Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Sampaikan Pidato Bersejarah di Acara Peringatan 100 Tahun Masjid Pertama London

masjid pertama london, Masjid Fazl

22 Oktober 2024 – Siaran Pers

Pada tanggal 19 Oktober 2024, Pemimpin Dunia Jamaah Muslim Ahmadiyah, Khalifah Kelima, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) menyampaikan pidato utama untuk memperingati tonggak sejarah 100 tahun sejak peletakan batu pertama Masjid Fazl, London oleh Khalifah Kedua Ahmadiyah, Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad (ra).

Sebanyak 900 orang berkumpul di masjid di Southfields termasuk 300 tamu, untuk merayakan acara peringatan seratus tahun Masjid pertama di London, dengan tema, ‘Cahaya Islam di Barat: Satu Abad Kebangkitan Rohani.’

Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan pidato utama melalui link video dari Islamabad, Inggris, kepada para hadirin di Masjid Fazl dan pemirsa dari seluruh dunia. Huzur memulai dengan mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Ta’ala atas tonggak sejarah yang penting ini.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan:

“Dengan rasa syukur yang mendalam kepada Allah Ta’ala, pada hari ini kami menyelenggarakan acara jamuan ini untuk menandai dan merayakan seratus tahun peletakan batu pertama Masjid Fazl di London.”

Huzur menekankan bahwa acara ini berbeda dari acara-acara duniawi karena acara ini bebas dari hal-hal duniawi dan berfokus pada pertumbuhan rohani.

Berbicara tentang tujuan utama sebuah masjid, Hazrat Mirza Masroor Ahmad menjelaskan:

“Acara yang berkaitan dengan masjid kami ini sama sekali tidak seperti acara-acara duniawi, karena acara ini bebas dari tujuan-tujuan dan kegiatan duniawi. Masjid adalah tempat suci yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk menyembah Allah Ta’ala lima kali sehari, untuk menumbuhkan dan meningkatkan rohani dan akhlak.”

Mengingat tantangan zaman modern ketika orang-orang semakin menjauh dari Tuhan, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, menekankan pentingnya tetap terhubung dengan keimanan dan kerohanian.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan:

“Saat ini, kita hidup di zaman meningkatnya materialisme, di mana uang dan kekuasaan adalah segalanya. Semakin banyak orang yang menjauh dari Tuhan, menolak keberadaan-Nya, dan mengabaikan nilai-nilai akhlak. Pada kondisi seperti ini, cahaya dan nilai sebuah masjid bersinar lebih terang bagi orang yang beriman kepada Tuhan, dan bagi orang yang gemetar membayangkan jika jauh dari Tuhan. Menurut pandangan kami, Islam berdiri teguh dalam keyakinannya kepada Tauhid Ilahi. Sesungguhnya, Al-Qur’an menyatakan bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk menyembah Tuhan.”

Huzur menguraikan hakikat ibadah dalam Islam, dengan menyoroti kewajiban seorang Muslim untuk memenuhi hak-hak Allah Ta’ala dan hak-hak umat manusia.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyatakan:

“Konsep atau makna ‘ibadah’ tidak boleh disalahpahami sebagai sesuatu yang hanya terbatas pada ibadah formal kepada Tuhan. Tentu saja, merupakan kewajiban utama bagi umat Islam untuk memenuhi hak-hak Allah dengan berkumpul di Masjid dan melaksanakan shalat lima waktu. Akan tetapi, Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa doa seseorang akan sia-sia dan tertolak jika ia mengabaikan tanggung jawabnya terhadap sesama manusia. Dengan demikian, shalat dan sujud setiap Muslim terkait erat dengan perlakuannya terhadap makhluk Tuhan.”

Huzur mendorong muslim Ahmadi untuk merenungkan tanggung jawab mereka kepada Allah Ta’ala dan kepada umat manusia, dan menekankan kembali bahwa bentuk penghormatan hakiki mereka kepada Masjid Fazl adalah dengan sungguh menjalankan tujuan-tujuan ini.

Huzur menyampaikan sebuah prinsip Islam yang indah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu seorang mukmin sejati akan mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

Terkait:   Pertama Kali Sejak Pembatasan Covid, Muslim Inggris Berkumpul pada Konvensi Islam Terbesar di Inggris

Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan:

“Terinspirasi oleh ajaran-ajaran mulia pendiri Islam shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa segala kebaikan yang diinginkan oleh umat Islam untuk diri mereka sendiri, mereka juga menginginkan hal tersebut untuk orang lain. Oleh karena itu, jika kita memperoleh manfaat dari ajaran agama kita, maka menjadi kewajiban ktia untuk menyampaikannya kepada orang lain.”

Huzur menekankan pentingnya Muslim Ahmadi mengamalkan ajaran-ajaran mulia ini sebelum menyebarkan agama Islam.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyatakan:

“Tidak diragukan lagi, keinginan terdalam kami adalah agar orang-orang dari semua lapisan masyarakat dan latar belakang dapat hidup dalam kedamaian dan keamanan, terikat oleh ikatan cinta dan saling menghormati. Inilah pesan yang ingin kami sebarkan ke seluruh dunia supaya manusia dapat terbebas dari belenggu perpecahan, kekacauan dan perselisihan.”

Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan:

“Daripada meninggalkan warisan kesengsaraan dan kehancuran bagi generasi setelah kita, kita harus menyadari bahwa kita semua adalah makhluk Tuhan dan bekerja sama untuk melindungi generasi masa depan kita dari segala bentuk peperangan, konflik, dan kebencian.”

Huzur membahas sejarah Jamaah Muslim Ahmadiyah dan berbicara tentang Pendirinya, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as), Al-Masih yang Dijanjikan dan Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyatakan:

“Beliau (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad) mendirikan Jemaat kami dengan tujuan dan misi untuk menghidupkan kembali spirit dan ajaran Islam yang sejati dan membimbing umat manusia menuju perdamaian, keadilan, kesetaraan, dan toleransi. Kami meyakini Islam sebagai agama universal dan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus sebagai nabi bagi seluruh umat manusia. Demikian pula, kami percaya bahwa Hadhrat Masih Mau’ud (as) datang untuk memberikan pencerahan kepada orang-orang dari semua bangsa tentang cara memenuhi hak-hak Tuhan dan sesama manusia.”

Huzur merenungkan krisis rohani yang besar di zaman ini, dengan mengomentari perasaan Hadhrat Masih Mau’ud (as), yang mengungkapkan kesedihan luar biasa dan keresahan yang mendalam saat menyaksikan kegelapan rohani dan kemerosotan akhlak yang melanda masyarakat.

Karena kesedihan yang mendalam ini, Allah Ta’ala menganugerahkan Rahmat-Nya melalui berbagai nubuatan dan tanda-tanda melalui wahyu yang meyakinkan Hadhrat Masih Mau’ud (as) tentang dukungan penuh Allah Ta’ala terhadap misi beliau.

Hudhur menyebutkan bahwa pesan Islam sejati dibangkitkan oleh kesedihan doa-doa sepenuh hati yang kini telah mengarah pada berdirinya Jamaah Muslim Ahmadiyah di lebih dari 210 negara di seluruh dunia.

Huzur menyampaikan bahwa upaya Jamaah Muslim Ahmadiyah untuk menyampaikan ajaran Islam di Inggris dan Eropa juga merupakan hasil dari keinginan kuat Hadhrat Masih Mau’ud (as) untuk mencari keselamatan umat manusia.

Terkait hal ini, Hazrat Mirza Masroor Ahmad menceritakan mimpi Hadhrat Masih Mau’ud (as):

“Saya melihat bahwa saya sedang berdiri di atas mimbar di kota London dan menyampaikan kebenaran Islam dalam bahasa Inggris, dengan cara yang sangat logis dan meyakinkan. Setelah itu saya menangkap beberapa burung yang hinggap di pohon-pohon kecil. Burung-burung itu berwarna putih, dan tubuhnya menyerupai burung pegar.”

Beliau lebih lanjut bersabda:

“Saya menafsirkannya dengan makna bahwa meskipun saya tidak dapat bepergian ke Inggris, tulisan-tulisan saya akan diterbitkan di sana, dan kebenarannya akan menarik banyak orang Inggris yang saleh.”

Huzur melanjutkan dengan menceritakan bagaimana mimpi ini mengilhami semua Khalifah Ahmadiyah untuk berusaha keras memastikan bahwa pesan Islam Ahmadiyah sampai ke masyarakat Inggris.

Terkait:   Khuddamul Ahmadiyah Denmark Mendapat Kehormatan 'Mulaqat Virtual' dengan Pemimpin Ahmadiyah

Huzur menyebutkan bahwa visi untuk membangun sebuah masjid telah dimulai pada masa Khalifah Pertama ketika Ahmadiyah mengirim seorang Mubaligh ke Inggris untuk menyebarkan ajaran Islam di awal abad ke-20. Meskipun dengan sumber daya terbatas, mubaligh ini menarik banyak orang lokal kepada Muslim Ahmadiyah.

Di masa Khalifah Kedua, lebih banyak mubaligh yang datang, muncul kebutuhan akan tempat ibadah khusus. Sejak 1920, Muslim Ahmadi mengumpulkan dana untuk membeli tanah di Southfields untuk Masjid pertama di London, yang diberi nama ‘Masjid Fazl’ (Masjid Rahmat Ilahi).

Setelah itu, pada tahun 1924, saat ada Pameran Kekaisaran Inggris (British Empire Exhibition) Khalifah Kedua Ahmadiyah melakukan perjalanan ke Inggris untuk menyampaikan pidato di sebuah konferensi agama-agama besar dan meletakkan batu fondasi Masjid Fazl, yang menandai momen penting dalam sejarah Islam di Inggris.

Huzur kemudian mengutip kata-kata bersejarah Khalifah Kedua Ahmadiyah yang diucapkannya saat meletakkan batu fondasi Masjid pada tahun 1924:

“Mereka yang memasukinya [Masjid Fazl], terlepas dari apa kewarganegaraan mereka, apa pemerintahan mereka atau apa bahasa mereka, akan bersama-sama menjadi satu kesatuan. Saat mereka menghadap ke arah Allah, semua perbedaan, baik itu status, ras, atau apakah mereka berasal dari Timur atau Barat, akan menjadi tidak berarti apa-apa. Hal ini karena ketika seseorang semakin dekat dengan Allah, semua perbedaan akan lenyap, sementara ikatan persatuan semakin tumbuh.”

Hazrat Mirza Masroor Ahmad lebih lanjut mengutip Khalifah Kedua, yang mengatakan:

“Jangan ada yang merusak persatuan seperti sebagian orang yang menggunakan cara-cara paksaan atas nama membangun persatuan tetapi sangat bertentangan dengan tujuan yang dinyatakan. Paradoknya adalah, upaya mencapai persatuan dan kesatuan sosial justru mengalami kerusakan yang jauh lebih besar dari sekutu-sekutunya yang sesat, daripada kerugian yang ditimbulkan oleh musuh-musuhnya. Oleh karena itu, kita harus selalu menunjukkan toleransi dan rasa hormat.”

Hazrat Mirza Masroor Ahmad kemudian menguraikan bagaimana kata-kata tersebut masih berlaku hingga saat ini sebagaimana pada tahun 1924. Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:

“Pada kesempatan itu, pidato Khalifah Kedua memaparkan visi yang agung untuk Masjid Fazl – bahwa masjid tersebut akan berfungsi sebagai sarana beribadah kepada Allah, melayani umat manusia, dan menyebarkan ajaran Islam tentang perdamaian dan persatuan. Kini, satu abad kemudian, semua Muslim Ahmadi tetap teguh dalam komitmen mereka untuk memenuhi tujuan yang sama dan memastikan bahwa Masjid kami selamanya menjadi sumber perdamaian, persatuan, dan pengabdian kepada Allah Ta’ala.”

Beralih ke bahaya situasi dunia saat ini, Huzur mengatakan bahwa ada ‘badai kerusuhan dan konflik global’ karena ‘pengejaran keras terhadap kepentingan pribadi‘ yang mengancam jutaan jiwa dan menimbulkan ‘bayang-bayang yang sangat panjang dan suram atas masa depan umat manusia.

Huzur mendorong untuk melakukan upaya mendesak guna “memadamkan api peperangan” dan mengingatkan bahwa “akibat tindakan kita hari ini akan bergema sepanjang waktu dan membentuk dunia yang diwariskan kepada anak-anak kita.”

Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:

“Sebagai umat Islam, kita percaya bahwa kehidupan duniawi ini hanyalah perjalanan singkat menuju kehidupan abadi yang menanti kita di akhirat. Kita percaya bahwa perbuatan kita di dunia ini akan memiliki dampak abadi di mana tindakan kita akan ditimbang pada timbangan keadilan ilahi, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihan kita. Jadi, naudzubillah umat manusia kembali menyaksikan kengerian perang nuklir, maka dampak mengerikannya akan terasa bagi generasi mendatang.”

Terkait:   Dialog Muslim Menyambut Ramadhan: Meneguhkan Persaudaraan Muslim, Keindonesiaan, dan Kemanusiaan

Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan:

“Anak-anak yang tidak bersalah akan lahir dengan cacat fisik atau mental. Generasi-generasi akan diliputi trauma, amarah, dan keputusasaan – semua itu karena keegoisan dan kegagalan kita dalam menegakkan perdamaian dan keadilan. Jadi, sebagai penutup, doa tulus saya adalah semoga kecintaan kepada Allah dan sesama makhluk-Nya merasuk ke hati seluruh umat manusia.”

Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengakhiri pidatonya dengan mengatakan:

“Semoga Allah Ta’ala memberi kekuatan kepada kita semua, apa pun keyakinan atau kepercayaan kita, untuk memainkan peran kita masing-masing dalam menciptakan masyarakat di mana orang-orang dari semua agama, suku, dan latar belakang dapat hidup rukun dan menunjukkan cinta dan kasih sayang dan satu sama lain.”

Sebelum dimulainya pidato utama Huzur, diadakan acara formal di mana para pembicara tamu naik podium.

Chris Cotton DL, His Majesty’s Deputy Lord Lieutenant untuk London Raya, menyinggung pentingnya perjalanan Khalifah kedua (ra) ke London pada tahun 1924 dan membagikan petikan dari pesan Khalifah kedua (ra) kepada pers Inggris.

Tn. Cotton mengakhiri sambutannya dengan membacakan prasasti pada batu fondasi di luar Masjid Fazl yang memuat sejumlah doa termasuk untuk pendirian masjid sebagai ‘matahari cahaya rohani’. Ia mengakhiri dengan kata-kata “dapat dikatakan bahwa doa ini telah terjawab dan Jamaah Ahmadiyah berkembang pesat saat ini”.

Pendeta Jonathan Sedgwick, Archdeacon Southwark mengucapkan selamat kepada Jamaah Muslim Ahmadiyah, dengan menyatakan bahwa sudah sepantasnya London—kota paling beragam di dunia—menjadi tuan rumah bagi masjid pertamanya. Ia mengakhiri pidatonya dengan mengungkapkan rasa hormat dan penghargaan yang mendalam atas kontribusi Jamaah Muslim Ahmadiyah.

Fleur Anderson, Anggota Parlemen untuk Putney, Southfields, dan Roehampton, serta Menteri untuk Irlandia Utara, menyatakan bahwa hubungannya dengan anggota Ahmadiyah baik yang muda maupun yang tua telah memberikan dampak yang mendalam padanya. Anderson menyoroti salah satu aspek sejarah masjid yang selalu berkesan baginya, dengan menyatakan bahwa ia sangat terkesan dengan kontribusi luar biasa dari Lajna Imaillah, organisasi pembantu wanita dari Jamaah Muslim Ahmadiyah, pada tahun 1924, dengan mencatat pengorbanan mereka yang luar biasa demi agama mereka. Ia merujuk pada tindakan inspiratif para wanita di India yang menjual perhiasan dan emas mereka untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan Masjid Fazl, yang menjadi inspirasi bagi semua orang saat ini.

Sir Ed Davey, Pemimpin Partai Demokrat Liberal, memuji Jamaah Muslim Ahmadiyah atas kerja amal yang berkelanjutan di seluruh negeri dan kontribusi anggotanya terhadap masyarakat Inggris secara luas. Sir Ed Davey merenungkan penganiayaan yang dihadapi Muslim Ahmadi di Pakistan, dengan mengatakan bahwa “mungkin agak disayangkan Anda harus berada di sini, tetapi merupakan keberuntungan bagi kami Anda berada di sini”. Ia mengakhiri sambutannya dengan mengatakan bahwa “kepemimpinan Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad dalam perdebatan dan kampanye untuk perdamaian di dunia kita benar-benar luar biasa selama bertahun-tahun dan benar-benar dibutuhkan.

Sumber: Alislam.org

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.