KONSEP KETAUHIDAN SEJATI YANG DITAMPILKAN ISLAM

PIDATO JALSA SALANAH UK 2021 Oleh: Mln. Ataul Mujeeb Rashid (Naib Amir dan Imam Masjid London)

Hadirin yang terhormat!

Judul yang terdiri dari beberapa kata ini bagaikan laut tak bertepi. Di dalamnya akan dibahas salah satu keunggulan islam yang membuat islam unggul dari sekalian agama di dunia dan sedikitpun tidak terdapat di agama lain. Topik ini merupakan topik yang sangat mendalam dan penuh makrifat yang menuntut perhatian penuh. Ini menuntut kita untuk mendengarkannya dengan segala perhatian dan menyelami sepenuhnya secara mendalam keunggulan islam ini lalu
memberikan tempat di dalam hati kita.

Pembukaan

Konsep mengenai Tuhan – apapun bentuknya – tentu terdapat dalam seluruh agama di dunia. Apakah itu dalam bentuk wujud yang sangat tinggi ataupun berupa berhala dan sebagainya. Namun dalam agama islam terdapat suatu keunggulan yang begitu terang benderang yakni di dalamnya diterangkan tentang Dzat Allah Taala dan sifat-sifat-Nya yang begitu luas dan memuaskan yang membuat Islam jauh unggul dan memiliki kedudukan yang istimewa dibanding
agama lain. Setelah kata pembukaan ini saya ingin menyampaikan beberapa perkara tentang
konsep tauhid sejadi yang ditampilkan Islam.

Bukti Tauhid Ilahi

Bersamaan dengan menampilkan bukti-bukti yang sangat luar biasa tentang wujud Tuhan, Quran Karim juga menjelaskan dengan kata-kata yang sangat jelas tentang tauhid Ilahi yang sempurna dan sejati. Dalam hal ini dijelaskan dalam 4 ayat surah Al-Ikhlas saja yang saya baca di awal tadi. Selain itu masih banyak dijelaskan dengan dalil dan penjelasan yang panjang-panjang. Perkara ini dijelaskan di dalamnya (surah al Ikhlas) dengan sangat gamblang dan luas.

Dengan meletakkan kata Qul di awal surah Al Ikhlas dengan tegas disebutkan untuk mengumumkan tentang akidah yang penting ini bahwa, Qul huwallaahu ahad, katakanlah bahwa berbagai macam pemikiran orang-orang tentang wujud Tuhan semuanya adalah pepesan kosong. Hal yang tak bisa diganggu gugat dan pasti berkaitan dengan Tuhan adalah, Allahu ahad yakni Dzat-Nya dari segala bentuk dan segi pada hakikatny adalah satu dalam wujud-Nya. Dia bukanlah rantai awal dari sesuatu dan bukan juga rantai akhirnya. Dia tidak menyerupai yang lain dan tidak pula ada yang menyerupainya. Penggunaan kata ahad dalam Quran Karim patut direnungkan secara khusus, yang mana di dalamnya terdapat suatu kekhasan yang menakjubkan. Kekhasan itu adalah di dalamnya tidak ada sedikitpun konsep bahwa Dia ada duanya. Sedangkan dalam seluruh bentuk hitungan selalu ada konsep dwi (ada duanya). Bahkan dalam wahid dan awwal pun ada konsep dwi. Arti dari wahid adalah pertama yakni yang pertama dari yang lain dan ini menuntut dwi. Kemudian kata wahid sendiri menjadi dalil bahwa ada yang kedua. Namun arti kata ahad adalah satu dan satu itu menunjukkan tidak ada dua.

Penjelasan satu poin makrifat

Hz Muslih Mauud ra bersabda:

“Dalam bahasa Arab ada dua kata yang digunakan untuk menjelaskan arti ‘satu’. Yaitu kata wahid dan kata ahad. Wahid adalah hitungan yang setelahnya masih ada hitungan lain yakni dua, tiga, empat. Namun kata ahad dalam bahasa arab disebut ketika tidak ada lagi pemikiran bahwa ada hitungan lain setelahnya.” (Tafsir Kabir, jilid 10, hal 524)

“Kata ahad dan wahid yang digunakan untu Dzat Allah Taala, perbedaannya adalah, ketika kata ahad digunakan untuk Allah Taala maka itu menjelaskan keesaan Dzat Allah Taala, di dalam hati tidak ada pemikiran tentang dzat yang lain. Sedangkan ketika kata wahid digunakan untuk Allah Taala maka maksudnya adalah keesaan sifat-sifat Allah Taala, yakni Dia sempurna dalam sifat-sifat-Nya dan selain Dia tidak satu wujudpun yang sempurna dari segi sifat-sifatnya.” (Tafsir Kabir jilid, 10 hal. 525)

Sabda-sabda Hz Masih Mauud as

Allah Taala menganugerahkan Irfan yang tiada taranya tentang ajaran-ajaran Islam kepada Hz Masih Mauud as berkat mengikuti Hz Khatamannabiyyin saw secara sempurna. Saya akan menyampaikan beberapa contoh sabda-sabda Hz Masih Mauud as yang penuh makrifat tentang konsep tauhid sejadi yang ditampilkan Islam.

Dialah satu-satunya pahlawan yang membawa kembali ke dunia Tauhid yang tadinya sudah hilang dari dunia

“Aku selalu ta’ajub bahwa nabi arabi yang berna Muhammad saw ini (beribu-ribu salawat dan salam untuknya), betapa nabi yang memiliki maqam yang tinggi, ketinggian maqamnya tak terhingga dan memperkirakan pengaruh kesuciannya diluar kemampuan manusia. Sayang sekali, kedudukannya tidak dikenal sebagaimana seharusnya kebenaran itu dikenal. Dialah satu-satunya pahlawan yang membawa kembali ke dunia Tauhid yang tadinya sudah hilang dari dunia. Dia mencintai Allah Taala dalam tingkatan yang tak terhingga. Jiwanya mencair dalam rasa simpati yang tak terhingga pada umat manusia. Itulah sebabnya Tuhan yang mengetahui rahasia hatinya menganugrahkan keunggulan diatas seluruh nabi awwalin dan akhirin, dan Dia menyempurnakan keinginan-keinginannya di masa hidupnya.” (Ruhani Khazain, Jilid 22, Haqiqatul Wahyi, hal 115)

Seluruh kaum menanggalkan jubah kemusyrikan dan memakai pakaian tauhid

“Nabi Kita Rasulullah saw. adalah mujadid agung dalam penzahiran kebenaran, yang membawa kembali ke dunia kebenaran yang telah hilang. Dalam hal ini tidak ada satu nabipun yang menyamai nabi kita Rasulullah saw., yakni beliau saw mendapati dunia dalam satu kegelapan kemudian dengan kedatangan beliau kegelapan itu berubah menjadi Nur. Beliau saw tidak wafat sebelum kaum yang dimana beliau zahir menanggalkan jubah kemusyrikan dan memakai pakaian tauhid.” (Lecturer Sialkot, Ruhani Khazain jilid 20 hal 206)

Pahamilah bahwa Tuhan Itu Wahid La syarik

“Wahai orang-orang yang beruntung! Menyatulah kalian dalam taklim yang diberikan padaku untuk keselamatan kalian. Pahamilah bahwa Allah Taala itu wahid la syarik dan janganlah sekutukan Dia dengan apapun; tidak dengan langit dan tidak pula bumi. Tuhan tidak melarang kalian untuk menggunakan sarana-sarana (duniawi), namun barangsiapa yang lebih mempercayai sarana-sarana duniawi dibanding Allah Taala dia adalah musyrik. … Hakikat islam
itu adalah ruh kalian terhampar di singgasana Ilahi serta kalian mendahulukan Allah Taala dan seluruh hukum-Nya diatas segala jenis urusan duniawi kalian.” (Tasykiratusy syahadatain, Ruhani Khazain, jilid 20, hal 63)

Penjelasan Tauhid Hakiki

“Tauhid bukan hanya sebatas mengucapkan Laa Ilaaha Illallah sedangkan di dalam hati bersemayam ribuan berhala.”

“Tauhid bukan hanya sebatas mengucapkan Laa Ilaaha Illallah sedangkan di dalam hati bersemayam ribuan berhala. Bahkan orang yang menganggap pekerjaan, makar, siasat dan tadbirnya setara seperti keagungan Allah Taala atau bergantung pada manusia yang seharusnya dia hanya bergantung pada Allah Taala, atau menganggap dirinya besar dimana seharusnya Dia mengagungkan Allah Taala, dalam semua keadaan ini orang semacam itu merupakan penyembah berhala dalam pandangan Allah Taala. Berhala bukan hanya yang dibuat dari emas, perak, perunggu, atau batu, kemudian dipercayai, bahkan setiap benda, perkataan, atau perbuatan yang kepadanya diberikan penghormatan yang merupakan hal Allah Ta’ala, dalam pandangan Allah Ta’ala semua itu adalah berhala…..”

Kemudian dengan cara yang teramat bijak beliau menjelaskan mengenai tauhid murni:

“Hendaklah diingat bahwa tauhid yang Tuhan ingin agar kita mengikrarkannya, dan keselamatan bergantung pada ikrar tersebut, adalah memahami bahwa Allah Ta’ala dalam DzatNya murni dari setiap sekutu, baik itu berhala, manusia, matahari atau pun bulan, jiwanya atau pun usahanya, dan rencana serta tipu dayanya; dan tidak menyatakan sesuatu sebagai yang berkuasa dibandingkan dengan-Nya. Tidak memercayai wujud lain sebagai pemberi rizki, tidak berpikiran ada mu’iz (pemberi kemuliaan) dan muzil (yang menghinakan) yang lain, serta tidak menyatakan yang lain sebagai penolong dan pembantu” hendaknya tidak ada penolong lain selain Allah Ta’ala. dan yang kedua adalah, mengkhususkan kecintaan hanya kepada-Nya, mengkhususukan ibadah hanya kepada-Nya, mengkhususkan penghambaan diri hanya padaNya, mengkhususkan harapan-harapan hanya kepada-Nya, mengkhususkan rasa takut hanya pada-Nya, walhasil tauhid tidak dapat sempurna tanpa ketiga jenis pengkhususan ini:

Terkait:   Keselamatan Melalui Kecintaan Kepada Tuhan

Pertama, tauhid dari segi zat, yakni menganggap semua yang ada seperti tidak ada, di hadapan wujud-Nya. Dan memandang semuanya itu sebagai zat yang mati dan hakikat yang batil.

Kedua, tauhid dari segi sifat. Yakni tidak menetapkan sifat-sifat Rabubiyat dan Uluhiyyat di dalam yang lain selain Dzat Allah Ta’ala dan meyakini yang tampak seperti pemelihara segenap makhluk atau penyampai karunia, sebagai sebuah sistem dari tangan (kuasa)-Nya.

Ketiga, tauhid dari segi kecintaan, kebenaran, dan kemurnian. Yakni tidak mengakui yang lain sebagai sekutu Tuhan dalam hal kecintaan dan penghambaan/ketaatan, serta hanya larut di dalam [kecintaan kepada]-Nya. (Sirajuddin Isai ke Caar Sawalong ka Jawab, Ruhani Khazain jilid 12, hal. 349-350)

Pendengar yang mulia!

Sebagaimana telah saya sebutkan, bahwa topik mengenai Tauhid Allah Ta’ala sangatlah dalam dan halus. Untuk itu memerlukan perenungan dan pemikiran yang mendalam. Untuk memahaminya, kita harus berkali-kali kembali kepada sabda-sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang penuh hikmah. Saya kemukakan beberapa sabda beliau yang lain, yang denganya pemahaman mengenai tauhid hakiki dan segi-seginya yang beragam menjadi tersingkap. Silakan disimak! Beliau bersabda:

“Tauhid bukanlah hanya mengakui bahwa Tuhan itu satu…..melainkan bersamaan dengan itu diperlukan juga bahwa dalam corak amalan, yakni dengan gejolak sempurna kecintaan, meleburkan wujud sendiri lalu menjadikan keesaan Tuhan menguasai dirinya. Inilah tauhid sempurna yang merupakan pilar keselamatan, yang didapatkan oleh mereka yang dekat dengan Tuhan.” (Ruhani Khazain, Jilid 21, hal. 64)

Kemudian beliau menjelaskan topik ini dengan satu cara lain:

“Yang menjadi sarana tauhid, yang menciptakan tauhid, bapak dari tauhid, sumber mata air tauhid, dan penjelmaan sempurna tauhid hanyalah nabi. Dengan perantaraannya wajah Tuhan yang tersembunyi menjadi tampak, dan diketahui bahwa Tuhan itu ada….tidak ada keraguan bahwa melalui rasul lah dunia menemukan tauhid dan pengetahuan akan keberadaan Tuhan. Tanpanya, sama sekali tidak bisa didapatkan. Contoh paling luhur dalam perkara ini telah diperlihatkan oleh Nabi kita s.a.w. karena beliau telah menghilangkan kekotoran suatu kaum lalu menyampaikan mereka ke dalam “taman penuh bunga”. Beliau s.a.w. telah meletakkan nutrisinutrisi ruhani berkualitas tinggi dan minuman yang manis di hadapan mereka yang nyaris binasa karena lapar dan dahaga ruhani. Beliau telah mengubah mereka dari keadaan buas menjadi manusia. Kemudian mengubah mereka dari manusia biasa menjadi manusia beradab, lalu dari manusia beradab menjadi manusia sempurna dan beliau telah menampakkan sedemikian rupa tanda bagi mereka, beliau telah menampakkan Tuhan kepada mereka dan menciptakan perubahan di dalam diri mereka sehingga mereka telah berjumpa dengan malaikat. (Ruhani Khazain, jilid 22, Haqiqatul Wahyi hal. 117)

Seraya memberikan nasehat dengan penuh kecintaan, beliau bersabda:

“Wahai orang-orang dungu! Selama tidak ada keyakinan sempurna akan wujud Tuhan, bagaimana mungkin akan bisa yakin terhadap tauhid-Nya. Walhasil, pahamilah dengan sesungguhnya bahwa tauhid yang meyakinkan hanya bisa dijumpai dengan perantaraan Nabi, sebagaimana Nabi kita s.a.w. telah menunjukkan ribuan tanda samawi kepada orang-orang Arab yang ateis dan beragama buruk, lalu [mereka] kemudian meyakini wujud Allah Ta’ala….inilah
hal yang benar, bahwa selama manusia tidak menyaksikan kekuatan-kekuatan hidup dari Tuhan yang Maha Hidup, maka syaitan tidak keluar dari hatinya dan tidak pula tauhid sejati akan masuk ke dalam hatinya, tidak pula dapat meyakini wujud Tuhan secara meyakinkan. Tauhid yang suci dan sempurna ini dapat diperoleh hanya dengan perantaraan Hadhrat Rasulullah s.a.w.” (Haqiqatul Wahi, Ruhani Khazain Jilid 22, hal. 180)

Penjelasan Penuh Makrifat Mengenai Tauhid Murni

Para pendengar yang mulia!

Akidah keesaan Allah Ta’ala merupakan nyawa dari agama Islam. Corak dan perincian yang dikemukakan di dalam Islam mengenai tauhid murni, merupakan perbedaan yang membuktikan Islam unggul dan lebih luhur dari agama lainnya. Ilmu mendalam, pemahaman serta pengertian tentang Tauhid murni—yang dikemukakan Islam—yang telah dianugerahkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. oleh Allah yang Maha Mengetahui dan Pengajar seluruh alam, hal itu merupakan petunjuk agung bagi kita. Mari sekali lagi kita ketahui mafhum tauhid murni yang
Islam kemukakan tersebut melalui kata-kata beliau yang beberkat. Beliau bersabda:

“Tuhan bukanlah putra seseorang, tidak pula Dia memiliki putra, karena Dia memadai dengan Dzat-Nya sendiri. Dia tidak memerlukan bapak, tidak pula memerlukan anak. Inilah tauhid—yang merupakan pilar keimanan— yang telah diajarkan Quran Syarif.” (Lecture Lahore hal. 13, Ruhani Khazain jilid 20)

Hadhrat Masih Mau’ud as. telah menjelaskan tauhid hakiki melalui kata-kata beliau:

“Dia Esa, dalam dzat, sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, dan kekuasaan-kekuasaan-Nya. Untuk sampai kepada-Nya, seluruh pintu tertutup, tetapi ada satu pintu yang telah Al-Qur’an Karim bukakan.” (Al-Waisyat, hal. 17, Ruhani Khazain Vol. 20)

Apakah maksud kedatangan Hadhrat Masih (Mau’ud) as. Silakan disimak sesuai dengan sabda beliau:

“Allah Ta’ala menghendaki agar aku menarik semua ruh (orang) berfitrat baik yang menghuni berbagai tempat di seluruh bumi—baik Eropa atau pun Asia—kepada tauhid dan menghimpun hamba-hamba-Nya pada satu agama. Inilah tujuan Allah Ta’ala, yang dengan (tujuan) ini aku telah diutus. Oleh karena itu ikutilah oleh kalian tujuan ini, tetapi dengan kelembutan, akhlak, dan memperbanyak doa.” (Risalah Alwasiyat, Ruhani Khazain jilid 20, hal. 306-307)

Seraya mengisyaratkan kepada jalan-jalan untuk meraih qurub (kedekatan) dengan Allah Ta’ala beliau bersada:

“Dzat Allah Ta’ala adalah yang paling tersembunyi dan paling ghaib serta waro ul waro. Akal tidak dapat menyelidiki-Nya, sebgaimana Dia sendiri berfirman: laa tudrikuhul abshaar wa huwa yudrikul abshar. Yakni penglihatan tidak dapat sampai kepada-Nya dan Dia mengetahui batas mereka (penglihatan) serta unggul atas mereka. Walhasil tauhid-Nya tidak mungkin dicapai hanya dengan perantaraan akal, karena hakikat dari tauhid adalah, sebagaimana manusia
menepikan dirinya dari sesembahan batil seluruh dunia, yakni berlepas diri dari penyembahan berhala, manusia, matahari, bulan dan yang yang lainya; demikian pula hendaklah ia menghindarkan diri dari penyembahan penyembahan diri yang batil, yakni janganlah bergantung kepada kekuatan-kekuatan ruhani dan jasmaninya sendiri, dan hendaklah ia menyelamatkan dirinya sendiri dari terkurung dalam bencana ketakaburan dengan perantarannya. Walhasil, dalam kondisi ini jelaslah bahwa tauhid sempurna tidak dapat diperoleh tanpa meninggalkan keakuan dan tanpa mengikuti rasul. Orang yang menetapakan suatu kekuatan dirinya sebagai sekutu Tuhan, bagaimana mungkin dia bisa disebut sebagai muwahid (orang yang bertauhid)?” (Haqiqatul Wahi, Ruhani Khazain jilid 22, hal. 147-148)

Ikrar ubudiyyat (ketaatan) kepada beliau (saw) ditetapkan sebagai satu bagian tak terpisahkan dari kalimah Tauhid

“Baca dan perhatikanlah Quran Karim, di dunia ini tidak ada contoh manusia sempurna melebihi Nabi karim s.a.w dan di masa mendatang hingga kiamat sekalipun tidak mungkin ada. Kemudian lihatlah, kendatipun beliau mendapatkan keunggulan dalam mukjizat-mukjizat, ubudiyyat (ketaatan) senantiasa menyertai Hudhur aba. (saw). Sampai-sampai ikrar ubudiyyat (ketaatan) kepada beliau ditetapkan sebagai bagian tak terpisahkan dari kalimah tauhid.” (Malfuzhat jilid awwal, hal. 74, Edisi baru. Laporan Jalsah Saalaanah 1897)

Dalam menjelaskan hakikat tauhid, Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda:

“Tauhid bukanlah demikian, yakni mengucapkan kalimah syahadat di mulut semata, melainkan makna dari tauhid adalah hendaknya keagungan Ilahi bersemayam kuat di dalam hati dan pengagungan terhadap sesuatu yang lain tidak mengambil tempat di dalam hati. Hendaklah dipahami bahwa tempat kembali setiap tindakan, gerak dan diam (ketenangan) adalah Dzat suci Allah Ta’ala dan dalam setiap perkara hendaknya bertawakal kepada-Nya. Janganlah sama sekali menambatkan pandangan atau berserah diri kepada sesuatu selain Allah dan janganlah hendaknya membolehkan adanya suatu jenis sekutu apa pun dalam Dzat dan Sifat Allah Ta’ala.” (Malfuzhat, jilid 3, hal. 230, Edisi 2003, cetakan Rabwah)

Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda bahwa keselamatan bergantung pada dua perkara:

Terkait:   Pentingnya seorang Pembaharu - Juru Selamat

Pertama, beriman dengan keyakinan sempurna kepada wujud Tuhan dan keesaan-Nya.

Kedua, hendaknya kecintaan semupurna terhadap Allah SWT menguasai hatinya, sehingga hasil dari penguasaan dan dominasi tersebut adalah, ketaatan kepada Allah Ta’ala benar-benar menjadi ketenteraman jiwanya, yang tanpa itu dia tidak bisa hidup. Dan kecintaan pada-Nya menghancurkan serta melenyapkan kecintaan-kecintaan kepada yang lain. Inilah tauhid hakiki, yang sama sekali tidak dapat diperoleh selain dengan mengikuti majikan dan junjungan kita Hadhrat Muhammad Musthafa s.a.w.” (Haqiqatul Wahi, hal. 116)

Tauhid yang Suci dan Sempurna

“Adalah benar bahwa selama manusia belum menyaksikan kekuatan-kekuatan hidup dari Tuhan Yang Maha Hidup, syaitan tidak tidak akan keluar dari dalam hatinya dan tidak pula tauhid sejati akan masuk ke dalam hatinya, serta tidak mungkin ada pengakuan secara meyakinkan akan wujud Tuhan. Tauhid suci dan sempurna ini dapat diperoleh hanya dengan perantaraan Hadhrat Rasulullah s.a.w.” (Haqiqatul Wahi, hal. 115-118)

Sabda-sabda Hadhrat Muslih Mau’ud r.a.

Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. di dalam Tafsir Kabir beliau yang mahsyur telah memberi penjelasan gamblang dari berbagai segi mengenai tauhid murni yang dikemukakan Islam. Saya akan menyampaikan beberapa poin ma’rifatnya. Dengan referensi dari Al-Qur’an beliau bersabda:

“Penjelasan tauhid seperti demikian, tidak ada di dalam agama lain manapun.” (Tafsir Kabir, jilid 10, hal. 517)

Kemudian bersabda:

“Misi semua nabi adalah penyebaran tauhid, di mana pun nabi tersebut lahir.” (Tafsir Kabir Jilid 5, hal. 506)

“Hakikatnya adalah, tauhid merupakan nyawa dari agama. Jika ada seseorang yang memahami tauhid dengan baik, maka banyak sekali bagian dari agama yang menjadi terang benderang atas orang tersebut.” (Tafsir Kabir jilid 10, hal. 383)

“Selain Islam di dunia ini tidak ada agama yang mengemukakan tauhid sempurna.” (Tafsir Kabir jilid 10, hal. 395)

“Setiap nabi diutus kedunia ini untuk menegakkan tauhid, akan tetapi corak dimana Rasululah saw telah mengakkan tauhid, dan gejolak ghairat berkenaan dengan tauhid Allah Ta’ala yang dijumpai di dalam diri beliau, tidak tampak kepada kita permisalannya dalam diri seorang nabi mana pun.” (Tafsir Kabir jilid 10, hal. 340)

“Akidah tauhid adalah pondasi dasar penghuni dunia ini.” (Tafsir Kabir jilid 10, hal. 518)

Ini merupakan sabda yang pernuh dengan markrifat, yang laiq untuk direnungkan dan dipikirkan.

Tanpa masuk kepada penjelasan terperinci, sebagai contoh saya akan mengemukakan secara ringkas kalimat-kalimat penuh makrifat dari hadhrat Muslih Mau’ud berkenaan dengan tauhid murni, yang di dalamnya terdapat penjelasan dan poin-poin hikmah yang halus:

Semua kalimat-kalimat ini menuntut pemikiran dan perenungan mendalam penuh perhatian.

  • Persaudaraan di kalangan kaum muslimin tercipta karena tauhid
  • Tanpa tauhid sempurna, kedamaian tidak dapat tegak
  • Hanya dalam poin tauhid Allah ta’ala lah seluruh agama mungkin bersatu
    (Tafisr Kabir jilid 7)

Kemudian beliau bersabda :

  • Tauhid adalah nyawa dari agama
  • Tauhid adalah sumber/mata air rahmaniyyat
  • Hasil dari tauhid sempurna adalah ketawakalan sempurna
  • Pertama-tama hendaklah memahami tauhid, setelah itu doa-doa sempurna akan tercipta
  • Orang-orang yang bertauhid sempurna hendaklah hanya bertawakal kepada Allah Ta’ala
  • Orang yang berdiri tegak pada tauhid murni, masuk ke dalam sorga
  • Jejak tauhid terletak dalam setiap hal qudrat

(Tafsir Kabir jilid 10)

Contoh tauhid hakiki yang tampak dalam kehidupan suci Rasulullah s.a.w tidak ada tara bandingannya dalam sejarah semesta. Berkenaan dengan hal ini beliau bersabda:

“Misi semua nabi adalah penyebaran tauhid…..bandingkan kehidupan nabi yang paling besar sekali pun dengan kehidupan Rasulullah saw. kemudia lihatlah, cara bagaimana beliau telah melenyapkan kemusyrikan, dan pengorbanan yang beliau lakukan dalam menyebarkan tauhid di permukaan bumi, permisalannya tidak tampak di dunia ini dan dalam kehidupan nabi mana pun.” (Tafsir Kabri jilid 5, hal. 506)

Sabda-sabda Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis a.b.a.

Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis a.b.a telah menjelaskan dengan sangat terangbenderang berkenaan dengan topik tauhid murni di dalam pidato-pidato dan khutbah-khutbah Jumat beliau. Saya akan mengemukakan satu contohnya. Dalam sebuah khutbah jumat beliau bersaba:

“Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Muhammad Musthafa s.a.w. ke dunia untuk menegakkan tahud murni-Nya. Dan semenjak masa kanak-kanak pun Allah Ta’ala telah membuat pengaturan-pengaturan yakni telah mejadikan hati beliau s.a.w bersih, suci, dan murni. Semenjak masa kanak-kanak pun Allah Ta’ala telah menanamkan di dalam diri beliau kecintaan kepadaNya dan kebencian terhadap kemusyrikan.”

Kemudian beliau bersabda:

“Ada satu gejolak kecintaan terhadap Allah Yang Maha Esa, yang telah merampas/mengambil kantuk dalam malam-malam beliau dan ketenangan di siang hari beliau. Jika ada rintihan, itu hanyalah satu, yakni bagaimana dunia akan mulai beribadah kepada satu Tuhan, mulai mengenali Tuhan yang merupakan penciptanya. Untuk menyampaikan pesan ini beliau pun terpaksa harus menanggung penderitaan-penderitaan, beliau juga harus menghadapi kekerasan-kekerasan. Tetapi kekerasan-kekerasan ini tidak dapat menghentikan beliau dari beribadah kepada satu Tuhan dan dari menyampaikan pesan Tuhan yang Maha Esa.”

Lebih lanjut beliau bersabda:

“Lihatlah masa muda beliau s.a.w. bagaimana beliau pergi ke sebuah gua lalu beribadah kepada satu Tuhan. Beliau s.a.w. biasa melewatkan hari-hari di gua Hira. Beliau berdoa penuh keikhlasan terhadap Tuhan beliau dalam kesendirian, beliau beribadah kepada-Nya. Setelah melihat ini, orang-orang yang satu kaum dengan beliau pun mulai mengatakan bahwa Muhammad (s.a.w) telah menjadi pecinta Tuhannya.”

Kemudian mulailah masa kenabian, maka ketika paman beliau yang dikarenakan takut terhadap orang-orang kafir, berusaha untuk menghentikan beliau dari menyampaikan pesan Tuhan, maka betapa indah jawaban yang diberikan oleh sang pecinta sejati Tuhan ini, yakni, “Wahai pamanku! Meskipun orang-orang ini meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, tetap saja aku tidak akan meninggalkan tugas ini. Hingga Tuhan menyempurnakannya atau saya sendiri meninggal di dalamnya.” (As-Sirah Nabawiyah libni hisyam………….)

“Kecintaan Hadhrat Rasulullah s.a.w terhadap Tuhan dan kepedihan beliau untuk menegakkan keesaan-Nya di dunia ini, dan usaha yang telah beliau lakukan untuk itu, tidak ada yang dapat menandinginya!” (Khutbah Juma’at, 4 Februari 2005)

Seraya menyebutkan mengenai Hadhrat Bilal ra, dalam kata-kata Hadhdrat Mirza Basyir Ahmad ra, Hadhrat Khalifatul Masih al-Khamis a.b.a bersabda:

“Bilal bin Rabaah merupakan seorang budak Habsyi dari Umayyah bin Halaf. Di saat panas terik memanggang dan lapangan berbatu di Mekah membara laksana tungku, Umayyah membawa beliau keluar pada waktu tengah hari, lalau menelanjangi beliau, meletakkan beliau di atas tanah dan sembari meletakkan batu-batu besar yang panas dia mengatakan, “Sembahlah Latt dan ‘Uzza dan tinggalkanlah Muhammad, jika tidak aku akan membunuhmu dengan siksaan serupa ini.” Bilal r.a. tidak mengetahui banyak bahasa Arab. Beliau hanya mengatakan, “ahad, ahad”, yakni Allah itu Esa. Setelah mendengar jawaban ini, Umayyah menjadi semakin emosi dan memasangkan tali di leher beliau lalu menyerahkan beliau kepada para pemuda yang jahat dan mereka menyeret-nyeret beliau di lorong Mekah yang berbatu, yang karenanya tubuh beliau berlumuran darah, tetapi tidak ada kata lain terucap dari mulut beliau selain “ahad, ahad.” Hadhrat Abu Bakar r.a. melihat kezaliman yang dilakukan terhadap Hadhrat Bilal, maka Hadhrat
Abu Bakar r.a. membeli beliau dengan harga tinggi lalu membebaskannya.” (Sirat Khaataman Nabiyyiin, Hal. 140)

Pemandangan menggugah keimanan di dalam kehidupan beberkat Rasulullah saw. terkait
dengan Tauhid Murni

Hadirin! Kehidupan suci junjungan kita Hadhrat Khaatamul Anbiya seibarat buku yang terbuka, yang di dalamnya pemandangan-pemandangan berkenaan dengan hubungan dengan Allah Ta’ala dan tauhid tampak bersinar berkilauan. Di dalam kehidupan beberkat beliau, berkenaan dengan kecintaan pada tauhid murni pun tampak contoh-contoh yang membuat hati dipenuhi dengan kecintaan pada Rasul suci s.a.w. Mari kita telusuri lorong-lorong kota Mekah dan Madinah Munawaroh lalu dapatkan kebahagiaan untuk menyinari hati dan mata kita dengan jejak langkah Rasul maqbul s.a.w!

Terkait:   Apakah Khilafah dalam Islam Didirikan untuk Menaklukkan Dunia?

Pada punggung Rasulullah saw. ada daging yang menonjol. Bapaknya Abu Ramsyah berkata kepada nabi Karim, “Perlihatkanlah kepada saya daging yang menonjol di punggung anda. Saya seorang tabib, saya akan menghilangkannya dengan pengobatan.” Setelah mendengar hal ini, dengah ghairat tauhid yang begitu besar Rasulullah saw. bersabda, “Tabib yang sebenarnya adalah Dzat Allah Ta’ala, Tabib untuk bagian daging yang menonjol ini pun adalah Dia (Allah) yang telah menciptakannya. (Abu Daud)

Setiap perkataan Rasul Karim saw biasanya ditutup dengan penjelasan Tauhid Ilahi dan keagungan Allah Ta’ala. Suatu kali unta beliau yang berjalan cepat tertinggal dari unta seorang Arab. Pada moment tersebut betapa beliau bersabda dengan begitu luhurnya, “Allah Ta’ala lah yang meninggikan sesuatu dan terkadang Dia pun merendahkannya. Dzat yang paling luhur adalah Allah Ta’ala.” (Abu Daud)

Subhaanallah, betapa merupakan penjelasan yang Indah mengenai tauhid yang murni!

Ghairat Rasul maqbul saw untuk Tauhid Allah Ta’ala tampak dari peristiwa dalam perang Uhud ini. Ketika kaum muslimin dalam arzi paspai, beliau berlindung di sebuah tempat yang sempit di kaki bukit Uhud, pada momen tersebut sisa lasykar kaum muslimin berdiri di kaki buki Uhud, Abu Sufyan berteriak dengan keras dan mengatakan, “Kami telah membunuh Muhammad s.a.w.” Rasulullah saw. tidak menjawab kesombongan tersebut. Inilah tuntutan kebijaksanaan.
Kemudian Abu Sufyan mengatakan, “Kami juga telah membunuh Abu Bakar ra.” Rasulullah saw. bersabda,”Tidak perlu dijawab.” Kemudian Abu Sufyan berteriak, “Kami juga telah membunuh Umar ra.” Rasulullah saw. pun memerintahkan untuk tetap diam. Lalu orang-orang kafir merasa yakin bahwa mereka telah menang, Abu Sufyan dan kawan-kawannya dengan gembira meneriakan yel, “’Ulu Hubal, ‘Ulu Hubal”, yakni “Agunglah Hubal, berhala kami, kini ia telah melenyapkan Islam.” Saat itu Rasul Karim saw yang memberikan nasehat kepada para sahabat beliau untuk tetap diam atas pengumuman kewafatan beliau, pengumuman kewafatan Abu Bakar, pengumuman kewafatan Umar, ketika timbul persoalan perihal kemuliaan Allah Ta’ala yang Maha Esa, dan yel-yel kemusyrikan menggema di medan perang, maka ruh beliau menjadi gelisah karena ghairat ketauhidan yang murni dan beliau saw seraya memperhatikan sahabat-sahabat beliau, bersabda, “Mengapa kalian tidak menjawab kesombongan orang-orang itu?” para sahabat
mengatakan, “Wahai Rasulullah, apa yang harus kami katakana?” Rasulullah saw. bersabda, “Katakanlah oleh kalian, ‘Allahu a’laa wa ajall, Allohu a’laa wa ajall” katakanlah kepada orangorang kafir, “kalian berdusta, bahwa Hubal adalah agung. Dengarlah! Yang Maha Mulia adalah Allah wahdahu laa syariik, dan Dialah yang Maha Agung.”

Demikianlah beliau saw rela nyawa beliau dalam bahaya dan telah menggaungkan yel mengenai ketauhidan murni. Jawaban yang penuh dengan keberanian ini memberikan pengaruh mendalam terhadap lasykar kufar, sehingga mereka tidak berani untuk melakukan penyerangan lagi. Contoh ghairat demi ketauhidan murni ini akan senantiasa ditulis dengan tinta emas di dalam sejarah.

Kecintaan terhadap tauhid Ilahi dan contoh agung ghairat untuk tauhid tersebut di dalam kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud a.s dijumpai di dalam peristiwa ini: Suatu kali beliau merasakan sakit kepala yang sangat berat, setiap pengobatan yang memungkinkan dan tersedia telah dilakukan, tetapi tidak dapat mereda. Seorang hakim (tabib) yang mahir dipanggil. Dia datang, setelah memeriksa dia mulai mengatakan, “Jangan khawatir, saya akan menyembuhkannya dalam dua hari.” Setelah mendengar perkataan yang mengandung unsur kemusyrikan ini beliau bersabda, “Saya sama sekali tidak mau berobat dengan tabib ini. Apakah dia menganggap dirinya sendiri sebagai Tuhan? Berikan kepada dia bayaran pengobatan lebih dari yang disepakati, dan dia dikirim pulang. Penyembuh mutlak yang sebenarnya adalah Tuhan kita!”

Melalui Islam, tauhid murni telah tegak di dunia. Setelah Khilafat Rasyidah, telah telah berlalu masa kesesatan dan penyimpangan lama sekali, kemudian melalui pengutusan hadhrat Masih Mau’ud as. tauhid hakiki telah tegak kembali, yang tengah terus meluas hari demi hari di bawah naungan Khilafat Ahmadiyah. Hal tersebut disinggung juga dalam syair karya Hadhrat Masih Mau’ud as., silakan didengarkan beberapa syair beliau. Seraya menyinggung berkenaan
dengan pengaruh-pengaruh suci tauhid murni, beliau bersabda:

Kini, orang bijakssana mengatakan selamat tinggal terhadap trinitas
………………………………..
Di setiap tempat di setiap negeri, penyembahan berhala menurun
tidak ada kemuliaan dan wibawa sedikitpun terhadap penyembahan manusia
Langit tauhid sang Pencipta telah berhembus dari langit
Hati bersama kami, meskipun mulut mengucapkan ribuan ocehan
Dia sendiri yang telah menganugerahkan kepadaku mata air Tauhid Suci
……………………….

Penutup

Para pendengar yang mulia!

Setelah mengemukakan beberapa perkara berkenaan dengan tauhid murni yang dikemukakan Islam, di bagian akhir saya akan mengemukakan satu sabda Hadhrat Muslih Mau’ud ra, yang sangat perlu untuk kita simak dengan penuh perhatian dan kita jadikan sebagai tujuan yang paling utama.

Beliau bersabda:

Allah Ta’ala telah berfirman kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. melalui ilham:

(Baraahin-e-Ahmadiyyah, Ruhani Khazain jilid 1, hal. 267)

Yakni, wahai keturunan Farsi! Peganglah tauhid dengan kuat. Keturunan Farsi maksudnya bukan hanya keluarga beliau saja, bahkan seluruh jemaat dari segi kerohanian merupakan keturunan Farsi dan perintah ini adalah untuk seluruh jemaat dan ada kaidah bahwa pada waktu musibah manusia berpegang pada sesuatu yang khas. Berfirman, “Pada waktu musibah, peganglah tauhid oleh kalian, karena di dalamnya terdapat semua perkara-perkara lainnya. Oleh karena itu, merupakan kewajiban jemaat kita untuk mengedepankan moto laa ilaaha illallah setiap waktu. (dikutip dari Khutbaat e Mahmud, jilid 17, hal. 570-571, khotbah tanggal 28 Agustus 1936)

Sebuah Doa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. untuk Tegaknya Tauhid

“Di akhir kita berdoa, wahai Tuhan yang Maha Kuasa! Wahai Pembimbing hambahamba-Nya, sebagaimana Engkau telah menetapkan zaman ini sebagai zaman zahir dan munculnya kesia-siaan yang baru, demikian pula zahirkanlah oleh Engkau makrifat-makrifat Quran Karim kepada kaum-kaum yang lalai itu, dan kini tariklah zaman ini kepada Engkau, kepada kitab Engkau, dan kepada Tauhid Engkau. Kekufuran dan kemusyrikan telah sangat meningkat dan Islam telah berkurang. Kini, Wahai yang Maha Mulia! Hembuskanlah angin tauhid di timur dan di barat, dan zahirkanlah sebuah tanda tarikan di langit. Wahai yang Maha Pengasih! Kami teramat membutuhkan kasih sayang Engkau. Wahai Sang Pemberi Petunjuk! Betapa kami memerlukan petunjuk-petunjuk Engkau. Beberakatlah hari yang di dalamnya cahaya-cahaya Engkau zahir. Alangkah baiknya waktu yang di dalamnya genderang Engkau bertabuh. Tawakkalnaa ‘alaika wa laa haula wa laa quwwata illaa bika wa anta al-‘aliyyul ‘azhiim” (Ruhani Khazain jilid 5, hal 214)

Wa aakhiru da’waanaa anil hamdu lillaahi robbil ‘aalaamiin

Penerjemah: Mln. Saifullah Mubarak, Shd dan Mln. Ataul Ghalib

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.