Di antara mereka yang tidak mengamalkannya, ada satu kelompok yang bahkan tidak mempercayainya dan tidak menganggapnya sebagai firman Allah Taala. Orang-orang ini memang sudah sangat jauh tersesat. Namun betapa mengherankan dan menyedihkan jika mereka, yang meyakini bahwa itu adalah firman Allah Taala dan resep penyembuh untuk keselamatan, tidak mengamalkannya. Di antara mereka, banyak yang bahkan tidak pernah membacanya seumur hidup mereka.
Maka orang-orang yang sedemikian lalai dan acuh tak acuh terhadap firman Allah Taala, perumpamaan mereka adalah seperti seseorang yang mengetahui bahwa ada suatu mata air yang sangat jernih, manis, dan segar, dan airnya adalah obat mujarab untuk banyak penyakit. Ia meyakini hal ini, namun meskipun ia meyakininya, dan meskipun ia haus dan menderita berbagai penyakit, ia tidak mendekatinya. Betapa malang dan bodohnya orang seperti itu. Ia seharusnya meletakkan mulutnya di mata air itu dan memuaskan dahaganya serta menikmati air yang lezat dan menyembuhkan itu. Namun meskipun memiliki pengetahuan ini, ia tetap sejauh orang yang tidak tahu apa-apa dan terus menjauh darinya sampai kematian datang mengakhiri hidupnya. Sampai akhir hidup, sebagian orang bahkan tidak mengetahui keberkatan apa yang terkandung dalam Al-Quran Suci.
Beliau a.s. bersabda, “Keadaan orang seperti itu sangat mengandung pelajaran dan nasihat.” Keadaan umat Islam saat ini juga seperti itu. Mereka tahu bahwa Al-Quran Suci inilah yang seharusnya mereka amalkan untuk meraih segala keberhasilan, namun mereka tidak peduli. Meskipun mengetahui hal itu, mereka tetap tidak memperdulikan perintah-perintah Al-Quran Suci.
Beliau a.s. bersabda, “Aku menyeru kalian dengan kasih sayang dan itikad baik, dan bukan hanya karena kasih sayangku, tetapi juga karena perintah dan amanat dari Allah Taala, namun aku disebut sebagai pendusta dan dajjal.”
Beliau a.s. bersabda: “Keadaan kaum ini sungguh sangat memprihatinkan, tidak ada yang lebih memprihatinkan dari ini.” “Beliau a.s. bersabda: “Seharusnya umat Islam—dan hal ini tetap penting bagi mereka hingga sekarang—menganggap mata air ini sebagai nikmat yang agung serta menghargainya.” Penghargaan terhadapnya adalah dengan mengamalkannya, dan kemudian lihatlah bagaimana Allah Taala akan menghilangkan kesulitan dan masalah mereka. Andai saja umat Islam memahami dan merenungkan bahwa Allah Taala telah menciptakan jalan yang baik bagi mereka, dan lantas mereka berjalan di atasnya untuk mendapatkan manfaat.
Jadi, ini adalah hal yang seperti telah saya sampaikan sebelumnya, yakni semua keburukan yang sedang muncul di kalangan umat Islam terjadi karena mereka tidak mau menerima dan tidak mengamalkan Al-Qur’an. Mereka telah meninggalkan Al-Qur’an, hanya mengakui sebatas ucapan saja. Mereka hanya memegang Al-Qur’an di tangan, tetapi secara nyata telah meninggalkannya. Mereka telah melarang Al-Qur’an untuk para Ahmadi dan mengatakan bahwa mereka tidak boleh membacanya. Di Pakistan ada larangan terhadap Al-Qur’an, bahwa Ahmadi tidak boleh membacanya. Namun mereka sendiri tidak mengamalkannya. Meskipun mereka mengatakan hal ini kepada kita, tetapi mereka tidak dapat menghilangkan ajaran Al-Qur’an dari hati kita, seberapapun keras mereka berusaha, mereka tidak dapat menghilangkan kecintaan kepadanya dari hati kita.
Maka kita, terutama para Ahmadi, harus memberikan perhatian khusus terhadap hal ini. Kemudian karena mereka telah melupakan dan meninggalkan ajaran Al-Quran ini, serta tidak mau mendengarkan nasihat orang yang menjelaskan, kita melihat bagaimana keadaan mereka sekarang. Di mana-mana ada kegelisahan dan keadaan tidak aman. Jadi orang-orang ini harus merenungkan dan memikirkan, dan jika Al-Qur’an dianggap sebagai sumber petunjuk, maka perlu juga untuk mengamalkan perintah-perintahnya.
Dalam sebuah riwayat, diriwayatkan dari Hazrat Suhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang dalam amalannya ia menganggap halal apa yang diharamkan Al-Qur’an, maka ia tidak beriman kepada Al-Quran.” Artinya, jika seseorang tidak peduli terhadap apa yang dilarang oleh Allah Taala, jika ia tidak mengamalkan perintah-perintah Al-Quran, maka meskipun ia terus mengatakan “Alhamdulillah saya seorang Muslim”, imannya hanyalah iman yang kosong dan hanya pengakuan belaka. Allah Taala tidak peduli padanya, dan orang-orang seperti ini kemudian merugikan orang lain karena mereka telah menjauh dari Allah Taala dan merampas hak orang lain. Seperti contoh yang saya berikan, inilah keadaan umat Islam di dunia saat ini. Ada raja-raja, ada pemimpin-pemimpin, ada orang-orang dari berbagai golongan, mereka saling berperang satu sama lain. Umat Islam saling membunuh satu sama lain, orang-orang yang mengucapkan kalimat syahadat saling membunuh. Maka untuk menghindari hal ini, penting bagi orang-orang ini untuk mendapatkan petunjuk yang benar dari Al-Quran, dan pada zaman ini kewajiban terbesar ada pada para Ahmadi. Kewajiban seorang Muslim Ahmadi adalah untuk mengamalkannya sehingga dunia non-Islam dapat melihat amalan mereka dan mengetahui apa sebenarnya ajaran Islam dan apa perintah-perintah Al-Quran yang merupakan perintah-perintah perdamaian, keselamatan, cinta dan kasih sayang, perintah-perintah untuk menyebarkan persaudaraan dalam masyarakat dan perintah-perintah untuk menunaikan hak-hak hamba Allah.
Jadi, Muslim Ahmadi perlu memberikan banyak perhatian terhadap hal ini. Ketika membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan, renungkanlah hal-hal ini dan kemudian kita harus terus berusaha sepanjang tahun untuk menyebarkan ajaran ini secara permanen.
Dalam sebuah riwayat, Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa Jibril datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Akan segera muncul banyak fitnah.” Rasulullah saw bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril! Bagaimana cara menghindari fitnah-fitnah tersebut?” Jibril menjawab bahwa cara untuk menghindari fitnah-fitnah tersebut adalah dengan Kitabullah. Maka sebagaimana yang telah saya katakan sebelumnya, kita perlu memberikan perhatian kepada Kitab Allah Taala untuk menyelamatkan diri kita dan generasi kita. Hanya dengan demikian kita dapat memperoleh petunjuk, terhindar dari fitnah dan kekacauan, serta dapat memahami dengan jelas perintah-perintah yang telah Allah Taala turunkan untuk kita.
Rasulullah saw. bersabda pada suatu kesempatan: “Orang yang membaca Al-Quran dengan terang-terangan seperti orang yang bersedekah secara terang-terangan, dan orang yang membaca Al-Quran secara sembunyi-sembunyi seperti orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi.” Maka kita harus ingat bahwa dalam hadis juga disebutkan bahwa sedekah menjauhkan bala, bahaya dan fitnah-fitnah. Sedekah menolak semua itu.
Dengan demikian, membaca Al-Qur’an dan memahaminya akan diterima sebagai sedekah, dan melalui berkatnya seseorang akan terlindungi dari segala fitnah. Maka, ketika dunia saat ini dikepung oleh kejahatan dari segala arah, dan fitnah serta kekacauan merajalela, kita harus selalu menjaga sedekah ini dengan terus membaca Al-Quran – baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi – dan melindungi diri kita dari cobaan dan kesulitan, serta mengamalkan ajaran yang telah Allah Taala jelaskan. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Hanya ada dua orang yang terhadapnya boleh iri (yaitu iri yang tidak bertujuan untuk menyakiti melainkan dalam konteks pujian yang diperbolehkan). Yang pertama adalah orang yang dianugerahi Al-Qur’an oleh Allah Taala dan ia membacanya siang dan malam, lalu orang yang iri berkata, ‘Seandainya aku juga diberi seperti yang diberikan kepadanya, maka aku akan melakukan seperti yang ia lakukan.’ Yang kedua adalah orang yang diberi harta oleh Allah Taala yang ia belanjakan di tempat yang berhak dibelanjakan, lalu orang yang iri berkata, ‘Seandainya aku juga diberi seperti yang diberikan kepadanya, maka aku akan melakukan seperti yang ia lakukan’, yaitu membelanjakan harta di jalan Allah.”
Sekarang, ada beberapa adab dalam membaca Al-Quran. Orang yang iri, ketika ia iri kepada pembaca Al-Quran, ia tidak hanya iri pada tindakan membacanya saja, tetapi ia tahu bahwa orang tersebut juga mengamalkan apa yang dibacanya. Orang yang mendengarkan kemudian merasa iri dengan berkata, “Seandainya aku juga memahami Al-Quran seperti itu dan kemudian mengamalkannya.”
Demikian pula, seperti yang dijelaskan dalam hadis tentang harta, yang juga akan saya sebutkan secara ringkas, beberapa orang bertanya, “Apa perlunya candah-candah?” Allah Taala berfirman dalam Al-Qur’an Karim, “Lakukanlah pengorbanan-pengorbanan harta. Hal ini sangatlah penting.” Demikian pula Rasulullah saw. bersabda bahwa orang-orang iri kepada mereka yang berkorban harta. Jadi ini juga hal yang sangat penting. Ketika kita membaca Al-Quran Karim dengan saksama, maka pertanyaan yang timbul di hati sebagian orang tentang mengapa kita diminta berkorban harta akan terjawab, yaitu ini adalah perintah Allah Taala. Rasulullah saw. bersabda di suatu tempat, “Siapa saja yang tidak membaca Al-Qur’an Karim dengan suara merdu dan memperindahnya, ia tidak ada hubungannya dengan kami.” Jadi membacanya dengan indah, teratur, perlahan-lahan, dan dengan pemahaman juga penting.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda di suatu tempat, “Hendaknya banyaklah membaca Al-Quran Syarif. Ketika sampai pada bagian doa, maka berdoalah.” Penjelasan tentang membaca dengan indah ini adalah bahwa ketika sampai pada bagian doa, maka berdoalah, dan hendaknya juga memohon kepada Allah apa yang diminta dalam doa tersebut. Ketika sampai pada doa-doa dalam Al-Qur’an Karim, maka berdoalah pada kesempatan itu dan mintalah kepada Allah Taala apa yang diminta dalam doa-doa tersebut. Dalam Al-Quran Syarif terdapat banyak doa yang dipanjatkan oleh para nabi, maka di situ diperintahkan agar manusia juga memohon, “Ya Allah, berikanlah juga hal ini kepadaku.”
Kemudian beliau a.s. bersabda, “Ketika sampai pada bagian tentang azab, maka mintalah perlindungan dari-Nya dan hindari perbuatan-perbuatan buruk yang menyebabkan kaum itu binasa.” Disebutkan tentang kehancuran kaum-kaum, apa saja perbuatan buruk mereka yang menyebabkan Allah Taala menghukum mereka. Ketika sampai pada bagian seperti itu, hendaknya manusia juga beristigfar dan berusaha menghindarinya. Ketika kita melakukan hal ini, maka dengan sendirinya kita akan terhindar dari banyak keburukan.
Saat ini, dalam lingkungan Barat ini, di bawah pengaruhnya, pikiran kita juga terpengaruh oleh hal-hal yang salah. Banyak dari kita terlibat dalam hal-hal yang salah. Ketika kita membaca Al-Quran dan beristigfar serta berusaha menghindari keburukan, maka kehidupan kita akan membaik. Kita akan terhindar dari keburukan-keburukan tersebut. Beliau a.s. bersabda bahwa hendaknya menghindari perbuatan buruk yang menyebabkan suatu kaum binasa.
Beliau a.s. kemudian bersabda, “Tanpa bantuan wahyu, suatu rencana luhur yang disesuaikan dengan Kitabullah adalah pendapat seseorang yang bisa saja salah, dan pendapat seperti itu yang bertentangan dengan hadis akan termasuk dalam bidah. Lebih baik menghindari adat dan bidah, karena hal itu secara perlahan akan mulai mengubah syariat. Cara yang lebih baik adalah menggunakan waktu yang biasanya digunakan untuk wirid-wirid tersebut untuk merenungkan Al-Qur’an Syarif.” Yakni orang-orang yang mengatakan bahwa harus membaca wirid ini dan itu [atau menanyakan] wirid apa yang harus dibaca.
Beliau a.s. bersabda bahwa lebih baik membaca Al-Qur’an Karim dan merenungkannya. Orang-orang bertanya apa doa dan wirid yang harus dibaca? Maka anjuran beliau a.s. adalah, “Tadaburilah dan renungkanlah Al-Quran Karim saja, dengan begitu kalian akan terhindar dari banyak keburukan, masalah dan kesulitan. Kalian akan memperoleh pengetahuan tentang petunjuk Allah Taala. Kalian akan mengetahui perintah-perintah Allah Taala.” Beliau a.s. bersabda bahwa apa yang Allah Taala turunkan dalam Al-Quran Karim adalah wahyu khusus dari Allah Taala kepada Rasulullah saw.. Selain itu, jika ada pendapat lain, itu bisa saja salah dan bisa jadi bohong. Meskipun seseorang terus berbicara tentang hal-hal yang masuk akal.
Beberapa hal yang dilakukan manusia berdasarkan akal juga sesuai dengan ajaran Al-Quran Karim, namun ketika diterapkan secara praktis, karena hal-hal tersebut tidak datang sebagai wahyu, penjelasannya tidak seperti yang diberikan Al-Qur’an Karim, maka hal-hal tersebut menjadi palsu dan menyesatkan.
Beliau a.s. bersabda, “Jika hati seseorang keras, cara untuk melembutkannya adalah dengan membaca Al-Qur’an Syarif berulang kali. Di mana pun ada doa, hati orang mukmin juga berharap agar rahmat Ilahi itu juga mencakup dirinya. Perumpamaan Al-Qur’an Syarif adalah seperti sebuah kebun. Dari satu tempat seseorang memetik satu jenis buah, kemudian bergerak maju dan memetik jenis buah lainnya. Maka hendaknya setiap orang mengambil manfaat yang sesuai dengan keadaan setiap tempat. Tidak perlu menambahkan sesuatu dari diri sendiri, kalau tidak nanti akan muncul pertanyaan mengapa kalian menambahkan sesuatu yang baru. Lakukanlah apa yang diperintahkan Al-Qur’an Karim. Janganlah menciptakan bidah-bidah baru. Jangan menambahkan hal-hal baru pada perintah-perintah Al-Quran Karim.”
Beliau a.s. bersabda, “Selain Allah Taala, siapa lagi yang memiliki kekuatan untuk mengatakan bahwa jika kalian membaca surah Yasin pada malam tertentu maka akan mendapat berkah, jika tidak maka tidak akan mendapat berkah.” Orang-orang yang mengatakan bahwa jika kalain membaca surah tertentu dengan cara tertentu maka akan mendapat berkah, jika membacanya pada waktu tertentu maka akan mendapat berkah, jika membacanya dengan cara lain maka tidak akan mendapat berkah, beliau a.s. bersabda bahwa semua perkataannya ini salah. Ini adalah kalam Allah Taala, bagaimanapun kalian membacanya, jika kalian membacanya dengan pemahaman, jika kalian membacanya untuk mengamalkannya, jika kalian membacanya dengan niat yang baik, maka di dalamnya hanya ada berkah dan berkah.
Maka kita harus mengevaluasi apakah kita membacanya dengan cara seperti itu? Berapa banyak perintah yang kita amalkan? Berapa banyak doa yang kita usahakan untuk memohonnya untuk diri kita sendiri ketika doa-doa itu muncul? Berapa banyak keburukan yang kita berdoa untuk menghindarinya ketika ada perintah atau penyebutan untuk menghindarinya?
Jadi jika kita melakukannya dengan cara seperti itu, barulah kita akan mendapatkan manfaat dari ajaran Al-Qur’an Karim yang sebenarnya. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda di suatu tempat: “Aku berulang kali mengatakan dan dengan suara lantang bahwa cinta yang tulus kepada Al-Qur’an dan Rasul yang mulia, Muhammad saw., serta ketaatan yang sungguh-sungguh kepadanya akan menjadikan manusia memiliki karomah.” Beliau a.s. bersabda: “Renungkanlah Al-Qur’an Syarif, di dalamnya terdapat segala sesuatu, rincian kebaikan dan keburukan, serta berita-berita tentang masa yang akan datang. Pahamilah dengan baik bahwa Al-Qur’an menyajikan agama yang tidak dapat dikritik karena berkah dan buahnya senantiasa segar.” Beliau a.s. bersabda: “Ini adalah kebanggaan Al-Qur’an Majid bahwa Allah Taala telah menjelaskan di dalamnya obat untuk setiap penyakit dan telah memberikan tarbiyat untuk semua potensi, dan Dia juga telah menunjukkan cara untuk menghilangkan keburukan yang tampak.” Oleh karena itu, teruslah membaca Al-Qur’an Majid, teruslah berdoa, dan berusahalah untuk menjaga perilaku Anda sesuai dengan ajarannya.
Kemudian seraya mengarahkan perhatian pada membaca Al-Qur’an Karim, beliau a.s. bersabda: “Bacalah Al-Qur’an Syarif dan janganlah pernah berputus asa terhadap Allah. Seorang mukmin tidak pernah berputus asa terhadap Allah. Ini termasuk kebiasaan orang-orang kafir bahwa mereka berputus asa terhadap Allah Taala. Tuhan kita adalah Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Bacalah juga terjemahan Al-Qur’an Syarif dan kerjakanlah salat dengan penuh kekhusyuan dan keindahan, serta pahamilah maknanya. Berdoalah juga dalam bahasamu sendiri. Janganlah membaca Al-Qur’an Syarif sebagai kitab biasa, melainkan bacalah dengan memahami bahwa ia adalah firman Allah Taala.”
Maka inilah hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang mukmin. Ketika kita bertindak dengan cara ini, maka dengan karunia Allah Taala kita akan menjadi orang-orang yang mendapat manfaat dari ajaran Al-Qur’an Syarif dan menjadi orang-orang yang memperbaiki kehidupan kita sendiri dan anak keturunan kita. Ketika ini terjadi, maka kita juga akan mencapai tujuan yang merupakan tujuan penciptaan kita, tujuan hidup kita, dan kehidupan kita akan berhasil, anak keturunan kita juga akan berhasil.
Maka pada hari-hari ini, pada hari-hari Ramadan khususnya, ketika kita memberikan perhatian pada Al-Qur’an Syarif, bersamaan dengan itu marilah kita juga berjanji bahwa kita akan selalu mempertahankan perhatian ini dan akan selalu memperhatikan untuk membaca Al-Qur’an Syarif. Kita akan memberikan perhatian pada pengamalannya dan juga akan menasihati anak-anak kita untuk membacanya. Bukan hanya sekedar mengkhatamkan satu kali dan setelah itu urusan selesai, melainkan sekarang Al-Qur’an Syarif akan menjadi sebuah kitab yang menjadi sarana petunjuk bagi kita dan merupakan panduan lengkap untuk selalu membimbing kita di jalan-jalan yang benar dan pada ketakwaan. Ketika hal ini terjadi, maka kehidupan kita akan selalu berhasil.
Semoga Allah Taala memberi kita taufik agar di bulan Ramadan ini, di samping kita membacanya, kita juga berusaha untuk memahaminya dan berjanji untuk mengamalkannya, dan terus berusaha untuk memenuhi janji ini di masa mendatang serta menjadikannya bagian dari kehidupan kita sepanjang tahun.[1]
الْحَمْدُ لِلّٰهِ نَحْمَدُهٗ وَنَسْتَعِيْنُهٗ وَنَسْتَغْفِرُهٗ ، وَنُؤْمِنُ بِهٖ ، وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهٖ، وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهٗ ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهٗ ، وَنَشْهَدُ أَن لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهٗ ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عبدُهٗ وَرَسُولُهٗ – عِبَادَ اللّٰهِ رَحِمَكُمُ اللّٰهِ – اِنَّ اللّٰہَ یَاۡمُرُ بِالۡعَدۡلِ وَالۡاِحۡسَانِ وَاِیۡتَآیِٔ ذِی الۡقُرۡبٰی وَیَنۡہٰی عَنِ الۡفَحۡشَآءِ وَالۡمُنۡکَرِ وَالۡبَغۡیِ یَعِظُکُمۡ لَعَلَّکُمۡ تَذَکَّرُوۡنَ – اذْكُرُوا اللّٰهَ يَذْكُرُكُمْ وَادْعُوهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
[1] Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Shd., Mln. Fazli umar Faruq, Shd. dan Mln. Muhammad Hasyim. Editor: Mln. Muhammad Hasyim