Meraih Ketakwaan Melalui Pengorbanan Harta & Dimulainya Tahun Waqfi Jadid ke-68
Khotbah Jumat Sayyidinā Amīrul Mu’minīn, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalīfatul Masīḥ al-Khāmis (أيده الله تعالى بنصره العزيز, ayyadahullāhu Ta’ālā binashrihil ‘azīz) pada 3 januari 2025 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford (Surrey), UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)
أَشْھَدُ أَنْ لَّا إِلٰہَ إِلَّا اللّٰہُ وَحْدَہٗ لَا شَرِيْکَ لَہٗ وَأَشْھَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُہٗ وَ رَسُوْلُہٗ
أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰہِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ۔
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اَلۡحَمۡدُلِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ۙ﴿۲﴾ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۙ﴿۳﴾ مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ ؕ﴿۴﴾إِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ إِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿۵﴾ اِہۡدِنَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿۶﴾ صِرَاطَ الَّذِیۡنَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۬ۙ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ﴿۷﴾
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
Terjemah ayat ini adalah:
Kalian sama sekali tidak akan mencapai kebajikan yang sempurna sebelum kalian menginfakkan sebagian dari apa yang kalian cintai. Dan apapun yang kalian korbankan, sungguh Allah Maha Mengetahuinya. (Ali Imran:93)
بِرٌّ (birrun) berarti kebajikan tertinggi dan kebajikan sempurna. Sebagaimana Allah Taala berfirman dalam Al-Qur’an: Kalian tidak dapat mencapai kebajikan sempurna sampai kalian mengorbankan hal-hal yang kalian cintai demi keridaan Allah Taala dan membelanjakannya demi keridaan-Nya.
Oleh karena itu, seorang mukmin sejati yang selalu mencari keridhaan Allah Taala, berusaha mencapai standar kebajikan dan hendaknya melakukan hal-hal yang mendekatkannya kepada Allah Taala. Dalam Al-Qur’an, petunjuk untuk mencapai kedekatan dengan Allah Taala diberikan di berbagai tempat dengan berbagai cara. Berbagai kebajikan disebutkan dan membelanjakan harta di jalan Allah juga dinyatakan sebagai suatu kebajikan.
Dalam ayat ini juga, membelanjakan di jalan Allah dinyatakan sebagai kebajikan yang sangat besar dan dikatakan bahwa jika kamu membelanjakan harta atau sesuatu yang kamu cintai di jalan Allah, maka itu akan menjadi kebajikan yang besar. Tentu saja Allah Taala memberi pahala untuk setiap kebajikan yang dilakukan untuk mencari keridaan-Nya, tetapi karena manusia memiliki kecintaan pada harta, maka perhatian khusus diberikan terhadap hal ini.
Alhasil, Allah Taala telah menetapkan pengorbanan yang kita cintai sebagai salah satu standar tinggi keimanan, kebajikan sejati dan pengorbanan. Sebagaimana difirmankan, kebajikan sejati adalah: “Kalian memberikan sesuatu di jalan Allah yang kalian cintai dan mengorbankannya demi keridaan Allah Taala.”
Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah menjelaskan hal ini di banyak tempat. Di satu tempat beliau a.s. bersabda:
“Tidak seharusnya seseorang menaruh kecintaan pada harta”. Ini adalah hal yang sangat sulit terutama di zaman sekarang. Beliau a.s. bersabda: Tidak seharusnya seseorang menaruh kecintaan pada harta. Allah Taala berfirman:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
Kalian tidak akan pernah mencapai kebajikan sampai kalian membelanjakan di jalan Allah dari hal-hal yang kalian cintai.
Jika kita membandingkan kondisi zaman sekarang dengan zaman Rasulullah saw., kita merasa sedih atas keadaan di masa ini. Saat itu, tidak ada yang lebih dicintai daripada nyawa, dan pada zaman itu, di zaman Rasulullah saw., seseorang harus mengorbankan nyawanya di jalan Allah Taala.” Beliau a.s. bersabda: “Mereka juga memiliki istri dan anak-anak seperti halnya kalian. Semua orang mencintai nyawanya, tetapi mereka selalu bersemangat untuk mengorbankan dirinya di jalan Allah Taala jika ada kesempatan.”
Kemudian beliau a.s. bersabda:
“Seseorang tidak bisa mengaku bahwa dirinya telah berbuat suatu kebajikan dengan membelanjakan hartanya yang tidak berguna dan tidak berharga. Pintu kebajikan itu sempit. Maka ingatlah bahwa tidak ada yang bisa masuk ke dalamnya dengan membelanjakan barang-barang yang tidak berharga, karena ada firman yang jelas:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
Yakni, selain kalian belum membelanjakan hal-hal yang paling kalian cintai dan sayangi, kalian tidak akan bisa mencapai derajat sebagai orang yang dicintai dan dihormati. Jika kalian tidak mau menanggung kesulitan dan tidak mau menempuh kebajikan yang sejati, bagaimana bisa kalian akan berhasil dan mencapai tujuan kalian?”
Beliau a.s. bersabda: “Apakah para sahabat mencapai derajat mereka dengan cuma-cuma? Betapa banyak biaya dan kesulitan yang harus ditanggung oleh seseorang untuk mendapatkan gelar duniawi, dan bahkan setelah itu hanya mendapatkan gelar biasa yang tidak memberikan kepuasan dan ketenangan hati. Kemudian renungkanlah, gelar “Raḍiallāhu ‘anhum” yang memberikan kepuasan hati dan ketenangan jiwa serta tanda keridaan Allah Yang Maha Mulia, apakah itu didapatkan dengan mudah begitu saja?”
Beliau a.s. bersabda: “Sesungguhnya, keridaan Allah Taala yang merupakan sumber kebahagiaan sejati tidak bisa didapatkan tanpa menanggung suatu kesulitan yang hanya sementara. Allah Taala tidak bisa ditipu. Berbahagialah orang-orang yang tidak peduli dengan kesulitan dalam mencari keridaan Allah, karena kebahagiaan abadi dan ketenangan yang sejati datang kepada seorang mukmin setelah kesulitan sementara ini.”
Kemudian beliau a.s. bersabda: “Manusia di dunia sangat mencintai harta. Karena itu, dalam ilmu tafsir mimpi tertulis bahwa jika seseorang bermimpi ia mengeluarkan hatinya dan memberikannya kepada seseorang, maka itu bermakna harta. Inilah sebabnya untuk mencapai ketakwaan dan iman yang sejati, difirmankan:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
Kalian tidak akan pernah mencapai kebajikan yang sejati sampai kalian membelanjakan hal yang paling kalian cintai, karena sebagian besar kasih sayang dan perlakuan baik terhadap makhluk Allah membutuhkan adanya pengeluaran harta, dan belas kasih terhadap sesama manusia yaitu kepada orang-orang dekat kita dan semua ciptaan Allah adalah sesuatu yang merupakan bagian kedua dari iman, yang tanpanya iman tidak bisa sempurna dan kokoh.
Bagaimana seseorang bisa memberi manfaat kepada orang lain jika ia tidak berkorban? Untuk memberikan manfaat diperlukan pengorbanan. Pengorbanan adalah hal yang harus dilakukan dalam memberikan manfaat dan kasih sayang kepada orang lain. Ayat
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
ini pun memberikan petunjuk dan ajaran tentang pengorbanan seperti ini. Jadi, membelanjakan harta di jalan Allah juga merupakan standar dan ukuran keistimewaan dan ketakwaan manusia.”
Hz. Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Dalam kehidupan Hz. Abu Bakar r.a., standar dan tolok ukur pengabdian kepada Allah adalah bahwa ketika Rasulullah saw. menyebutkan suatu keperluan, maka beliau r.a. hadir dengan membawa seluruh perbendaharaan rumahnya.”
Kemudian beliau a.s. menasihati dengan bersabda:
Janganlah mencintai harta. Allah Taala berfirman:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
Yakni, kalian tidak bisa mencapai بِرٌّ (birrun), yaitu kebajikan sejati dan sempurna ini, sampai kalian membelanjakan harta yang kalian cintai.” Sebagaimana saya telah jelaskan sebelumnya bahwa ‘birrun’ adalah kebajikan yang tinggi tingkatannya dan merupakan kebajikan yang sempurna.
Inilah rahasia yang telah dipahami dengan benar oleh anggota Jemaat Ahmadiyah saat ini, dan ini adalah hasil dari tarbiyat Hz. Masih Mau’ud a.s. sehingga sampai hari ini kita terus melihat standar pengorbanan ini – standar yang ditegakkan oleh para sahabat, kemudian yang ditegakkan oleh mereka yang dekat dengan Hz. Masih Mau’ud a.s. di zaman beliau a.s. dan para sahabatnya, kemudian setelah itu dalam era khilafat di setiap zaman, kita terus melihat pengorbanan-pengorbanan ini dan sampai hari ini kita masih melihat pengorbanan yang sama.
Rasulullah saw. sangat menekankan pengorbanan harta dan hal ini dipahami dan diamalkan dengan baik oleh para sahabat beliau. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
Hz. Ibnu Mas’ud a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak boleh iri kepada siapa pun kecuali kepada dua orang: Pertama orang yang diberi harta oleh Allah Taala dan ia mengorbankannya di jalan Allah, kedua orang yang diberi kebijaksanaan dan ilmu oleh Allah Taala yang dengannya ia membuat keputusan untuk orang lain dan mengajar mereka.”
Inilah standar yang Rasulullah saw. nasihatkan untuk ditegakkan di antara para sahabat beliau saw. dan ini berhasil ditegakkan. Dalam sebuah riwayat dari Hz. Abu Mas’ud Ansari r.a. diriwayatkan: “Ketika Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah, sebagian dari kami pergi ke pasar, bekerja keras di sana, mendapatkan upah berupa satu mud gandum (sekitar beberapa kilogram) atau apa pun yang bisa didapat, lalu menyedekahkannya.” Usaha mereka adalah untuk ikut serta dalam seruan Rasulullah saw. dengan melakukan pekerjaan fisik dan menghasilkan pendapatan, bukan dengan meminta-minta. Perawi meriwayatkan:, “Sebagian dari mereka sekarang memiliki 100.000 dirham berkat pengorbanan tersebut.” Mereka yang dulu harus melakukan kerja fisik untuk memberi candah sekarang memiliki jutaan. Inilah keberkatan dari pengorbanan.
Inilah rahasia yang Rasulullah saw. anjurkan untuk kita ikuti. Inilah yang Allah Taala nasihatkan kepada kita dalam Al-Qur’an, yaitu hendaknya kita membelanjakan di jalan-Nya dari apa yang kita cintai. Dalam riwayat juga disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw. mencanangkan gerakan pengorbanan harta, para sahabat membawa apa pun yang mereka miliki di rumah mereka sehingga berbagai barang pun menjadi banyak terkumpul di sana. Alhasil, untuk keperluan jemaat diperlukan iuran, diperlukan harta, diperlukan berbagai hal, dan sejak dahulu jemaat para nabi memahami hal ini dan berkorban sesuai kemampuan mereka masing-masing.
Tentang seberapa besar keutamaan pengorbanan harta, di suatu tempat Rasulullah saw. menasihati saudari sepupunya, Hazrat Asma’ r.a. dengan bersabda: “Janganlah menghitung-hitung dalam membelanjakan harta di jalan Allah, karena jika demikian Allah Taala juga akan menghitung-hitung dalam memberi kepadamu. Janganlah duduk dengan kikir dengan menutup kantung sakumu; jika tidak, nanti akan tetap tertutup.” Beliau saw. bersabda: “Belanjakanlah sesuai kemampuanmu dengan hati terbuka, bertawakallah kepada Allah, Allah akan terus memberi.”
Kemudian pada suatu kesempatan beliau saw. bersabda, (ini diriwayatkan dari Hz. Abu Hurairah r.a.): “Setiap pagi ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata, ‘Ya Allah, berilah lebih banyak kepada orang yang dermawan yang membelanjakan (hartanya) dan ciptakanlah orang lain yang mengikuti jejaknya.’ Malaikat yang kedua berkata, ‘Ya Allah, berilah kebinasaan kepada orang yang kikir yang menahan (hartanya) dan hancurkanlah harta bendanya.”
Bagaimanapun, di masa sekarang ini, rahasia ini diketahui oleh para Ahmadi. Ada banyak contoh yang memenuhi sejarah Ahmadiyah dan setiap hari terus bertambah tentang betapa pentingnya orang yang dermawan yang membelanjakan hartanya.
Seseorang menulis: “Saya hanya memiliki sejumlah kecil uang dan dengan uang itu saya bermaksud untuk memulai bisnis. Ada beberapa hal penting yang perlu dibeli. Keadaan sangat tidak menguntungkan dan saya tidak yakin apakah bisnis ini bisa berjalan atau tidak. Ayah saya berkata kepada saya untuk memberikan seluruh uang yang ada sebagai candah dan mengorbankannya demi Allah Taala. Maka saya pun memberikan candah dan Allah Taala menciptakan sarana sedemikian rupa sehingga saya mendapatkan pesanan yang menghasilkan uang berlipat ganda dari sebelumnya, kemudian saya memulai bisnis itu dan Allah Taala memberikan begitu banyak keberkatan sehingga harta yang tak terhitung mulai mengalir.”
Inilah pengalaman-pengalaman yang Allah Taala terus tunjukkan di zaman ini juga kepada para pengikut dan pengkhidmat Hz. Masih Mau’ud a.s. untuk meningkatkan iman mereka. Rasulullah saw. telah sangat mendorong pengorbanan harta dalam berbagai kesempatan. Hazrat Hasan r.a. meriwayatkan sebuah hadits qudsi yang di dalamnya Rasulullah saw. menyampaikan firman Allah Taala: “Wahai anak Adam, kumpulkanlah hartamu sebagai simpanan di sisi-Ku dan tenanglah. Tidak akan ada bahaya api, tidak akan ada kekhawatiran tenggelam, dan tidak akan ada ketakutan akan pencurian. Aku akan memberikan simpanan yang disimpan di sisi-Ku secara lengkap pada hari ketika engkau paling membutuhkannya.”
Maksudnya adalah kehidupan setelah kematian, ketika manusia tidak tahu perlakuan apa yang akan diterimanya kelak. Ia tidak tahu tentang bagaimana timbangan amal kebaikannya, pada saat itu Allah Taala berfirman, “Pengorbanan-pengorbananmu, Aku akan memberimu ganjarannya dan melaluinya ini akan menjadi sarana pengampunanmu.” Inilah perdagangan yang Allah Taala lakukan dengan seorang mukmin.
Hz. Masih Mau’ud a.s. bersabda di suatu tempat:
“Aku yakin bahwa kekikiran dan iman tidak bisa bersatu dalam satu hati. Orang yang beriman kepada Allah Taala dengan hati yang tulus tidak menganggap hartanya hanya yang tersimpan dalam peti simpanannya, tetapi ia menganggap seluruh perbendaharaan Allah Taala sebagai perbendaharaannya, dan kekikiran menjauh darinya seperti kegelapan menjauh dari cahaya.”
Kemudian beliau a.s. bersabda:
“Anggota jemaat harus mengkhidmati jemaat ini dalam segala hal. Dalam hal pengorbanan harta juga tidak boleh ada kekurangan. Lihatlah, di dunia ini tidak ada sistem yang berjalan tanpa candah. Pada masa Hazrat Rasulullah saw., Hazrat Musa a.s., Hazrat Isa a.s., semua rasul mengumpulkan candah. Maka anggota jemaat kita juga perlu memperhatikan hal ini. Jika mereka memberikan satu sen saja secara berketetapan hati dalam setahun, banyak hal yang bisa dilakukan.”
Dalam hal ini, lihatlah contoh Hz. Khalifatul Masih I r.a.. Bagaimana beliau berkorban untuk menyelesaikan misi Hz. Masih Mau’ud a.s. setelah menyambut seruan beliau.
Hz. Masih Mau’ud as. menulis tentang Hz Khalifatul Masih I r.a. yaitu: “Jika saya mengizinkan, maka beliau akan mengorbankan segalanya di jalan ini dan memenuhi hak persahabatan rohani seperti halnya terhadap persahabatan jasmani dan kebersamaan setiap saat.”
Kemudian beliau a.s. menulis: “Saya akan menunjukkan beberapa baris dari surat-surat beliau sebagai contoh.” Beliau (Hz. Khalifatul Masih I r.a.) menulis kepada Hz. Masih Mau’ud a.s.: “Saya berkorban di jalan engkau. Apa yang saya miliki bukanlah milik saya tetapi milik engkau. Wahai Guru yang mulia, saya sampaikan dengan ketulusan sempurna bahwa jika seluruh harta kekayaan saya digunakan untuk penyebaran agama, maka saya telah mencapai tujuan saya. Jika para pembeli gelisah karena tertundanya penerbitan buku Barahin (karena kurangnya pembeli atau mereka tidak membayar), maka izinkanlah saya melakukan pengkhidmatan saya yang sederhana ini untuk membayar seluruh harganya dari saku saya sendiri dan mengembalikannya, dan pendapatan apa pun yang datang darinya juga akan saya serahkan.” Dengan penuh keharuan beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan kebahagiaan beliau. Bahkan beliau r.a. menyampaikan kepada Hz. Masih Mau’ud a.s. bahwa keinginan beliau r.a. adalah agar seluruh biaya pencetakan Barahin dibebankan kepada dirinya. Inilah standar pengorbanan Hz. Khalifatul Masih I r.a..
Ketika Hz. Khalifatul Masih Kedua r.a. memulai gerakan Waqfi Jadid dan Tahrik Jadid, banyak sekali bahkan orang miskin yang memberikan candahnya meskipun kecil. Ada yang membawa ayam, ada yang membawa telur, dan mereka berkata: “Apa yang kami miliki telah kami persembahkan.” Pada masa itu juga, ketika Hz. Khalifatul Masih II r.a. memberikan contoh orang-orang miskin yang mengorbankan harta, beliau juga memberikan contoh beberapa Ahmadi awalin.
Dalam hal ini, beliau memberikan contoh Hz. Dr. Khalifa Rashiduddin r.a., yang adalah ayah dari istri pertama Hz. Khalifatul Masih Ats-Tsani r.a., yaitu Hz. Ummi Nasir r.a.. Dengan demikian, beliau juga adalah kakek Hz. Khalifatul Masih Ats-Tsalits r.h.. Hazrat Muslih Mau’ud r.a. menulis: “Ketika beliau (Hz. Dr. Khalifa Rashiduddin r.a.) mendengar pengakuan diri Hz. Masih Mau’ud a.s. dari seorang temannya, beliau langsung berkata: ‘Seseorang dengan pengakuan yang sebesar itu tidak mungkin seorang pendusta. Jadi, saya tidak memerlukan bukti apa pun. Pengakuan diri beliau sendiri sudah merupakan hal yang begitu besar sehingga saya tidak perlu mendengar bukti lain, saya percaya bahwa beliau adalah memang Almasih yang dijanjikan.” Beliau pun dengan segera melakukan baiat kepada Hz. Masih Mau’ud a.s. Hz. Masih Mau’ud a.s. mencantumkan nama beliau di antara 12 hawari beliau a.s.. Pengorbanan harta beliau begitu besarnya sehingga Hz. Masih Mau’ud a.s. memberikan pernyataan tertulis beliau bahwa Hz. Dr. Khalifa Rashiduddin r.a. telah memberikan pengorbanan finansial yang begitu besar untuk jemaat sehingga ke depannya beliau tidak perlu berkorban lagi. Kendati sahabat ini tetap terus berkorban, tetapi ini adalah cara Hz. Masih Mau’ud a.s. mengungkapkan keridaan beliau.
Hazrat Muslih Mau’ud r.a. menulis: “Saya mengingat masa Hz. Masih Mau’ud a.s. ketika beliau sedang menghadapi persidangan di Gurdaspur dan saat itu beliau membutuhkan uang. Huzur a.s. mengirim seruan kepada para sahabat bahwa karena pengeluaran meningkat, maka Langgar Khana akan ada di dua tempat, satu di Qadian dan satu lagi di Gurdaspur. Karena keberadaan Hz. Masih Mau’ud a.s. di sana, maka orang-orang juga menjadi datang ke sana dan mereka juga diberi makan. Selain itu ada juga biaya persidangan, maka hendaknya para sahabat memberikan perhatian untuk membantu, yaitu memberikan candah untuk biaya pengeluaran.
Ketika seruan Huzur sampai kepada Dr. Sahib, kebetulan pada hari itu beliau menerima gaji sekitar 450 rupees yang merupakan jumlah yang sangat besar pada masa itu. Seluruh gaji itu langsung dikirimkan kepada Hz. Masih Mau’ud a.s.. Seorang temannya berkata kepada Dr. Sahib, “Sisakanlah sedikit untuk keperluan rumah,” tetapi beliau menjawab, “Ketika Almasih dari Allah telah menulis bahwa ada kebutuhan penting untuk agama, lalu untuk tujuan apa lagi saya bisa menyerahkannya?” Pendek kata, Dr. Sahib begitu menonjolnya dalam pengorbanan harta untuk agama sehingga Hz. Masih Mau’ud a.s. merasa perlu untuk menghentikan beliau dan beliau a.s. bersabda bahwa sekarang Dr. Sahib tidak perlu berkorban lagi.
Inilah contoh-contoh yang ditegakkan oleh para sahabat terdahulu dan para sahabat Hz. Masih Mau’ud a.s.. Kemudian di setiap era khilafat, contoh-contoh seperti ini terus terlihat.
Saya akan menyebutkan satu atau dua peristiwa lagi dari masa Hz. Masih Mau’ud a.s.. Hazrat Sufi Nabi Bakhsh Sahib Muhajir Qadian menuturkan: “Suatu kali ketika saya hadir di Jalsah, saya memohon untuk berbicara dengan Hz. Masih Mau’ud a.s. secara pribadi. Hz. Masih Mau’ud a.s. bersabda, ‘Silahkan masuk.’ Kemudian menuturkan, ‘Kebetulan pintu yang digunakan untuk masuk tetap terbuka dan beberapa sahabat lain juga ikut masuk.’
Beliau berkata kepada Hz. Masih Mau’ud a.s., “Ayah saya mengeluh bahwa beliau telah memberikan pendidikan yang baik dan tinggi kepada anak beliau, tetapi sejak anaknya bekerja, ia tidak melakukan pengkhidmatan apa pun kepada beliau. Ayah saya mengeluh bahwa beliau telah memberikan begitu banyak pendidikan kepada anaknya tetapi ia tidak memberikan pengkhidmatan apa pun kepada beliau. Ia seharusnya memberikan bantuan keuangan, tetapi ia tidak melakukannya.”
Beliau melanjutkan bahwa istrinya juga mengeluh, “Ahmadi yang baik macam apa ia ini, bahkan perhiasan yang saya miliki pun sudah terjual. Ia memberikan segalanya untuk candah.” Mungkin mereka harus menjual perhiasan untuk menjalankan rumah tangga atau ada kebutuhan mendesak yang mengharuskannya menjual perhiasan. Istri mengeluhkan hal ini.
Beliau menuturkan bahwa baik ayah maupun istrinya mengeluh. Kemudian beliau berkata kepada Hz. Masih Mau’ud a.s.: “Sekarang saya datang ke Qadian dan melihat suasana dan pemandangan di sini, bagaimana para Ahmadi di dalam jemaat ini mengorbankan ribuan rupees untuk mengkhidmati jemaat ini. saya memohon doa agar Allah Taala menurunkan kepada saya gaji dua atau tiga kali lipat agar saya bisa melakukan pengkhidmatan kepada Huzur.” Sahabat ini menuturkan bahwa ketika melihat contoh orang lain, timbul keinginan dalam hatinya untuk memberikan lebih dari itu. Kemudian, Allah Taala menciptakan sarana yang sedemikian rupa sehingga beliau mendapatkan pekerjaan di luar negeri dengan pendapatan yang lebih tinggi, dan beliau bisa memberikan pengorbanan harta serta membantu keluarganya.
Mereka adalah orang-orang saleh, yang sebagai hasil dari daya penyucian Hz. Masih Mau’ud a.s., di zaman itu, yaitu zaman di mana keduniawian mendominasi, tetap memberikan pengorbanan. Pada hari ini juga kita masih melihat contoh-contoh seperti ini meskipun materialisme di zaman ini bahkan lebih dominan, namun mereka terus membelanjakan hartanya di jalan Allah Taala. Bagaimana para Ahmadi dahulu yang miskin pernah berkorban, hal ini masih kita lihat pada saat ini. Beberapa Ahmadi dari Afrika mengirimkan kisah-kisah mereka, tetapi saya akan terlebih dahulu menyajikan contoh orang-orang miskin di zaman Hz.Masih Mau’ud a.s..
Hazrat Qazi Qamaruddin Sahib r.a. menceritakan sebuah peristiwa tentang Sayin Diwan Shah. Beliau menuturkan, “Saya pun kadang-kadang bertanya kepada Sayin Sahib tentang mengapa beliau sering pergi ke Qadian. Beliau sering sekali pergi ke Qadian. Dari desa beliau, Sayin Sahib biasa pergi melewati desa Qazi Sahib dan melewati malam di sana.” Beliau menuturkan, “Sayin Diwan Shah adalah penduduk Narowal dan ia sering berjalan kaki ke Qadian. Ini adalah perjalanan beberapa mil yang biasa beliau tempuh yaitu dari Narowal ke Qadian. Bahkan jika mengambil jalan pintas, jaraknya masih kurang lebih seratus mil yang beliau tempuh dengan berjalan kaki.”
Kemudian beliau bertanya kepada Sayin Sahib, “Apakah Anda pergi ke Qadian karena suatu sebab khusus atau hanya karena keinginan untuk bermulaqat, yakni untuk pergi dan bertemu Hz. Masih Mau’ud a.s.?” Sayin Sahib menjawab, “Saya orang miskin. Pertama, ada keinginan untuk bertemu Masih Mau’ud a.s.. Kedua, saya miskin dan tidak bisa memberikan candah seperti yang diberikan oleh orang-orang kaya dalam jumlah ribuan dan ratusan rupees. Karena itu saya pergi untuk membuat carpai/tempat tidur untuk rumah tamu dan dengan demikian beban candah ini menjadi berkurang. Maksudnya, saya akan membuat tempat tidur secara gratis dan pikiran yang ada untuk membayar candah menjadi ringan. Yakni, pekerjaan membuat tempat tidur ini memberikan saya ketenangan. Jadi saya membuat tempat tidur untuk Langgar Khana dan saya merasa puas karena pekerjaan fisik ini adalah candah bagi saya.”
Jadi demikianlah semangat yang ada bahkan di kalangan para ahmadi miskin di masa itu. Di zaman ini juga kita melihat bagaimana Allah Taala telah menciptakan semangat ini dalam diri banyak orang. Para Ahmadi dari negara-negara yang jauh, di mana Ahmadiyah baru saja mereka kenal beberapa tahun yang lalu, yakni mereka baru saja mengenal Islam dan masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah, namun kita melihat pemandangan luar biasa dari semangat pengorbanan harta mereka. Semangat dari empat belas abad yang lalu juga terlihat dalam diri mereka. Semangat yang dicontohkan oleh sahabat Hz. Masih Mau’ud a.s. di zaman beliau a.s., kita melihatnya dalam diri mereka. Ini adalah semangat yang telah muncul dalam Jemaat Ahmadiyah saat ini karena adanya keyakinan yang baru setelah menerima Hz. Masih Mau’ud a.s..
Mubalig dari Marshall Islands menulis:
“Ny. Ladri Arzak adalah seorang anggota yang tulus dan berkhidmat tanpa lelah untuk menjalankan Langgar khana Jemaat. Beliau datang dan berkhidmat di sana dengan menyiapkan makanan dua kali sehari. Beliau melakukan pekerjaan memasak, tetapi setiap kali menerima gaji, hal pertama yang dilakukan adalah mempersembahkan pengorbanan harta untuk dirinya dan lima cucunya, dan pengorbanan Waqfi Jadidnya adalah yang tertinggi dalam jemaat.” Pak Mubalig menuturkan, “Ini adalah orang-orang yang rumahnya sangat sederhana bila dilihat. Ini mengingatkan pada kata-kata penuh berkat dari Hz. Masih Mau’ud a.s. yaitu, ‘Orang yang bertakwa bisa menemukan kebahagiaan sejati dalam sebuah pondok sederhana, yang tidak bisa ditemukan oleh pemuja keserakahan duniawi bahkan dalam istana yang megah.’
Demikian pula, ada seorang wanita lain dari sana, Ny. Lorin, yang juga bekerja di Langgar khana Jemaat di Marshall Islands. Pak Mubalig menuturkan: “Saya mengingatkan tentang candah Waqfi Jadid bahwa tahun akan berakhir dan candah kita kurang dari tahun lalu. Kemudian, setelah Jumat, Ny. Lorin datang ke kantor misi dan menyerahkan candah Waqfi Jadidnya dengan harapan bisa mencapai atau melampaui target tahun lalu.”
Mubalig Jemaat dari Kazakhstan menuturkan tentang candah Tn. Ayan Ibraev. Beliau berkata, “Saya pernah mengalami masa dalam hidup ketika saya tidak punya uang untuk membeli roti. Saya harus meminjam untuk makanan dan minuman, dan istri saya khawatir bagaimana kami akan menjalani hidup ke depan. Tetapi bahkan dalam keadaan seperti ini, saya mulai membayar candah dan sampai sekarang prinsip saya adalah ketika saya mendapat uang, hal pertama yang saya lakukan adalah membayar candah. Kemudian inilah perlakuan luar biasa dari Allah Taala terhadap saya, yaitu setiap kali saya membayar candah, Allah Taala memberkati saya dengan sarana keuangan yang lebih baik lagi, dan terkadang istri saya bertanya dari mana datangnya uang ini, maka saya katakan padanya bahwa ini semua adalah keberkatan dari candah. Allah Taala tidak menyimpan hutang, dan Allah Taala berfirman, “Ketika kamu membelanjakan harta demi Aku, Aku akan memberimu lebih banyak, dan Allah Taala memenuhi janji-Nya ini.”
Di sebuah Jemaat dekat kota Maroua di Kamerun, ada seorang sahabat Tn. Muhammad Yousan yang berkata, “Saya sangat miskin. Saya bekerja di ladang pertanian milik orang lain, tetapi setelah menjadi Ahmadi saya mulai membayar candah dan dengan keberkatan candah, Allah Taala tidak hanya menerima candah saya, tetapi memberkati saya sedemikian rupa sehingga saya memiliki ladang pertanian sendiri. Hal ini memberi saya ketentraman bahwa Allah Taala telah mengabulkan candah saya karena Allah Taala telah menurunkan keberkatan kepada saya dengan tak terhitung banyaknya dan menjadikan saya pemilik ladang pertanian. Dulu saya bekerja sebagai buruh dan sekarang saya menjadi pemilik ladang pertanian.”
Niger adalah sebuah Jemaat yang miskin. Mubalig dari sana menulis: ada seorang Ahmadi, Tn. Laowali berkata, “Saya menanam Tiger Net (sejenis tanaman) dan saya tidak mengatakannya kepada siapa pun bahwa saya akan memberikan sepersepuluhnya untuk candah, tetapi saya bertekad dalam hati. Namun keadaan menjadi sedemikian rupa setelah penanaman, hujan turun sangat lebat dan ada risiko tanaman rusak karena tanaman ini tidak membutuhkan banyak air. Tanaman tetangga sekitar rusak, hasil panen mereka sangat sedikit, tetapi Allah Taala memberikan begitu banyak keberkatan dalam tanaman saya sehingga ketika orang lain dengan lahan yang lebih besar hanya mendapat lima atau enam karung, saya mendapat sepuluh bahkan sebelas karung dari ladang saya. Dalam keadaan ketika banyak tanaman rusak, harga-harga juga menjadi naik dan seseorang bisa mendapatkan pendapatan yang baik dari pasar.” Akan tetapi beliau tidak tergoda oleh uang. Beliau telah berjanji dalam hati kepada Allah Taala dan tidak memberitahu siapa pun karena telah berjanji kepada Allah Taala dalam hati. Beliau siap berkorban demi Allah Taala dan sesuai janjinya, karung kesebelas beliau berikan kepada Jemaat sebagai candah. Beliau menyerahkannya karena kecintaan kepada harta tidak menguasai dirinya.
Jadi inilah orang-orang yang berkorban yang terus kita saksikan dalam Jemaat Ahmadiyah saat ini dan ini terlihat di setiap negara.
Di sebuah Jemaat di Gambia, di Euro Bawal, Ketua Jemaat di sana menuturkan bahwa mereka mendapat sejumlah uang dari suatu tempat yang mereka bagi menjadi dua bagian. Satu bagian disimpan untuk candah dan bagian lain untuk keperluan pribadi. Mereka berkata bahwa sayangnya uang untuk kebutuhan pribadi hilang dan sekarang mereka hanya memiliki uang candah yang bisa mereka gunakan. Tetapi meskipun membutuhkan, mereka tidak menggunakan uang candah untuk keperluan pribadi. Kecintaan pada harta tidak menguasai diri mereka dan mereka tidak membuat alasan bahwa karena uangnya hilang maka mereka akan menggunakan setengah dari uang candah. Mereka berkata: “Tidak, uang yang telah saya sisihkan untuk candah akan saya bayarkan sebagai candah. Saya telah membayarkannya sebagai candah.” Allah Taala mengaturnya sedemikian rupa sehingga beberapa waktu kemudian uang yang hilang itu ditemukan kembali dan kebutuhan mereka pun terpenuhi. Jadi dalam kondisi seperti ini, ketika ada kebutuhan, kecintaan pada harta tentu meningkat, tetapi orang-orang ini memiliki ketulusan yang luar biasa bahwa janji yang telah dibuat kepada Allah Taala harus dipenuhi bagaimanapun juga.
Kemudian ada kisah lain yang menunjukkan bahwa kebutuhan dan kecintaan pada harta tidak bisa mengalahkan semangat pengorbanan. Di wilayah Maradi, Niger, ada seorang anggota Jemaat, Tn. Ahmad Sani yang membayar candah Waqfi Jadid dengan sangat teratur setiap tahun. Tahun ini karena banjir di wilayah tersebut, tanaman-tanaman menjadi rusak. Diperkirakan orang-orang tidak akan bisa membayar candah lebih banyak. Kendati demikian, Tn. Sani berkat:a bahwa meskipun hujan lebat dan banjir telah merusak tanaman dan hasil panen tidak baik karena banjir, beliau tidak akan mengurangi candah dan beliau memberikan lebih banyak dari candah yang biasa diberikan sebelumnya.
Kemudian ada kisah lain tentang mengutamakan pengorbanan meskipun dalam kesulitan. Di Jemaat Dibiso, Niger, hujan jarang turun yang sangat berdampak buruk pada tanaman. Di beberapa tempat hujan turun terlalu sering, di tempat lain terlalu sedikit yang merupakan suatu bencana. Kebanyakan Jemaat kita di Afrika adalah Jemaat pedesaan. Selain itu, saat ini, keadaan politik negara juga sangat buruk. Harga-harga meningkat tajam. Melihat keadaan ini, Pak Mualim menuturkan, “Saya merasa khawatir karena orang-orang ini tidak punya uang. Bagaimana mereka akan bisa membayar candah.” Tetapi ketika Pak Mualim memberitahu penduduk desa bahwa tahun Waqfi Jadid akan berakhir, seorang bernama Tn. Shafei Aingo berdiri dan berkata, “Setiap tahun, kami membayar candah secara teratur dan tidak ada tahun yang di dalamnya Allah Taala tidak mengembalikan lebih banyak kepada kami, karena dengan keberkatan candah, Allah Taala memberkati kami dan keadaan ekonomi kami juga membaik. Meskipun ada dalam kesempitan, kami menjadi lebih baik, karena itu kami tidak akan mundur. Kami akan membayar candah. Alhasil, mereka pun membayarnya. Di sini juga terjadi hal yang sama bahwa kecintaan pada harta tidak menguasai mereka.
Di Tanzania, seorang sahabat bernama Tn. Ibrahim berkata, “Ketika saya mengetahui tentang keberkatan candah, saya menetapkan bagian tertentu setiap bulan untuk pengorbanan harta dan dengan berkat ini, pekerjaan saya terus meningkat, Allah Taala terus menambah rezeki saya.” Beliau menuturkan, “Suatu kali, ketika Pak Mualim menyeru untuk candah, saat itu saya memiliki sejumlah uang yang telah saya sisihkan untuk suatu usaha. Uang itu telah disisihkan untuk bisnis tetapi setelah ada seruan, saya menyerahkannya untuk candah. Keesokan harinya, saya menelepon penjual barang yang akan saya beli untuk memberitahu bahwa saya tidak punya uang lagi sehingga tidak bisa mengambil barang yang akan saya beli. Penjual itu berkata, “Tidak apa-apa, setengah dari harga barang yang akan kamu beli sudah dibayar dan sisanya bisa dibayar nanti.” Beliau menuturkan, “Saya tidak tahu dari mana setengah uang itu dibayar, siapa yang membayarnya, sampai hari ini rahasia ini tidak bisa saya pahami.” Jadi Allah Taala terkadang membantu dengan cara seperti ini tanpa kita sadari.
Beberapa orang diberi pekerjaan oleh Allah Taala karena melakukan pengorbanan harta. Seorang Khadim dari Republik Ceko, penduduk lokal di sana, menyebutkan bagaimana Allah Taala mengajarkan kepadanya falsafah pengorbanan harta. Beliau berkata, “Berkat pengorbanan harta, saya telah diberi kehidupan rohani baru. Saya melihat teman-teman mahasiswa saya yang tenggelam dalam kekhawatiran tetapi saya ada dalam ketentraman yang luar biasa. Sementara setiap orang sibuk mengumpulkan uang, dengan karunia Allah kebiasaan saya kini adalah bahwa setiap uang yang datang ke tangan saya, ini lalu saya korbankan di jalan Allah. Teman-teman saya berkata bahwa ini tidak ada gunanya, tetapi Tuhan saya menjadi saksi bahwa kehidupan saya berhubungan erat dengan hal ini.”
Beliau menuturkan, “Saya sedang mencari pekerjaan di bidang saya dan mengalami kesulitan. Dengan karunia Allah dan berkat candah, kesulitan itu menjadi hilang. Sebelumnya saya tidak punya tempat tinggal, lalu Allah Taala mengatur tempat tinggal untuk saya. Sebelumnya, dompet saya selalu kosong tetapi sekarang dengan karunia Allah Taala dompet saya selalu penuh. Setelah membayar candah, Allah Taala selalu mengisinya kembali melalui berbagai cara.”
Dari India, seorang Inspektur candah menulis tentang seseorang yang candah Waqfi Jadidnya sebesar 24.000 rupis. Tinggal beberapa hari lagi tersisa. Beliau berkata: saya mempunyai sejumlah uang tetapi harus digunakan untuk keperluan yang penting. Tertera: Saya sampaikan padanya: ini adalah akhir tahun Waqf-e-Jadid, terserah Anda apakah mau membayar sekarang atau nanti. Beliau berkata, “Saya bertawakal kepada Allah”. Lalu beliau memberikan uang itu untuk membayar candah. Keesokan harinya, beliau menelepon bahwa sejumlah besar uang dari bisnisnya yang terhambat tiba-tiba diterima, meskipun tidak seluruhnya tetapi 25.000 telah diterima dan pemberi telah berjanji akan memberikan sisanya segera.
Lihatlah bagaimana Allah Taala berfirman kepadanya, “Baiklah! Karena engkau telah meninggalkan kecintaan pada harta dan kebutuhan pribadi demi Aku dan berusaha memenuhi kebutuhan Jemaat, maka Aku akan membantumu.” Demikianlah Allah Taala menurunkan pertolongannya. Dengan karunia Allah Taala, terkait pembiayaan di dalam Jemaat Ahmadiyah, sebagaimana Hz. Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa tidak ada nabi yang berlalu di dunia yang tidak membuat seruan pengorbanan harta untuk menjalankan Jemaatnya, Dalam Jemaat Ahmadiyah juga adalah perlu untuk mencanangkan gerakan-gerakan untuk menjalankan nizam/sistem Jemaat.
Di antara semua misi kita di dunia, candah Tahrik Jadid dan Waqfi Jadidlah yang murni masuk ke markaz, sementara candah lainnya digunakan di negara-negara setempat. Tapi di negara-negara Afrika, tidak banyak orang-orang yang kaya. Meskipun mereka membayar candah, tapi anggaran pengeluaran jemaat sangat besar – ada banyak rumah misi dan masjid yang berjalan disana. Di Afrika saat ini telah dibangun 7.953 masjid dan 306 masjid sedang dalam pembangunan, dan setiap tahun direncanakan pembangunan puluhan masjid. Ada 1.860 rumah misi yang beroperasi. Beberapa disewa, ada sekitar 400 mubaligh markazi yang berkhidmat di sana. Ada lebih dari 2.000 mu’allim yang berkhidmat di sana.
Kemudian ada Qadian, negara-negara Amerika Selatan dan berbagai kepulauan, pengeluaran mereka ditanggung oleh markaz karena pengeluaran mereka tidak tercukupi di sana. Biaya operasional untuk menjalankan misi sangat besar. Ada biaya untuk distribusi literatur jemaat. Literatur terkadang dikirim dari sini, selain buku-buku yang besar, banyak buku-buku yang dibagikan secara gratis, buku-buku kecil memang dibagikan secara gratis. Beberapa literatur juga dicetak di sana.
Semua dana ini Allah Taala dengan karunia-Nya terus anugerahkan untuk pembiayaan ini. Terkadang sulit dipahami bahwa ada program yang begitu luas, pengeluaran begitu besar, tetapi pemasukan sedikit. Jika digabungkan candah Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid, yang murni masuk ke markaz adalah sekitar 30-31 juta pound, tapi dengan karunia Allah Taala semata, anggaran pengeluaran untuk bantuan tahunan ke misi di 106 negara hampir sama dengan itu. Kemudian ada Jamiah-jamiah yang diberikan bantuan dana jutaan. Ada MTA yang membutuhkan berjuta-juta, Kemudian ada pengeluaran markaz.
Jadi, Allah Taala memenuhi pengeluaran ini sedemikian rupa sehingga sulit dipahami bagaimana ini bisa terpenuhi. Terkadang terpikir bahwa pengeluaran mungkin terlalu besar, bagaimana akan terpenuhi, tapi Allah Taala dengan karunia-Nya terus memenuhi pengeluaran ini dan tidak pernah membiarkannya berkurang. Misi-misi ini berjalan dengan karunia Allah Taala. Pekerjaan-pekerjaan sedang dilakukan. Allah Taala telah berfirman kepada Hz. Masih Mau’ud a.s. bahwa “Aku akan menganugerahkan kepadamu harta” dan harta itu Allah Taala sedang anugerahkan. Semoga Allah Taala senantiasa memberi taufik kepada Jemaat untuk menggunakannya dan membelanjakannya dengan benar dan semoga jangan pernah terjadi ketidakteraturan di dalamnya.
Hz. Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Tidak mungkin bagi kalian untuk mencintai harta dan Allah Taala sekaligus. Kalian hanya bisa mencintai salah satunya. Maka berbahagialah orang yang mencintai Allah Taala. Jika seseorang di antara kalian mencintai Allah dan membelanjakan harta di jalan-Nya, maka aku yakin hartanya akan diberi keberkatan lebih banyak dibanding yang lainnya, karena harta tidak datang dengan sendirinya melainkan dengan kehendak Allah. Maka barangsiapa yang meninggalkan sebagian hartanya demi Allah, ia pasti akan mendapatkannya kembali, tetapi barangsiapa yang mencintai harta dan tidak melakukan pengkhidmatan di jalan Allah sebagaimana seharusnya, ia pasti akan kehilangan harta itu. Janganlah berpikir bahwa harta datang dari usaha kalian, melainkan ini datang dari Allah Taala, dan janganlah berpikir bahwa dengan memberikan sebagian harta atau melakukan pengkhidmatan dalam bentuk lain, kalian telah berbuat kebaikan kepada Allah Taala dan utusan-Nya. Sebaliknya, ini adalah kebaikan dari-Nya bahwa Dia telah memanggil kalian untuk menjalankan pengkhidmatan ini. Saya sampaikan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa jika kalian semua meninggalkanku dan menghindar dari melakukan pengkhidmatan dan memberikan bantuan, maka Dia akan menciptakan suatu kaum yang akan melakukan pengkhidmatan ini. Yakinlah bahwa pekerjaan ini berasal dari langit dan pengkhidmatan kalian hanyalah untuk kebaikan kalian sendiri. Maka janganlah sampai kalian menyimpan takabur dalam diri dan berpikir bahwa kalian telah melakukan pengkhidmatan pengorbanan harta atau pengkhidmatan jenis apa pun lainnya. Aku katakan berulang kali kepada kalian bahwa Allah Taala sama sekali tidak membutuhkan pengkhidmatan kalian. Ya, ini adalah karunia-Nya kepada kalian bahwa Dia telah memberi kalian kesempatan untuk pengkhidmatan ini.”
Maka inilah kesadaran, inilah pemikiran yang Hz. Masih Mau’ud a.s. tanamkan dalam Jemaat dan dengan karunia Allah Taala, setelah masa 130-135 tahun berlalu, semangat ini masih ada dalam anggota Jemaat Ahmadiyah, baik di kalangan pemuda maupun para ahmadi baru, dan mereka terus melakukan pengorbanan yang beberapa peristiwanya telah saya ceritakan, bagaimana mereka memahami ruh ini bahwa Allah Taala memberkati harta mereka dan untuk itu mereka siap untuk setiap pengorbanan. Semoga Allah Taala memberkati harta dan jiwa mereka semua.
Bersamaan dengan ini, saya juga akan menyampaikan laporan candah Waqf-e-Jadid tahun ini yang menunjukkan sejauh mana Jemaat telah memberikan pengorbanan dengan karunia Allah Taala.
Dengan karunia Allah Taala, tahun ke-67 Waqf-e-Jadid telah berakhir pada 31 Desember dan Jemaat Ahmadiyah Sedunia telah mempersembahkan pengorbanan harta sebesar 13.681.000 pound atau sekitar 14 juta pound. Penerimaan ini adalah 736.000 pound lebih banyak dari tahun lalu. Alhamdulillah.
Dalam hal pengorbanan dan jumlah, Inggris menempati posisi pertama dan mereka memiliki persaingan ketat dengan Kanada. Kanada juga telah sangat meningkatkan pengorbanan mereka tetapi masih tertinggal dari Inggris. Kemudian di posisi ketiga adalah Jerman, lalu Amerika, India, Australia, sebuah Jemaat di Timur Tengah, lalu Indonesia, kemudian Jemaat Timur Tengah lainnya, lalu Belgia.
Di antara Jemaat-Jemaat di Afrika, dalam hal total penerimaan, Ghana berada di nomor satu, Mauritius kedua, kemudian Burkina Faso di nomor tiga – meskipun keadaan di sana sangat buruk tetapi mereka tetap memberikan pengorbanan, bahkan banyak tempat yang laporannya belum bisa diterima karena tidak ada kontak. Kemudian Tanzania, Liberia, Gambia, Nigeria, Sierra Leone, Benin, Kongo Kinshasa.
Jumlah peserta dalam pengorbanan Waqf-e-Jadid menurut laporan yang diterima adalah 1.551.000 orang, dan ada peningkatan jumlah pembayar candah dari tahun lalu. Di dalamnya termasuk para Ahmadi Pakistan, meskipun mereka tengah dalam keadaan yang buruk. [Demikian juga] Nigeria, Kamerun, Sierra Leone, Gambia dan Congo Brazzaville.
Sepuluh Jemaat terbesar di Inggris dalam hal pengorbanan adalah Farnham di nomor satu, kemudian Worcester Park, lalu Islamabad, Walsall, Aldershot South, Ash, Cheam South, Gillingham, Aldershot North, dan Ewell.
Lima wilayah teratas antara lain: Islamabad di nomor satu, kemudian Baitul Futuh, lalu Midlands, Masjid Fazl, dan Baitul Ihsan.
Untuk Daftar Atfal Waqfi Jadid, sepuluh Jemaat pertama adalah Aldershot North di nomor satu, Farnham, Ash, Aldershot South, Borden, Cheam South, Islamabad, Roehampton Vale, Manchester North, dan Walsall.
Wilayah-wilayah di Kanada dalam hal penerimaan antara lain: Vaughan di nomor satu, kemudian Calgary, Peace Village, Vancouver, Toronto West, Brampton East, lalu Toronto.
Sepuluh Jemaat besar Kanada antara lain: Hamilton di nomor satu, Edmonton West, Hamilton Mountain, Milton East, Baitul Rahman Saskatoon, Durham West, Regina, Montreal West, Baitul Afiyat, Saskatoon, Winnipeg Llyodminster Newfoundland.
Wilayah keamiran yang menonjol dalam Daftar Atfal antara lain: Vaughan di nomor satu, Toronto West, Vancouver, Peace Village, Calgary, Mississauga, Brampton East, Brampton West, Toronto.
Di antara jemaat-jemaat, dalam hal Daftar Atfal antara lain: Durham West di nomor satu, Hadiqah Ahmad, Bradford East, Montreal West, Hamilton East, Hamilton, Hamilton Mountain, Innisfil, Milton West, Windsor.
Lima wilayah keamiran di Jerman antara lain: Hamburg di nomor satu, Frankfurt, Wiesbaden, Gross Gerau, Riedstadt.
Tadi adalah wilayah keamiran. Selanjutnya adalah jemaat-jemaat sepuluh besar antara lain: Rodgau, Nidda, Rödermark, Flörsheim, Neuwied, Koblenz, Weingarten, Pinneberg, Berlin, Neuss.
Lima besar wilayah dalam hal Daftar Atfal antara lain: Wiesbaden di nomor satu, Hamburg, Hessen Süd-Ost, Westfalen, Dietzenbach.
Sepuluh besar Jemaat di Amerika: Maryland di nomor satu, Los Angeles nomor dua, North Virginia, Silicon Valley, Seattle, Detroit, Chicago, Dallas, South Virginia, Austin.
Sepuluh besar Jemaat dalam hal Daftar Atfal: Seattle di nomor satu, Philadelphia, North Virginia, Georgia Carolina, Chicago, Austin, Dallas, Oshkosh, Detroit, Maryland.
Pakistan, dengan karunia Allah, mereka juga telah bekerja keras menurut kemampuan mereka dan memberikan pengorbanannya. Di sana, Lahore di nomor satu, Rabwah nomor dua, Karachi nomor tiga.
Posisi distrik dalam hal pembayar candah orang dewasa: Islamabad nomor satu, Sialkot nomor dua, Faisalabad, Gujarat, Gujranwala, Sargodha, Umerkot, Multan, Hyderabad, Mirpur Khas.
Sepuluh besar Jemaat antara lain: Islamabad nomor satu, Township Lahore, Darul Zikr Lahore, Azizabad Karachi, Allama Iqbal Town Lahore, Saman Abad Lahore, Baitul Fazl Faisalabad, Multan City, Delhi Gate Lahore, Gujranwala City.
Tiga besar Jemaat dalam hal Daftar Atfal: Lahore nomor satu, Rabwah nomor dua, Karachi nomor tiga. Posisi distrik dalam Daftar Atfal: Islamabad nomor satu, Sialkot, Narowal, Umarkot, Rawalpindi, Gujranwala, Mirpur Khas, Gujarat, Hyderabad, Sheikhupura.
Ada juga beberapa Majlis dan Jemaat yang melakukan upaya luar biasa.
Sepuluh besar provinsi di Jemaat India antara lain: Kerala nomor satu, Tamil Nadu, Jammu Kashmir, Karnataka, Telangana, Odisha, Punjab, West Bengal, Maharashtra, Uttar Pradesh.
Sepuluh besar Jemaat antara lain: Coimbatore nomor satu, Qadian nomor dua, Hyderabad, Calicut, Mungeri, Bangalore, Melapalayam, Kolkata, Kerang, Karulai.
Sepuluh besar Jemaat di Australia antara lain: Castle Hill nomor satu, Melbourne Langwarrin, Marsden Park, Melbourne Clyde, Logan East, Melbourne Berwick, Penrith, Perth, Adelaide, Adelaide West.
Peringkat jemaat-jemaat di Australia dalam hal pembayar candah dewasa antara lain: Castle Hill nomor satu, Melbourne Langwarrin, Marsden Park, Logan East, Melbourne Berwick, Melbourne Clyde, Penrith, Perth, Adelaide West dan Blacktown.
Untuk Atfal: Melbourne Langwarrin, Perth, Plumpton, Adelaide South, Melbourne Clyde, Penrith, Melbourne West, Marsden Park, Brisbane Central dan Melbourne Berwick.
Semoga Allah Taala menganugerahkan keberkatan yang tak terhingga dalam harta dan jiwa para pemberi pengorbanan ini. Berdoalah juga agar tahun 2025 ini menjadi tahun yang penuh berkah bagi Jemaat. Semoga Allah Taala melindungi Jemaat dari segala kejahatan. Di Pakistan, golongan-golongan ekstremis dan kelompok-kelompok seperti ini terus bergejolak dari waktu ke waktu dan dengan dalih menentang Jemaat di beberapa tempat, dengan dalih hukum mereka terus berusaha melakukan segala jenis kezaliman. Baik pemakaman ahmadi maupun rumah ahmadi tidak ada yang aman. Semoga Allah Taala segera menciptakan sarana untuk mencengkeram para penindas ini. Semoga Dia melindungi para Ahmadi. Di Rabwah juga, orang-orang ini sangat mengawasi. Semoga Allah Taala terus melindunginya.
Saya telah mengarahkan perhatian pada shalawat dan beberapa doa beberapa waktu lalu. Para Ahmadi di Pakistan dan setiap Ahmadi di dunia harus memberikan perhatian khusus terhadap hal ini.
Berdoalah untuk para Ahmadi di Bangladesh, semoga Allah Taala melindungi mereka juga dari kejahatan ekstremis, dan di Suriah juga sekarang ada pemerintahan baru. Semoga Allah Taala melindungi para Ahmadi di sana juga dari segala kejahatan. Demikian pula negara-negara lain, negara-negara Afrika, semoga Allah Taala melindungi para Ahmadi di mana pun berada. Adalah kewajiban setiap Ahmadi untuk berdoa khusus untuk ini, untuk negara mereka sendiri dan untuk Pakistan bagi mereka yang tinggal di luar Pakistan. Berdoalah untuk kondisi umum dunia dan situasi perang yang ada, semoga Allah Taala melindungi setiap orang yang tidak bersalah dan tertindas dari dampak buruknya.
Orang-orang merayakan tahun baru dengan meriah, ada kembang api, petasan, tetapi setiap orang hanya melihat kebahagiaan mereka sendiri, mereka tidak punya perasaan terhadap penderitaan orang lain. Bangsa-bangsa kuat terus menindas orang-orang miskin, bangsa-bangsa miskin dan mereka yang terzalimi. Semoga di tahun ini, Allah Taala menghancurkan rencana kekuatan-kekuatan dan bangsa-bangsa yang kuat ini, dan semoga kita melihat tauhid Allah Taala tegak di dunia. Semoga Allah Taala memberi kita taufik untuk hal ini.[1]
[1] Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Shd., Mln. Fazli Umar Faruq, Shd. dan Mln. Muhammad Hasyimm. Editor: Mln. Muhammad Hasyim