Keteguhan hati Rasulullah
Rasul ini jauh mengungguli semua Nabi-nabi lainnya karena beliau menjadi Guru Agung bagi seluruh dunia. Melalui tangan beliau itulah kebusukan dunia pada waktu itu telah diperbaiki dan Ketauhidan Ilahi yang hilang telah ditegakkan kembali. Beliau mengalahkan semua agama-agama palsu lainnya melalui bukti-bukti dan argumentasi serta mengangkat keraguan yang ada di hati manusia. Beliau memberikan cara-cara keselamatan yang benar melalui pengajaran akidah-akidah hakiki sehingga menghilangkan dari pikiran manusia pandangan yang mengharuskan menyalib seorang yang tidak berdosa untuk memperoleh penebusan atau memindahkan Tuhan dari Arasy-Nya yang luhur dan meletakan-Nya ke dalam rahim seorang wanita. Dengan cara itulah maka rahmat dan berkat yang dibawa beliau jauh melampaui siapa pun jua dan derajat beliau jauh lebih tinggi dari semuanya. Sejarah telah membuktikan dan Kitab Ilahi membenarkan serta mereka yang mempunyai mata menyaksikan bahwa sosok yang jauh mengungguli Nabi-nabi lainnya hanyalah Yang Mulia Nabi Muhammad saw “
(Barahin Ahmadiyah, Rohani Khazain, vol. 1, hal. 108-109, London, 1984).
***
“PATUT DIPERHATIKAN betapa teguhnya Yang Mulia Rasulullah saw berpegang pada pengakuan Kenabian beliau sampai titik terakhir meskipun harus menghadapi ribuan bahaya serta ratusan ribu lawan, para penghadang dan pengancam. Selama bertahun-tahun beliau menghadapi kesulitan dan kesusahan hidup yang meningkat dari hari ke hari, dan selama menanggung derita demikian tidak ada terlintas dalam pikiran beliau untuk mencari hal-hal yang bersifat duniawi. Bahkan sebenarnya dengan bertahan pada pengakuan Kenabiannya, beliau telah kehilangan segala yang menjadi miliknya dan malah mengundang ratusan ribu pertentangan dan ribuan bencana ke atas dirinya. Beliau terusir dari rumahnya sendiri, dikejar-kejar oleh para pembunuh, kehilangan rumah berikut isinya dan dicoba diracuni beberapa kali. Mereka yang semula membantunya malah kemudian mengharapkan kemudharatan atas diri beliau, sedangkan teman-teman beliau telah berubah menjadi musuh. Untuk jangka waktu lama beliau harus menanggung penderitaan ini, suatu hal yang tidak mungkin bisa ditahankan oleh seorang nabi palsu.”
“Ketika kemudian Islam berjaya, Yang Mulia Rasulullah saw tidak ada berusaha mengumpulkan kekayaan pribadi, tidak juga lalu mendirikan bangunan atau sarana keselesaan dan kemewahan, bahkan tidak ada menarik keuntungan pribadi apa pun dari segala hal. Apa pun yang singgah ke tangan beliau, habis lagi untuk mengkhidmati fakir miskin, yatim piatu, para janda dan mereka yang terhimpit hutang. Beliau tidak pernah makan sampai terasa kenyang. Beliau demikian lurusnya sehingga melalui bicara dan khutbahnya tentang Ketauhidan Ilahi, beliau telah menjadikan umat manusia di dunia yang tenggelam dalam paganisme menjadi musuhnya. Yang pertama menjadi musuh beliau adalah bangsa beliau sendiri karena melarang mereka menyembah berhala. Beliau membuat jengkel bangsa Yahudi karena menegur mereka yang terhanyut dalam penyembahan berbagai mahluk dan pengagungan para ulamanya serta kefasikan mereka. Beliau mengingatkan mereka untuk tidak menyangkal dan menghina Nabi Isa as. Semua itu menjadikan hati mereka terbakar api kebencian dan mereka menjadi musuh beliau yang paling pahit yang selalu berupaya dengan segala cara untuk menghancurkan beliau. Dengan cara yang sama, beliau telah menjengkelkan umat Kristen karena beliau menyangkal ketuhanan Yesus dan sebutannya sebagai anak Tuhan serta statusnya sebagai penebus yang disalib. Para penyembah api dan bintang-bintang juga sakit hati terhadap beliau karena melarang mereka menyembah dewa-dewa mereka. Beliau mencanangkan Ke-Esaan Tuhan sebagai satu-satunya cara guna memperoleh keselamatan.”
“Yang Mulia Rasulullah saw adalah seorang yang lurus dan siap mengorbankan jiwa di jalan Allah swt, dimana beliau tidak ada mengandalkan pada harapan atau ketakutan pada manusia dan mengikrarkan seluruh keyakinannya hanya kepada Allah swt. Karena hanya ingin mengkhidmati keinginan dan memenuhi kesukaan Allah swt maka untuk menyiarkan Ketauhidan Ilahi, beliau tidak mempedulikan bencana apa yang harus ditempuh serta kesulitan apa pun yang akan ditimpakan oleh para penyembah berhala. Beliau memikul semua kesulitan yang ada dan tetap melaksanakan perintah Tuhan beliau guna memenuhi semua persyaratan yang diungkapkan dalam khutbah dan peringatan-peringatan beliau tanpa menghiraukan ancaman apa pun yang dihadapinya. Aku menyatakan dengan sesungguh hati bahwa dari semua Nabi-nabi tidak ada yang seperti beliau yang telah menyerahkan seluruh kepercayaan beliau sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala hal dan tetap saja meneruskan tegahan terhadap paganisme dan penyembahan mahluk, serta tidak ada yang demikian bersiteguh hati sebagaimana halnya Yang Mulia Rasulullah saw “
(Barahin Ahmadiyah, Rohani Khazain, vol. 1, hal. 108-109, London, 1984).
***
“YANG MULIA RASULULLAH SAW selalu bersikap lugas dan selalu siap menyerahkan nyawa beliau bagi Tuhan-nya. Beliau tidak ada bertumpu kepada harapan atau pun ketakutan kepada manusia dan hanya mengimani Allah swt semata. Karena mengabdi sepenuhnya kepada keinginan dan petunjuk Ilahi, beliau tidak gentar menghadapi bencana apa pun yang dihadapi serta kesulitan yang ditimbulkan oleh kaum kafir dalam menyampaikan Ketauhidan Ilahi. Beliau memikul semua kesulitan dan melaksanakan perintah Tuhan-nya serta memenuhi semua persyaratan dan tegahan yang ditetapkan dalam ajaran beliau. Beliau tidak menghiraukan ancaman yang dilontarkan manusia.”
“Sesungguhnya, dari semua Nabi-nabi, tidak ada seorang pun yang demikian yakinnya kepada Tuhan-nya dalam setiap ancaman bencana ketika sedang mengajar umat dalam menghapuskan paganisme dan penyembahan mahluk. Begitu juga tidak ada yang demikian teguh hatinya seperti beliau.”
(Barahin Ahmadiyah, Rohani Khazain, vol. 1, hal. 111-112, London, 1984).
***
“SULIT MEMBAYANGKAN segala bencana dan kesulitan yang dialami Yang Mulia Rasulullah saw selama 13 tahun pertama dalam kehidupan beliau di Mekkah. Hati kita menjadi gemetar membayangkannya. Semua kesulitan itu menunjukkan betapa tinggi keteguhan hati, belas asih dan kebulatan tekad beliau. Beliau itu seolah gunung keteguhan yang tidak bisa digoyang oleh kesulitan macam apa pun. Tidak juga beliau mengendurkan sesaat pun pelaksanaan tugas beliau dan tidak juga beliau bersedih hati. Tidak ada kesusahan yang bisa melemahkan tekad beliau. Beberapa orang yang tidak mengerti bertanya, mengapa beliau harus menghadapi segala musibah dan kesulitan tersebut jika beliau memang benar kekasih dan pilihan Tuhan.”
“Aku akan mengatakan kepada mereka bahwa air yang murni tidak akan didapat sebelum menggali tanah sedalam beberapa meter. Hanya dengan cara itulah dapat diperoleh air murni yang menjadi penopang kehidupan. Dengan cara yang sama maka kegembiraan di jalan Allah Yang MahaKuasa hanya bisa diperoleh melalui keteguhan dan kekerasan hati di bawah kesulitan dan musibah. Mereka yang belum pernah mengalaminya tidak akan bisa membayangkan dan merasakan kegembiraan tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa ketika Yang Mulia Rasulullah saw harus mengalami segala penderitaan itu, sesungguhnya ada mata air kegembiraan dan kenyamanan yang meluap di hati beliau sehingga keimanan dan keyakinan beliau kepada Tuhan dan kepada kecintaan Tuhan serta bantuan Ilahi menjadi lebih kuat.”
(Malfuzat, vol. II, hal. 307-309).
Tulisan ini dikutip dari buku “Inti Ajaran Islam Bagian Pertama, ekstraksi dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as”. Neratja Press, hal 308-312, ISBN 185372-765-2