Mengapa Ahmadiyah Mengisolir Dirinya

MENGAPA AHMADIYAH MENGISOLIR DIRINYA?

Sebagian orang mengatakan, apa perlunya suatu Jamaah semacam itu didirikan. Padahal cita-cita semacam itu (seperti diterangkan di atas) dapat dibangkitkan di dalam tubuh seluruh umat Muslimin sedunia.

Jawabannya secara logika ialah, seorang panglima hanya dapat mengirimkan mereka ke medan perang, yaitu orang-orang yang mendaftarkan diri sebagai tentara. Bagaimana bisa orang yang tidak mendaftarkan diri dikirimkan? Kalau sekiranya Jamaah tidak didirikan, maka kepada siapakah beliau (pendiri Jemaat Ahmadiyah) dan para Khalifah beliau akan meminta tenaga dan kepada siapakah akan memberi perintah?

Apakah beliau harus keluar masuk lorong dan pasar, lalu memegang tiap-tiap orang-orang Muslim dengan mengatakan, sekarang di tempat anu perlu tenaga untuk menyebarkan Islam. Orang-orang itu menjawab bahwa kami tidak bersedia melaksanakan perintah anda. Kemudian beliau pergi lagi untuk mencari orang lain dan beliau mendapat sambutan dingin pula. Sudah logis, bahwa apabila orang hendak melaksanakan suatu pekerjaan yang besar, maka untuk maksud itu diperlukan untuk membentuk satu organisasi. Tanpa demikian, tidak mungkin suatu pekerjaan yang besar itu dapat dilaksanakan.

Terkait:   73 Golongan Dalam Islam

Jika dikatakan bahwa boleh saja mendirikan organisasi atau Jamaah, tetapi hendaknya mengadakan kerjasama dengan orang lain. Jawabannya ialah, tidak setiap orang bersedia untuk melakukan pekerjaan yang sulit dan meminta resiko jiwa. Pekerjaan semacam itu, hanyalah sanggup dikerjakan oleh “orang yang gila”. Orang-orang gila perlu dipisahkan dari orang-orang yang waras otaknya. Seandainya orang-orang yang waras otaknya hendak menjadikan orang-orang gila seperti mereka juga, maka siapakah yang akan mengerjakan pekerjaan yang maha besar semacam itu?

Selain dari itu sikap memencilkan diri ini, dengan sendirinya akan menimbulkan satu keheranan pihak lain, sehingga mereka akan mulai mengusut dan mencari-cari keterangan, tetapi mereka pada satu ketika akan menjadi mangsa juga, dari apa yang mereka usahakan untuk menghapuskannya.

Jadi segala tuduhan-tuduhan itu hanya merupakan ekor daripada kepicikan belaka. Jika orang mempergunakan pikirannya, maka dia akan mengerti, bahwa cara yang diambil oleh Ahmadiyah inilah yang benar. Dengan cara demikian Ahmadiyah dapat membangun satu Jamaah yang terdiri dari orang-orang yang bersedia berkorban untuk Islam. Selama ia mengikuti cara ini, hari demi hari jumlah anggotanya akan terus bertambah, sehingga suatu waktu akan dirasakan oleh musuh, bahwa sekarang Islam sudah mendapat kekuatan. Ketika mereka akan mengumpulkan segenap kekuatannya untuk menggempur Islam, akan tetapi timing-nya atau waktunya yang baik untuk mengadakan serangan itu sudah berlalu. Medan pertempuran akan dikuasai oleh Islam dan musuh akan menderita kekalahan.

Terkait:   10 Syarat Bai'at dalam Ahmadiyah

Kami tidak menaruh batu penghalang di atas jalan perjuangan politisi. Kami berkata kepada mereka bahwa apabila mereka belum memahami cita-cita kami, mereka kami persilahkan untuk terus berjuang. Akan tetapi, kami pun mengharap kepada mereka, agar mereka janganlah menghalangi jalan kami. Jika seseorang mendapat satu kesimpulan bahwa cara yang ditempuh oleh mereka itu benar, maka ia akan menggabungkan diri kepada mereka. Jika seseorang mendapatkan kesimpulan bahwa cara yang kami tempuh ini benar, maka ia akan menggabungkan diri dengan kami. Kalau cara yang di tempuh oleh mereka, tidak begitu banyak meminta pengorbanan malah banyak memberikan kemasyhuran, maka cara yang kami tempuh meminta banyak sekali pengorbanan tetapi kemasyhuran kurang. Mereka tetap memperoleh bagiannya dan kami pun tetap mempunyai bagian kami.

Terkait:   Mendirikan Jemaat Baru

Barangsiapa yang mempunyai pandangan bahwa mengingat beberapa kenyataan, kebangkitan Islam sangat diperlukan, ia akan datang menggabungkan diri kepada kami. Barangsiapa yang memuja kecemerlangan dari kerajaan lahiriah, ia akan pergi mendapatkan mereka. Akan tetapi apa gunanya kita bersengketa dan berhantaman. Kedua-duanya sama-sama menanggung derita untuk tujuan masing-masing, walaupun penanggungan sakit dan lara itu diterima oleh bagian tubuh yang berlainan. Mereka menderita pada otak mereka dan kami menderita kepedihan hati.

Inilah jawaban saya dari segi akal. Sekarang saya hendak memberikan jawaban dari segi rohaniah, yang menurut hemat saya, merupakan satu-satunya jawaban yang jitu.

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.