Yogyakarta (30/10). Seorang dosen sekaligus peneliti LPPM UIN Jambi, Dr. Rasito, S.H., M.Hum mendapat kesempatan untuk mewawancarai secara tatap muka perwakilan Jemaah Ahmadiyah wilayah Yogyakarta. Kunjunganya dalam rangka penelitian yang dilakukan LPPM UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan penelitian berjudul Gerakan Keagamaan Minoritas di Indonesia: Studi Pemetaan Relasi dan Potensi Konflik Sosial Keagamaan.
Beliau mengambil 4 wilayah yang masing–masing memiliki konteks social dan politik yang berbeda. Ada banyak sample kelompok yang diteliti dengan kategori minoritas seperti LDII, Jamaah Tabligh, Ahmadiyah, dan lainya. Dari 4 daerah salah satunya wilayah Yogyakarta. Dari Ahmadiyah Yogyakarta beliau mewawancarai ketua Pemuda Ahmadiyah Jogja-Solo-Semarang Mas Rizqi Ahmad dan Mubaligh Daerah DIY Mln. Murtiyono Yusuf Ismail di Mesjid cabang Sleman.
Dalam wawancaranya beliau menanyakan seputar kondisi Ahmadiyah khusus di Provinsi DIY dilihat dari hubungan Ahmadiyah dengan Pemerintah Daerah, relasi sosial dengan masyarakat umum, kegiatan yang rutin dilakukan seperti pengajian internal, diskusi Lintas Iman, Bakti Sosial seperti Donor Darah, Bantuan Sembako murah, pengobatan Homeopaty yang sering melibatkan unsur Lintas Iman dalam kemanusiaan. Beliau sangat mengapresiasi kegiatan Jemaah Ahmdiyah di Yogyakarta yang sangat cair dengan berbagai komunitas tanpa membeda–bedakan keyakinan sebagai bentuk eksistensi Ahmadiyah yang inklusif sesuai dengan motto Ahmadiyah di seluruh dunia yaitu “Cinta untuk semua tiada kebencian bagi siapapun”.
Kondisi Yogyakarta yang plural dan komitmen pemerintah daerah yang memberikan kebebasan berkeyakninan dan beribadah sesuai dengan Undang-Undang Dasar serta upaya internal Jemaah Ahmadiyah Yogyakarta yang intens berkomunikasi dalam bentuk kegiatan dan silaturahmi membuatnya diterima baik secara umum oleh masyarakat, suatu kondisi yang berbeda menurut beliau di wilayah lain dimana Ahmadiyah masih banyak dipersekusi oleh beberapa kelompok garis keras.
Mln. Murtiyono menjelaskan lebih lanjut bahwa anggota Jemaah Yogyakarta banyak yang berprofesi secara profesional di berbagai bidang terutama Perguruan Tinggi membuatnya dikenal baik oleh para Akademisi di Kota Pelajar ini, sehingga kesalah-pahaman terkait Ahmadiyah di kalangan Akademik bisa dikatakan dapat diatasi di beberapa Perguruan Tinggi dengan ditambah banyaknya Seminar di Perguruan Tinggi mengenai Ke-Ahmadiyahan. Banyak orang-orang yang mengenal dan mengetahui Ahmadiyah baik dari penganutnya maupun dari beberapa Akademisi non-Ahmadi secara objektif, sehingga terkait situasi dari dampak Nasional SKB 3 Menteri tahun 2008 dan fatwa MUI tahun 2005 mengenai Ahmadiyah dapat dipahami secara bijaksana bahkan ilmiah.
Dengan diselenggarakanya penelitian LPPM UIN Jambi tersebut beliau mengharapkan lebih lanjut dapat merumuskan kebijakan yang lebih memihak pada minoritas sehingga permasalahan kebijakan hingga akar rumput dapat terurai dan kita semua dapat saling mengenal dan menghormati perbedaan.
Kontributor: Cima Tahir Ahmad