Riwayat Abu Bakr Ash-Shiddiiq Ra (Seri 17)

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz menguraikan sifat-sifat terpuji Khalifah (Pemimpin Penerus) bermartabat luhur dan Rasyid (lurus) dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pertempuran melawan para pendakwa palsu kenabian. Latar belakang peperangan bukanlah karena semata-mata mereka murtad (menyatakan keluar dari Islam) atau mengaku Nabi, melainkan karena mereka juga memerangi umat Muslim dan berusaha menimpakan penganiayaan kepada umat Muslim.

Misi dari Khalifah Abu Bakr (ra) yang menyusun 11 rombongan pasukan dan melakukan pengiriman pasukan untuk menumpas Thulaihah bin Khuwailid, Malik bin Nuwairah, Sajah binti Harits, Musailamah Al-Kadzzab dan orang-orang murtad serta nabi-nabi palsu lainnya.

Hadhrat Abu Bakr (ra) menugaskan Hadhrat Khalid bin Walid (ra) untuk menghadapi Thulaihah dan Uyainah. Hadhrat Abu Bakr (ra) meriwayatkan sabda Nabi Muhammad (saw) tentang Hadhrat Khalid bin Walid (ra).

Data-data mengenai Thulaihah bin Khuwailid, sang pendakwa kenabian yang pernah berjumpa Nabi (saw) dan mengaku Islam saat tahun dimana utusan-utusan dari berbagai daerah di semenanjung Arab datang ke Madinah dan masuk Islam. Setelah pulang dari Madinah ke daerahnya, ia mengaku Nabi di masa kehidupan Nabi Muhammad (saw). Ia mengumpulkan kekuatan di Sumaira.

Informasi mengenai Uyainah bin Hishn dan pasukannya. Memerangi umat Islam di zaman Nabi (saw) lalu masuk Islam di masa Nabi (saw) dan ikut dalam pasukan Muslim lalu murtad di zaman Khalifah Abu Bakr (ra).

Siasat menghadapi kabilah Thayy. Khalifah Abu Bakr (ra) memerintahkan sedapat mungkin tidak terjadi peperangan. Kerjasama yang apik antara Panglima Khalid bin Walid dengan Adi bin Hatim, salah seorang kabilah Thayy yang Muslim sehingga tanpa terjadi peperangan berhasil membawa kembali kaum Thayy bergabung dengan kaum Muslimin. Mencegah mereka bergabung dengan Thulaihah, sang pengaku nabi dan mengirim utusan untuk berdialog.

Peranan Panglima Khalid bin Walid dalam memimpin pasukan Muslim dan kekalahan kaum Murtadin di Buzakhah. Pemimpin kaum Murtad, Thulaihah bin Khuwailid melarikan diri.

Kaum Murtadin lainnya yang menyerah diterima baiat masuk Islam lagi dari mereka dengan syarat membawakan orang-orang yang dulunya dalam keadaan Murtad telah menganiaya dan membunuh Umat Muslim untuk dihukum.

Surat dari Khalid bin Walid, panglima kaum Muslim melawan kaum Murtad.

Surat balasan dari Khalifah Abu Bakr (ra) kepadanya.

Penahanan Qurrah bin Huwairah dan Uyainah bin Hishn dibawa ke Madinah. Dialognya dengan Khalifah Abu Bakr (ra). Pemaafan dari Khalifah Abu Bakr (ra). Baiat masuk Islam kembali.

Di hadapan Khalifah Abu Bakr (ra): Pertaubatan Thulaihah bin Khuwailid yang mengaku Nabi di zaman Nabi Muhammad (saw). Baiat masuk Islam kembali. Dialognya dengan Khalifah Abu Bakr (ra). Berbaiatnya Thulaihah di zaman Khalifah ‘Umar (ra). Dialognya dengan Khalifah. Kesyahidan Thulaihah pada saat umat Muslim menghadapi kaum Persia.

Pertempuran pasukan Muslim di bawah Khalid bin Walid menghadapi Ummu Qirfah dan pasukannya. Latar belakang pertempuran, rencana dan usaha kaum Bani Fazarah untuk menyerang Madinah. Penganiayaan terhadap pedagang Muslim Madinah yang melewati Banu Fazarah di zaman Nabi (saw) masih hidup.

Berkumpulnya sisa-sisa pasukan kaum Murtad yang menolak menyerah di bawah putri Ummu Qirfah, Ummu Zimal. Pertempuran pasukan Muslim di bawah Khalid bin Walid menghadapi Ummu Zimal.

Hudhur (atba) akan terus menyebutkan lebih lanjut berbagai kejadian dalam masa Hadhrat Abu Bakr radhiyAllahu ta’ala ‘anhu di khotbah-khotbah mendatang.

Kewafatan Sabirah Begum Sahibah, istri Rafeeq Ahmad Butt Sahib Sialkot yang wafat beberapa hari lalu. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuwn. Jenazah kedua adalah Tsurayya Rasheed Sahibah, istri Rasheed Ahmad Bajwa. Wafat di Kanada pada tanggal 20 April, Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuwn. Shalat jenazah setelah shalat Jumat.

Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu-minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 06 Mei 2022 (Hijrah 1401 Hijriyah Syamsiyah/Syawal 1443 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya).

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم

[بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم* الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يوْم الدِّين * إيَّاكَ نعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ]

(آمين)

Saya akan menjelaskan secara rinci beberapa pengiriman pasukan yang disebutkan dalam khotbah sebelumnya berkenaan dengan Hadhrat Abu Bakr (ra), sehingga akan tergambar bagaimana gentingnya situasi saat itu. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, 11 misi telah dikirimkan. Di antaranya, yang pertama, yang telah disampaikan beberapa rinciannya adalah pengiriman pasukan untuk menumpas Thulaihah bin Khuwailid, Malik bin Nuwairah, Sajah binti Harits, Musailamah Al-Kadzzab dan orang-orang murtad serta nabi-nabi palsu lainnya. Hadhrat Abu Bakr (ra) menyerahkan satu bendera kepada Hadhrat Khalid bin Walid (ra) dan memerintahkan kepada beliau, “Pergilah untuk menghadapi Thulaihah bin Khuwailid dan setelah selesai dari tugas itu perangilah Malik bin Nuwairah di Buthah’, jika mereka bersikeras untuk berperang.” Yakni jika mereka bersikeras untuk berperang, maka perangilah. Buthah’ adalah nama sebuah mata air di wilayah Banu Asad.

Dalam sebuah riwayat, Hadhrat Abu Bakr (ra) menetapkan Hadhrat Tsabit bin Qais (ra) sebagai Amir kaum Anshor dan menjadikan beliau bawahan Hadhrat Khalid bin Walid (ra) dan memerintahkan kepada Hadhrat Khalid (ra) untuk pergi menghadapi Thulaihah dan Uyainah bin Hishn yang tinggal di Buzakha, sebuah mata air milik Banu Asad. Ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) mengikatkan bendera bagi Hadhrat Khalid bin Walid (ra) untuk memerangi orang-orang murtad, beliau bersabda, إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : نِعْمَ عَبْدُ اللَّهِ وَأَخُو الْعَشِيرَةِ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ ، وَسَيْفٌ مِنْ سُيُوفِ اللَّهِ سَلَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى الْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِينَ “Saya mendengar Rasulullah (saw) bersabda bahwa Khalid bin Walid adalah hamba Allah yang sangat baik dan saudara kita yang merupakan salah satu pedang Allah yang Allah Ta’ala hunus untuk melawan orang-orang kafir dan munafik.”[1]

Hadhrat Abu Bakr (ra) mengirim Hadhrat Khalid bin Walid (ra) kepada Thulaihah dan Uyainah. Profil singkat dari keduanya akan saya sampaikan. Thulaihah Asadi adalah salah seorang pendakwa kenabian palsu yang telah muncul pada masa terakhir kehidupan suci Hadhrat Rasulullah (saw). Namanya adalah Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal bin Nadhlah Asadi. Pada ‘Amul Wufud, yakni tahun kedatangan para delegasi [utusan-utusan dari berbagai daerah jazirah Arab], yang terjadi pada 9 Hijriyah, Thulaihah datang ke hadapan Hadhrat Rasulullah (saw) bersama kaumnya, Banu Asad. Sesampainya di Madinah mereka menyampaikan salam kepada Rasulullah (saw) dan berbicara seraya menyebut-nyebut kebaikan mereka bahwa, “Kami hadir di hadapan anda. Kami bersaksi bahwa tiada yang patut disembah selain Allah dan anda adalah hamba dan Rasul Allah.” Kemudian mereka berkata, “Meskipun anda tidak mengirim seorang pun kepada kami dan cukuplah kami untuk mereka yang ada di belakang kami.” Mereka mengatakan ini kepada Hadhrat Rasulullah (saw).

Ketika mereka pulang, maka di masa kehidupan Hadhrat Rasulullah (saw) jugalah Thulaihah menjadi korban kemurtadan dan mendakwakan kenabian dan menjadikan Sumaira sebagai tempat pemusatan pasukannya. Sumaira diberi nama dengan nama seseorang dari kaum ‘Aad dan berjarak satu hari perjalanan dari Madinah ke arah Mekah. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan hitam, itulah sebabnya tempat itu dinamakan demikian. Singkatnya, dikarenakan pendakwaannya, kemudian orang-orang awam menjadi pengikutnya.

Penyebab pertama kesesatan orang-orang itu adalah, suatu ketika ia melakukan perjalanan bersama dengan kaumnya. Mereka kehabisan air, sehingga orang-orang sangat kehausan. Thulaihah berkata kepada orang-orang bahwa, “Tunggangilah kudaku, La’al, setelah menempuh jarak beberapa mil kalian akan mendapatkan air.” Mereka melakukan hal tersebut dan mendapatkan air. Karena peristiwa ini orang-orang dusun itu menjadi korban dari fitnah tersebut. Thulaihah pasti sudah pernah melihat tempat air itu sebelumnya, dengan pandainya ia memerintahkan orang-orang tidak terpelajar itu untuk pergi ke sana dan mereka menjadi korban fitnah dikarenakan hal ini. Di antara hal-hal tak berdasar yang ia sampaikan adalah, ia meniadakan sujud dalam salat. Yakni dalam salat tidak perlu bersujud dan ia mengklaim bahwa wahyu dari langit telah turun kepadanya dan mengemukakan kata-kata berima sebagai wahyunya.

Di masa jahiliyah, para dukun biasa menakut-nakuti orang-orang dengan menyampaikan kata-kata berima di hadapan mereka. Thulaihah juga adalah seorang dukun. Jiwanya telah menipunya.

Permasalahannya menjadi semakin parah, kekuatan Thulaihah semakin bertambah dan ketika Rasulullah (saw) mendapatkan informasi mengenai permasalahan ini, beliau (saw) mengutus Dhrirar bin Azwar untuk membunuhnya, namun di luar kemampuan Dhirar untuk mengatasi permasalahan ini, karena seiring berjalannya waktu kekuatan Thulaihah semakin bertambah. Khususnya, kekuatannya bertambah setelah dua suku yang bersekutu, yakni Asad dan Ghathafan beriman kepadanya.

Rasulullah (saw) telah wafat, namun permasalahan Thulaihah belum terselesaikan. Ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) mengambil alih kendali Khilafat dan menyiapkan pasukan untuk menumpas orang-orang murtad yang memberontak serta menetapkan para pemimpin, Hadhrat Abu Bakr (ra) mengirim pasukan kepada Thulaihah di bawah kepemimpinan Hadhrat Khalid bin Walid (ra). Mereka ini tidak hanya murtad atau mendakwakan kenabian, melainkan juga memerangi umat Islam dan berusaha untuk mendatangkan kerugian terhadap mereka.

Berkenaan dengan siapakah Uyainah bin Hishan tertulis; Uyainah adalah seseorang yang pada kesempatan perang Ahzab menjadi pemimpin dari Banu Fazarah. Pada peperangan tersebut, tiga laskar orang-orang kafir bergabung dengan Banu Quraidhah dan berniat untuk menyerang Madinah dengan hebat. Pimpinan salah satu laskar tersebut adalah Uyainah. Setelah kekalahan orang-orang kafir dalam perang Ahzab pun, ia berniat untuk menyerang Madinah, namun Hadhrat Rasulullah (saw) keluar dari kota dan mencegah serangan mereka dan memaksanya untuk mundur. Ini dinamakan Perang Dzi Qard.

Uyainah bin Hishn memeluk Islam sebelum Fath Mekah dan ikut serta di dalamnya. Pada kesempatan Fatah Mekah ia telah menjadi Muslim. Ia ikut serta dalam perang Hunain dan Thayyf. Pada 9 Hijriyah, Hadhrat Rasulullah (saw) mengutusnya bersama 50 pasukan berkuda untuk menghukum Banu Tamim, dalam pasukan tersebut tidak ada seorang pun sahabat Anshor atau pun Muhajir dan penyebab dilakukannya ekspedisi ini adalah karena Banu Tamim telah menghalangi Amil (petugas penarik zakat) Hadhrat Rasulullah (saw) untuk pergi mengambil sedekah.

Terkait:   Tiga Tingkatan Kebaikan: Adil, Ihsan Dan Itaidzil Qurba

Kemudian pada masa Kekhalifahan Hadhrat Abu Bakr Ash-Shiddiq (ra), Uyainah bin Hishn bersama dengan orang-orang murtad yang memberontak menjadi mangsa fitnah kemurtadan dan condong kepada Thulaihah dan berbaiat kepadanya. Kemudian, belakangan ia kembali pada Islam. Jadi, orang-orang ini sebelumnya pun terus memerangi Islam, kemudian mereka masuk Islam, lantas memulai peperangan [murtad dan memerangi umat Muslim lagi].

Selanjutnya tertulis bahwa ketika Kabilah Abs dan Dzibyan beserta para pendukungnya berkumpul di Buzakha, Thulaihah mengirim pesan kepada Banu Jadilah dan Ghauts yang merupakan dua cabang dari Kabilah Thayy’ bahwa, “Segera datanglah kalian kepadaku.” Beberapa orang dari kabilah-kabilah tersebut segera datang kepadanya dan mereka memerintahkan kaumnya untuk bergabung dengan mereka. Alhasil, orang-orang ini pun bergabung dengan Thulaihah.

Sebelum memberangkatkan Hadhrat Khalid bin Walid (ra) dari Dzul Qash-shah, Hadhrat Abu Bakr (ra) mengatakan kepada Hadhrat ‘Adi (ra), “Pergilah kepada kaummu, Kabilah Thayy’. Jangan sampai mereka berperang dan menjadi binasa.” Hadhrat ‘Adi (ra) datang kepada kaumnya dan mencegah mereka di Dharbah dan Gharib dan menyeru mereka kepada Islam dan memberikan peringatan kepada mereka. Dharbah juga adalah nama suatu tempat di wilayah Ghathafan dan diriwayatkan juga bahwa ini merupakan mata air milik Bani Murrah bin ‘Auf. Singkatnya, Hadhrat Khalid (ra) berangkat di belakang Hadhrat ‘Adi (ra).

Hadhrat Abu Bakr (ra) memerintahkan kepada beliau supaya memulai peperangan dari sekitar Kabilah Thayy’ dan selanjutnya beralih ke Buzakha, dan terakhir, dari sana pergi ke Buthah’. dan ketika telah selesai berurusan dengan musuh, beliau dilarang untuk menyerang tempat lain hingga datang perintah yang baru untuk beliau.

Hadhrat Abu Bakr (ra) menunjukkan bahwa beliau sedang berangkat menuju Khaibar. Maka menjadi masyhur di antara orang-orang bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) sedang berangkat menuju Khaibar dan setelah kembali dari sana, beliau akan bertemu dengan Hadhrat Khalid (ra) di sisi gunung Salma.

Dari riwayat lain diketahui bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) menempuh taktik ini dengan tujuan supaya ketika musuh mendapatkan kabar ini, mereka menjadi gentar karena ada satu pasukan lain, padahal Hadhrat Abu Bakr (ra) telah mengirimkan seluruh pasukan bersama Hadhrat Khalid (ra). Hadhrat Khalid (ra) telah berangkat. Dari Buzakhah beliau mengarah ke Ija’. Ija’ dan Salma adalah dua pegunungan yang terletak di sebelah kiri Sumaira. Menurut sebuah riwayat, Ija’ adalah satu gunung milik Banu Thayy’. Singkatnya, Hadhrat Khalid (ra) menunjukkan bahwa beliau sedang dalam perjalanan ke Khaibar, kemudian dari sana beliau berbalik untuk menghadapi Kabilah Thayy’. Dengan taktik ini, Kabilah Thayy’ tetap tinggal di tempat mereka dan tidak jadi pergi kepada Thulaihah.

Hadhrat ‘Adi (ra) datang ke Kabilah Thayy’ dan menyeru mereka pada Islam. Mereka berkata, “Kami tidak akan pernah menaati Abu Al-Fashiil.” Yang dimaksud Abu Al-Fashil oleh mereka adalah Hadhrat Abu Bakr (ra). Fashil adalah anak unta atau sapi yang telah dipisahkan dari induknya atau disapih. Dikarenakan kata Bakr dan Fashiil keduanya bermakna anak unta, oleh karena itu sebagian orang memanggil Hadhrat Abu Bakr (ra) dengan nama Abu Al-Fashiil, yakni bapak Unta dengan tujuan menghina dan mencemooh.

Hadhrat ‘Adi (ra) berkata, “Sebuah laskar sedang menuju ke arah kalian yang tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada kalian dan akan melakukan pembantaian massal sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mendapatkan keamanan. Aku telah menasihati kalian, selanjutnya terserah pada kalian.” Berdasarkan satu riwayat lainnya, beliau juga mengatakan hal ini kepada orang-orang di Kabilahnya bahwa, “Sekarang kalian akan mengingat Hadhrat Abu Bakr (ra) dengan julukan Fahl Al-Akbar.Fahl adalah pejantan dari setiap jenis hewan. Yakni, “Sekarang kalian menyebut beliau sebagai anak unta yang kecil dengan nada menghina dan mencemooh, selanjutnya kalian akan terpaksa menyebut beliau sebagai unta jantan yang kuat.”

Setelah mendengar perkataan beliau, orang-orang dari Kabilah Thayy’ mengatakan, “Baiklah! Temuilah olehmu laskar penyerang itu dan cegahlah mereka dari menyerang kami. Bahkan kami akan memanggil pulang orang-orang yang sekaum dengan kami yang saat ini sedang berasa di Buzakha. Kami khawatir, jika kami menentang Thulaihah, sedangkan orang-orang kami sedang dalam penguasaannya, maka ia akan membunuh mereka semua atau menahan mereka sebagai sandera.” Thulaihah dikenal tidak pernah melepaskan musuhnya hidup-hidup dan orang-orang Thayy’ juga mengatakan bahwa, “Karena orang-orang kami ada di sana, oleh karena itu jika kami ditangkap dan ia mencium gelagat bahwa orang-orang kami akan menjadi Muslim, maka mereka akan dibunuh olehnya.”

Hadhrat ‘Adi (ra) menyambut Hadhrat Khalid (ra) di Shan’a. Shan’a juga adalah satu tempat di pinggiran Madinah. Hadhrat ‘Adi (ra) berkata, “Khalid! Berilah saya waktu tiga hari. 500 pasukan akan berkumpul bersama anda, yang bersama mereka anda akan menyerang musuh. Ini lebih baik daripada anda memasukkan mereka ke dalam api neraka.” Yakni, “Orang-orang dari Kabilah Thayy’ akan menyertai anda dan berperanglah bersama mereka.”

Hadhrat Khalid (ra) menyetujui usulan beliau tersebut. Hadhrat ‘Adi (ra) datang menemui kaumnya. Sebelumnya orang-orang Kabilah Thayy’ telah mengutus seseorang untuk memanggil pulang orang-orang kaum mereka dari Buzakha.

Orang-orang kabilah yang ada di pasukan Thulaihah telah menyampaikan pesan kepada anggota pasukan mereka supaya mereka dapat pulang dengan segera, karena kaum Muslim – sebelum mereka menyerang pasukan Thulaihah – mereka sebelumnya telah berkeinginan untuk menyerang kabilah Thayy. Oleh karena itulah mereka kembali dan mereka telah menahan serangan itu. Inilah upaya yang telah mereka tempuh. Alhasil, mereka pun kembali ke kaum mereka sebagai pasukan bala bantuan. Jika tidak melakukan hal ini, maka Thulaihah beserta rekan-rekan mereka tidak akan membiarkan mereka hidup.

Kemudian Hadhrat ‘Adi menyampaikan kepada Hadhrat Khalid perihal telah kembalinya kabilah beliau untuk memeluk Islam. Seorang penulis telah menulis bahwa salah satu jasa ‘Adi yang terbesar adalah beliau telah mengajak kaumnya agar masuk menjadi bagian tentara Islam. Masuknya laskar Banu Thayy ke dalam pasukan Hadhrat Khalid merupakan kekalahan pertama dari musuh, karena kabilah Thayy termasuk diantara beberapa kabilah yang terkuat di seluruh jazirah Arab. Kabilah-kabilah lainnya menaruh hormat kepada mereka. Dan dari segi kekuatan dan ketahanan, ia adalah kabilah yang ditakuti. Di wilayahnya, mereka telah meraih kemenangan dan sangat dihormati. Kabilah-kabilah di sekitar mereka terus berupaya mengadakan perdamaian dengan mereka.

Kemudian dari sini, Hadhrat Khalid bergerak menuju Unsar dengan tujuan untuk menghadapi Jadilah. Unsar adalah nama sebuah mata air milik kabilah Thayy. Hadhrat ‘Adi berkata kepada mereka bahwa terdapat permukiman di sekeliling mata air tersebut. Hadhrat ‘Adi menyampaikan kepada mereka, “permisalan kabilah Thayy adalah seperti seekor burung, sementara kabilah Jadilah merupakan salah satu dari dua bahu yang dimiliki oleh Kabilah Thayy. Mohon Anda memberi tenggang waktu beberapa hari, karena mungkin saja Allah Ta’ala pun akan membawa Jadilah menuju jalan yang lurus”. Yakni semoga saja mereka menjadi pulih tanpa melalui perang, seperti halnya ia telah mengeluarkan Gaus – yakni cabang kedua dari Kabilah Thayy – dari kesesatan. Jadi, demikianlah yang telah ditempuh oleh Hadhrat Khalid. Hadhrat ‘Adi mendatangi Jadilah. Hadhrat ‘Adi dengan tanpa henti berunding dengan mereka, hingga pada akhirnya mereka pun baiat kepada Hadhrat ‘Adi.

Hadhrat ‘Adi menyampaikan kabar gembira masuknya mereka kedalam Islam kepada Hadhrat Khalid, dan beliau datang kepada kaum Muslim seraya membawa 1.000 prajurit berkuda dari kabilah tersebut.

Setelah peristiwa masuk Islamnya kabilah Thayy, Hadhrat Khalid bin Walid lantas bergerak menuju Thulaihah Asadi. Tatkala Hadhrat Khalid bin Walid telah tiba di dekat musuh, maka beliau mengirim Hadhrat Ukasyah bin Mahsan dan Hadhrat Tsabit bin Akram agar bergerak memata-matai keadaan musuh. Tatkala mereka telah tiba di dekat musuh, mereka langsung bergerak untuk mengamati dan mencari tahu posisi Thulaihah dan saudaranya yaitu Salmah. Salmah pun tidak mengulur waktu melihat Hadhrat Tsabit, dan ia pun mensyahidkannya. Tatkala Thulaihah melihat bahwa saudaranya telah menyelesaikan tugasnya, maka ia pun menyerunya agar membantunya melawan Ukasyah, “Bantulah aku. Jika tidak, orang ini akan menerkamku”. Maka dari itu keduanya bersatu menyerang Hadhrat Ukasyah dan juga mensyahidkannya lalu kembali ke tempatnya.

Di dalam riwayat lain tertera bahwa [suatu ketika] Hadhrat Khalid mengirim Hadhrat Ukasyah dan Tsabit Ansari untuk memata-matai musuh. Kemudian mereka bertemu Habal yaitu saudara dari Thulaihah, maka mereka berdua pun membunuhnya. Sampai sejauh mana kebenaran hal ini, hanya Allah yang Maha Tahu. [mungkin] Mereka hendak berperang, dan ketika peperangan terjadi maka mereka pun terbunuh, yakni seandainya riwayat ini adalah benar. Karena sesungguhnya mereka tengah pergi untuk mencari tahu keadaan musuh, dan bukan untuk bertempur. Tatkala berita ini sampai ke Thulaihah, maka Thulaihah keluar bersama Salmah, saudaranya. Thulaihah lalu mensyahidkan Hadhrat Ukasyah, sementara Salmah yaitu saudaranya mensyahidkan Hadhrat Tsabit, lalu keduanya kembali.

Hadhrat Khalid maju bergerak bersama pasukannya hingga tiba di tempat dimana Hadhrat Tsabit gugur terbunuh. Saat itu tidak ada yang mengetahui peristiwa tersebut hingga secara tiba-tiba ada satu prajurit beliau yang menyentuhnya. Saat itu pasukan Muslim menjadi teramat sedih. Kemudian ketika diteliti lebih lanjut maka didapati bahwa Hadhrat Ukasyah bin Mahsan pun terbaring telah disyahidkan. Akibat peristiwa ini, kaum Muslim semakin sedih. Mereka berkata, “dua sosok pemimpin besar Muslim dan dua sosok ksatria berkuda Muslim telah gugur”.

Melihat keadaan ini, Hadhrat Khalid mengatur kembali barisan pasukan beliau untuk bertempur, dan kembali ke tempat kabilah Thayy. Di dalam salah satu riwayat, Hadhrat ‘Adi bin Hatim berkata, “Saya telah mengirim perintah kepada Hadhrat Khalid bin Walid: Datanglah Anda kemari dan bermukimlah untuk beberapa hari disini. Saya akan mengirim utusan ke semua kabilah-kabilah Thayy, dan saya akan memberikan prajurit dengan jumlah yang lebih banyak dari seluruh prajurit Muslim yang ada bersama Anda, dan saya pun akan berangkat bersama Anda untuk menghadapi pasukan musuh”. Alhasil Hadhrat Khalid pun tiba.

Terkait:   Manusia-Manusia Istimewa seri 89 - Hadhrat Abu Ubaidah bin al-Jarrah (ra)

Di dalam satu riwayat tertera bahwa Hadhrat Khalid bermukim di daerah Salmah, yaitu tempat bernama Urq. Namun dalam riwayat lain tertera bahwa beliau bermukim di tempat bernama Ija’. Dari tempat ini, Hadhrat Khalid mengatur barisan pasukan beliau untuk menghadapi Thulaihah. Dan di Buzakhah, beliau menghadapi keduanya. Ketika mereka memulai pertempuran, ‘Uyainah bersama 700 prajurit dari Banu Fazarah, mereka bersama-sama dengan Thulaihah memberi perlawanan yang sengit. ‘Uyainah dan Thulaihah keduanya bersatu dan mereka bertempur melawan pasukan Muslim.

Thulaihah duduk diatas kain yang ia gelar di depan kemahnya. Ia seakan menjadi Nabi, maka dari itu ia pun terus duduk di dalam kemahnya seraya terus memberi kabar secara gaib. Saat itu ia berkata, “berperanglah kalian, disini saya akan memberitahu bagaimana hasilnya”, dan orang-orang pun sibuk berperang. Tatkala ‘Uyainah turut bersusah payah terjun ke dalam pertempuran, lalu ia menderita kerugian yang sangat besar, maka ia pun mendatangi Thulaihah dan berkata, “Apakah hingga saat ini Jibril belum turun atasmu?. Saya tengah terpukul hebat di pertempuran, namun engkau mengaku telah menerima ilham dan wahyu, dan jibril akan memberitahumu, tetapi hingga saat ini tidak tampak hasil apapun. Apakah jibril telah datang?”

Thulaihah menjawab, “belum”.

‘Uyainah pun kembali dan larut di medan pertempuran. Tatkala ia kembali tertimpa kekhawatiran yang sangat, ia lantas kembali mendatangi Thulaihah dan berkata, “Apakah nasib buruk menimpamu, hingga saat ini pun jibril belum tiba”.

Ia menjawab, “Demi Allah, ia belum datang”.

‘Uyainah seraya bersumpah bertanya, “Maka kapan ia akan datang? Kita disini akan menghadapi kegagalan”. Maka ia pun kembali ke medan pertempuran. Kemudian tatkala ia jatuh lagi dalam kegagalan, ia kebali menemui Thulaihah dan bertanya, “Apakah Jibril masih belum datang menemuimu?”

Thulaihah menjawab, “Ya, ia sudah datang”.

‘Uyainah bertanya, “lantas apa yang telah ia katakan?”

Thulaihah menjawab, “Ia berkata kepadaku bahwa bagimu adalah batu gerinda seperti halnya bagi kaum Muslim ada batu gerinda, dan akan terjadi satu peristiwa yang tidak akan dapat kamu ubah”.

‘Uyainah berkata di dalam hatinya, “Allah Maha Tahu bahwa dalam waktu dekat akan tiba peristiwa-perisitiwa yang tidak akan dapat kamu ubah”. Maka ia pun kembali menuju kaumnya dan berkata kepada mereka, “Wahai Banu Fazarah, demi Tuhan, Thulaihah adalah pendusta. Maka dari itu, kembalilah Anda sekalian”.

Atas seruan ini, segenap Banu Fazarah menyingkir dari pertempuran, sehingga musuh pun mengalami kekalahan dan melarikan diri. Mereka pun berkumpul di sekeliling Thulaihah dan bertanya kepadanya, “Apa kini perintahmu?”

Sebelumnya Thulaihah telah menyiapkan kuda dan unta untuknya dan untuk istrinya, Nawar. Ia pun berdiri dan segera menunggangi kudanya, lalu menaikkan istrinya, kemudian mereka pun melarikan diri. Ia berkata kepada teman-temannya, “Siapa saja diantaramu yang masih dapat melakukan seperti yang saya lakukan ini, maka segeralah dan selamatkanlah keluargamu. Berlarilah dari medan pertempuran”. Lalu Thulaihah mengambil jalan menuju Husyiah hingga ia pun tiba di Syam. Jemaatnya telah terpecah belah, dan Allah telah melenyapkan banyak diantara mereka. Banyak diantara mereka yang terbunuh. Menurut satu riwayat, Thulaihah lari dari pertempuran dan bermukim di Banu Qalb di Naqah dan di sana ia menerima Islam. Naqah adalah nama tempat di sekitar Taif dan berada dekat dari Makkah. Tertera juga bahwa hingga kewafatan Hadhrat Abu Bakr, ia tetap bermukim di Banu Qalb.

Kabilah Banu Amir, baik pembesar maupun awam, telah dekat sebelumnya dengannya. Demikian pula keadaan kabilah Sulaim dan Hawazun. Lalu tatkala Allah memberi kekalahan yang sedemikian rupa kepada Banu Fazarah dan Thulaihah, maka kabilah-kabilah itu pun datang seraya berkata, “semenjak hari kami saat kami keluar darinya, di hari itulah kami masuk kedalam [islam] ini”. Mereka sendiri yang datang dan memeluk Islam seraya berkata, “kami beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan kami menerima keputusan Allah dan Rasul-Nya saw. terkait segenap harta dan jiwa kami”.

Pada satu riwayat di dalam Tarikh Tabari tertera bahwa setelah kekalahan orang-orang di Buzakhah, datanglah Banu Amir dan mereka berkata, “Kami masuk ke dalam Islam, yang sebelumnya kami keluar”. Hadhrat Khalid menerima baiat mereka dengan syarat seperti yang telah beliau tentukan pada Ahli Buzakhah, yakni kabilah Asad, Gatfan, dan Thayy, dan mereka menerima syarat masuk Islam tersebut dengan ketaatan. Bunyi pernyataan baiat itu adalah, “Anda sekalian berjanji kepada Allah Ta’ala bahwa Anda semua pasti akan beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya saw. , dan Anda pasti akan mendirikan Shalat dan menunaikan zakat, serta Anda pasti akan mengikutsertakan anak dan istri Anda menuju baiat ini”. Atas hal ini, mereka semua menjawab, “Ya”.

Hadhrat Khalid tidak menerima baiat satu pun dari Banu Asad, Gatfan, Hawazun, Sulaim, dan Thayy selama mereka tidak menyerahkan orang-orang yang dalam keadaan murtad dahulu, mereka telah membakar orang Muslim yang ada di sekitar mereka, memotong mereka, atau menyerang mereka. Hadhrat Khalid berkenan menerima baiat mereka dengan syarat mereka menyerahkan orang-orang yang telah menimpakan kerugian kepada umat Muslim di sana, yaitu membunuh mereka, membakar rumah-rumah mereka, membakar mereka yakni orang-orang Muslim, mereka yang telah memotong dan membakarnya. Inilah segenap hal yang disampaikan oleh Hadhrat Khalid, yakni jika Anda menyerahkannya, maka baiat Anda sekalian akan diterima. Lalu semua terdakwa pun dihadapkan pada beliau. Alhasil, semua kabilah menyerahkan para terdakwa mereka, lalu Hadhrat Khalid pun menerima semua baiat mereeka. Kemudian kepada siapa saja yang telah menganiaya umat Muslim, mereka pun [dibalas serupa] yakni dipotong dan dimasukkan ke dalam api. Alhasil, segenap penganiayaan yang telah mereka timpakan atas umat Muslim, – sebagaimana telah saya jelaskan juga di khutbah sebelumnya – maka sebagai hukuman, mereka diberi perlakuan yang serupa dengan dengan tindakan mereka.

Kemudian tertera tentang satu surat dari Hadhrat Khalid kepada Hadhrat Abu Bakr. Hadhrat Khalid bin Walid mengikat Qurrah bin Hubairah (قُرَّةَ بن هبيرة) dan rekan-rekannya. Lalu Hadhrat Khalid memberangkatkan Qurrah dan para tawanan lainnya kepada Hadhrat Abu Bakr. Kamudian Hadhrat Khalid menulis kepada Hadhrat Abu Bakr, “Banu Amir telah masuk kembali ke dalam Islam setelah memisahkan diri setelah menunggu kedatangan saya. Segenap kabilah yang telah bertempur menghadapi saya atau mereka yang menghindari perang dan telah berdamai, saya tidak menerima baiat mereka semua selama mereka belum menyerahkan orang-orang yang telah menimpakan berbagai macam penganiayaan kepada umat Muslim. Saya telah membinasakan mereka. Saya kini mengirim Qurrah bersama rekan-rekannya ke hadapan Huzur”.

Hadhrat Abu Bakr pun telah mengirim satu surat kepada Hadhrat Khalid, yang ini diriwayatkan oleh Nafi’. Yaitu dalam menjawab surat ini Hadhrat Abu Bakr menulis kepada Hadhrat Khalid: ليزدك ما أنعم الله به عليك خيرًا، واتق الله في أمرك؛ فإن الله مع الذين اتقَوا والذين هم محسنون. جد في أمر الله ولا تلِنْ، ولا تظفرنَّ بأحد قتَل المسلمين إلا قتلتَه ونكلتَ به غيرَه؛ ومن أحببت ممن حادَّ الله أو ضادَّه؛ ممن ترى أن في ذلك صلاحًافاقتُلْه Yakni apapun yang telah anda lakukan dan keberhasilan yang telah anda raih, semoga Allah Ta’ala memberikan balasan kebaikan atasnya, takutlah kepada Allah Ta’ala dalam setiap perbuatan. Innallaaha ma’alladziinat taqou walladziina hum muhsinuun. Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang bertakwa dan berbuat ihsan. Dalam melakukan tugas dari Allah Ta’ala lakukanlah dengan segenap hati dan janganlah lalai. Barangsiapa yang membunuh seorang Muslim dan kamu dapat menguasai si pembunuh itu, maka pastikan untuk membunuhnya dan bunuhlah sedemikian rupa sehingga yang lainnya akan mengambil pelajaran darinya. Barangsiapa yang membangkang terhadap perintah Tuhan dan menjadi musuh Islam, jika dengan membunuhnya Islam akan mendapatkan faidah, maka kamu bisa membunuhnya.

Hadhrat Khalid tinggal di Buzakhah selama satu bulan. Beliau melakukan pencarian orang-orang seperti itu ke berbagai tempat dan menangkapi mereka lalu memberikan hukuman keras kepada mereka sesuai dengan perintah Hadhrat Abu Bakr Siddiq.

Berkenaan dengan tertawannya Qurrah Bin Hubairah dan Uyainah Bin Hisn lalu mengenai datangnya ke Madinah, dijelaskan sbb dalam Tarikh Tabari bahwa setelah Hadhrat Khalid menyelesaikan masalah banu Amir dan mengambil baiat mereka lalu menawan Uyainah Bin Hisn dan Qurrah Bin Hubairah kemudian mengirimnya ke hadapan Hadhrat Abu Bakr. Ketika mereka tiba dihadapan Hadhrat Abu Bakr, Qurrah mengatakan, Wahai Khalifah Rasul Saw! Saya adalah Muslim. Hadhrat Amru Bin As adalah saksi keislaman saya, ketika datang menemui saya pada saat safar. Saya menjadikannya sebagai tamu, memperlakukannya dengan penuh hormat dan memberikan perlindungan padanya.

Hadhrat Abu Bakr memanggil Hadhrat Amru Bin As untuk mempertanyakan kebenarannya. Hadhrat Amru menceritakan semua kejadian dan memberitahukan apa yang dikatakan Qurrah. Ketika mulai menjelaskan perbincangan mengenai zakat, Qurrah mengatakan: Cukup, mohon untuk tidak diteruskan. Lalu beliau mengatakan: Semoga rahmat Allah tercurah kepada engkau.

Hadhrat Amru mengatakan: Itu tidak mungkin. Saya akan jelaskan sepenuhnya kepada Hadhrat Abu Bakr, lalu beliau menjelaskan seluruh perbincangan. Berkenaan dengan zakat sebelumnya Qurrah telah mengatakan bahwa jika menghentikan tuntutannya, maka Arab akan mendengar (Yakni jangan dipungut zakat)

Atas hal itu Hadhrat Amru mengatakan, Seolah-olah kamu telah Kafir.

Qurrah mengatakan, kalau begitu silahkan anda tetapkan waktu tertentu untuk memungut zakat, kita akan Bersama sama memutuskannya, yakni apakah zakat akan dibayar ataukah tidak.

Hadhrat Abu Bakr memaafkannya. Alhasil, meskipun mendengar keterangannya, Hadhrat Abu Bakr memaafkannya dan mengampuni jiwanya.

Uyainah Bin Hisn datang ke Madinah dalam keadaan dimana kedua tangannya diikatkan ke leher dengan tali. Anak anak Madinah tengah menusuk-nusuknya dengan ranting pohon kurma sambil mengatakan: Wahai musuh Allah! Apakah engkau kafir lagi setelah beriman?

Terkait:   Keteladanan Para Sahabat Rasulullah (saw), seri 77

Ia menjawab: Demi Tuhan, hingga hari ini saya tidak pernah beriman kepada Allah. Hadhrat Abu Bakr memaafkannya dan mengampuni jiwanya.

Satu penulis lagi menulis, Uyainah dihadirkan kehadapan Khalifah Rasul Saw. Ia mendapati perlakukan maaf dan ampunan yang sedemikian rupa dari Hadhrat Abu Bakr yang mana tidak ia sangka sangka. Hadhrat Abu Bakr memerintahkan untuk membuka ikatan tangannya dan memintanya untuk taubat. Uyainah menyatakan taubat yang tulus dan menyampaikan permohonan maaf dengan mengakui segala kesalahannya lalu masuk Islam. Setelah itu ia tetap teguh dalam Islam. 

Penda’wa kenabian palsu dan pemberontak, Thulaihah Asadi juga menerima Islam. Berkenaan dengan itu tertulis bahwa yang menjadi penyebab baiatnya Thulaihah Asadi adalah ketika ia mengetahui bahwa kabilah Asad, Ghatfaan dan Banu Amir telah masuk Islam, ia pun ikut masuk Islam. Lalu dibawah kepemimpinan Hadhrat Abu Bakr ia berangkat ke Mekah untuk umrah.

Ketika ia melewati Madinah, dikabarkan kepada Hadhrat Abu Bakr bahwa orang ini adalah Thulaihah.

Hadhrat Abu Bakr bersabda: Apa yang harus saya lakukan dengannya? Biarkan dia, sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadanya kepada Islam.

Thulaihah pergi ke Mekah dan melakukan Umrah, lalu setelah terpilihnya Hadhrat Umar sebagai Khalifah, ia datang untuk baiat kepada Hadhrat Umar. Hadhrat Umar mengatakan padanya, kamu adalah pembunuh Ukasyah dan Tsabit. Demi Tuhan! Aku tidak akan pernah menyukaimu.

Thulaihah mengatakan: Wahai Amirul Mukminin! Apa yang anda sedihkan dengan dua orang yang telah dianugerahi kehormatan oleh Allah Ta’ala dengan perantaraan tangan saya. (mereka syahid) dan Allah Ta’ala tidak menghinakan saya ditangan mereka berdua. Yakni saya tidak mati terhina dengan serangan mereka sehingga tidak ke Jahannam dan pada hari ini saya menerima Islam dan menjadi peraih karunia Allah Ta’ala.

Hadhrat Umar mengambil baiat darinya dan bersabda: Hai penipu! Apa yang tersisa dari ramalanmu? Dulunya ia adalah peramal. Apakah kamu masih suka meramal?

Lalu ia berkata: Sedikit banyak saya masih suka meniup. Lalu ia pergi menuju tempat tingal kaumnya dan tinggal di sana.

Dalam peperangan Iraq, Thulaihah memberikan peranan penting dalam pertempuran menghadapi Iran. Setelah masuk Islam ia bertempur dalam peperangan Iraq dengan baik dan akhirnya syahid pada perang Nahawand pada 21 Hijriah.

Keberangkatan Hadhrat Khalid Bin Walid ke daerah Zafariah, misi menuju Ummi Zimal Salamah Binti Ummu Qirfah. Nama asli Ummi Zimal adalah Salamah Binti Malik Bin Huzaifah yang memiliki kemiripan dengan ibunya, Ummi Qirfah Binti Rabiah. Memiliki pamor seperti ibunya dan ia memiliki unta Ummi Qirfah juga.

Taaruf (pengenalan) mengenai Ummi Qirfah (أمُّ قرفة) adalah, nama aslinya Fatimah Binti Rabiah (فاطمة بنت ربيعة), merupakan pemimpin Banu Fuzarah yang dianggap sebagai contoh wanita dalam hal ketangguhan dan pengaturan penjagaan. Di rumahnya setiap saat tergantung 50 pedang dan 50 pria yang bersenjatakan pedang senantiasa ada di sana setiap saat. Kesemuanya adalah anak dan cucunya. Salah satu putranya bernama Qirfah, karena itulah ia dijuluki Ummi Qirfah. Adapun nama aslinya adalah Fatimah Binti Rabiah. Rumahnya berada disatu pojok Wadiul Qura yang jaraknay 7 hari perjalanan dari Madinah.

Telah terjadi pertempuran Sariyah pada 6 Hijriah menuju Ummu Qirfah. Hal yang menjadi satu penyebabnya adalah Ummi Qurfah telah membuat rencana jahat untuk menyerang Madinah dan membunuh Nabi yang mulia (saw). Berkenaan dengan hal itu seorang penulis menulis, Suatu ketika, ia menyiapkan satu pasukan yang terdiri dari 30 anak dan cucunya dan memerintahkan untuk menyerang Madinah dan membunuh Rasulullah saw. Untuk itulah pasukan Muslim membunuh wanita biang kerusuhan itu.

Penyebab kedua adalah, Hadhrat Zaid Bin Haris berangkat ke Syam untuk tujuan dagang. Beliau juga membawa serta barang dagangan para sahabat lainnya. Ketika sampai di Wadi ul Qura, bermunculanlah banyak sekali orang yang berasal dari Banu Badar, ranting dari Kabilah Fuzarah. Mereka menganiaya Zaid dan kawan-kawannya secara brutal dan juga merampas barang dagangannya. Akhirnya mereka kembali dan menceritakan semua kejadian itu kehadapan Rasulullah. Nabi yang mulia (saw) mengirim laskar bersama dengan mereka untuk menghadapi para penganiaya itu.

Kisah putri Ummi Qurfah, Ummi Zimal adalah sebagai berikut yakni beberapa orang dari kabilah Ghatfan, Thayy, Sulaim, dan Hawazun yang telah menderita kekalahan di tangan Hadhrat Khalid Bin Walid lalu melarikan diri dan sampai ke tempat Ummi Zimal Salmah Binti Malik. Mereka berjanji bahwa mereka bersedia untuk mengorbankan jiwa untuk berperang melawan kaum Muslim bersama-sama dengannya dan tidak akan mundur.

Orang-orang Ghatfan yang kalah berkumpul di Zafar. Zafar adalah sebuah tempat yang terletak dijalan antara Basrah dan Madinah. Di sana terdapat sebuah sumur. Nama tempat tersebut adalah Hawab. Di dekat Hawab terdapat satu tempat. Hawab juga meruapakan satu tempat yang terletak diantara Madinah dan Basrah. Di sana terdapat sumur. Di sana Ummi Zimal menyemangati mereka setelah mengalami kekalahan dan memrintahkan untuk berperang. Ia sendiri berkeling berkali-kali ke berbagai kabilah untuk menggembosi mereka agar melawan Hadhrat Khalid Bin Walid. Hingga berkumpullah orang-orang dengannya dan bersedia untuk berperang. Wanita ini provokator perang melawan Muslim dan orang-orang yang tersesat dari berbagai tempat datang bergabung dengannya.

Sebelum itu saat Ummi Qurfah masih hidup, Ummi Zimal Salima tertawan dan berjumpa dengan Hadhrat Aisyah. Hadhrat Aisyah membebaskannya. Ummi Zimal tinggal bersama beliau lalu kembali kepada kaumnya dan murtad.

Ketika Hadhrat Khalid mengetahui kabar tersebut, saat itu Hadhrat Khalid tengah sibuk untuk menangkapi para penjahat, mengirim zakat, tabligh Islam dan memberikan keamanan kepada orang-orang. Lalu beliau ra berangkat untuk menghadapi Ummi Zimal Salmah yang telah bertambah dalam kekuatannya dan semakin gencar tindak kejahatannya. Lalu Hadhrat Khalid berangkat untuk menghadapinya dan sekutunya. Terjadi pertempuran yang dahsyat.

Saat itu Ummi Zimal seperti ibunya dengan segala ketinggiannya mengendarai unta ibunya. Terjadilah pertempuran dahsyat diantara kedua pasukan. Ummi zimal menyemangati pasukannya dengan ceramah provokatif dari atas untanya. Orang-orang yang murtad pun bertempur dengan sekuat tenaga. Di sekitar unta Ummi Zimal terdapat 100 unta lainnya yang dikendarai oleh para laskar pemberani dan dengan penuh keberanian tengah melindungi Ummi Zimal.

Pasukan berkuda Muslim berjuang keras untuk dapat menjangkau Ummi Zimal. Namun para pelindungnya selalu berhasil memukul mundur. Setelah berhasil membunuh 100 pasukan musuh, pasukan Muslim akhirnya mendekat ke unta Ummi zimal. Sesampai didekatnya mereka memotong paha belakang unta lalu membunuh Ummi Zimal.

Setelah melihat untanya jatuh dan terbunuh Ummi Zimal, kawan-kawannya menjadi putus asa lalu hilang kesadaran dan melarikan diri dari medan perang. Setelah itu api kekacauan telah mendingin dan berakhirlah kemurtadan dan pemberontakan di semenanjung timur laut Arab. Lalu Hadhrat Khalid mengabarkan kemenangan tersebut kepada Hadhrat Abu Bakr.

Berkenaan dengan Hadhrat Abu Bakr ini masih akan terus berlanjut nanti, insya Allah. Saat ini hanya itu saja yang dapat saya sampaikan.

Sekarang saya akan menyampaikan berkenaan dengan dua almarhumah dan mengimami shalat jenazahnya setelah shalat Jumat nanti. Pertama, Sabirah Begum Sahibah, istri Rafeeq Ahmad Butt Sahib Sialkot yang wafat beberapa hari lalu. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuwn. Dengan karunia Allah Ta’ala beliau adalah seorang Musiah.

Putra beliau menulis mengenai almarhumah bahwa beliau adalah ahli ibadah shalat dan tahajjud, pendoa, pengkhidmat tamu, membantu orang-orang yang kurang mampu, dan pemilik fitrat yang baik. Beliau memiliki jalinan dan kecintaan yang dalam dengan Khilafat, rajin mendengarkan khutbah dengan seksama, sangat menghormati para waqaf zindegi.

Putra beliau, Naseem Butt Sahib adalah seorang Muballigh di Yuna, Nigeria. Karena saat ini tengah di lapangan pengkhidmatan, sehingga beliau tidak dapat terlibat dalam pengurusan jenazah almarhumah. Untuk itu saya shalatkan jenazah beliau. Seluruh keluarga beliau yakni suami, anak, cucu terdepan dalam pengkhidmatan di jemaat.

Jenazah kedua adalah Tsurayya Rasheed Sahibah, istri Rasheed Ahmad Bajwa. Wafat di Kanada pada tanggal 20 April, Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuwn. Beliau juga adalah seorang wanita yang sangat mukhlis, muttaqi, pendoa, membantu orang-orang yang kurang mampu, pengkhidmat tamu dan rendah hati. Beliau berkhidmat sebagai ketua LI di daerahnya untuk masa yang lama. Beliau juga mendapatkan banyak taufik mengajar Al Quran kepada anak anak.

Karena anak anak beliau mendapatkan talim dan tarbiyat di Rabwah, beliau pun menjual segala sesuatu lalu membangun rumah di Rabwah. Mungkin tidak membangun rumah, alhasil, beliau datang ke Rabwah. Beliau adalah seorang Musiah. Satu putera beliau juga Safeer Bajwa Sahib adalah Muballig di Rabwah, tidak dapat ikut serta dalam pengurusan jenazah. Satu puteri beliau merupakan istri Muballigh.

Semoga Allah Ta’ala memberikan magfirah dan rahmat kepada keduanya dan memberikan taufik kepada anak keturunan beliau untuk melanjutkan kebaikan kebaikan beliau.[2]

Khotbah II

الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا – مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ – وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ – عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ – أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُاللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


[1] Musnad Ahmad ibn Hanbal (مسند أحمد ابن حنبل مسند العشرة المبشرين بالجنة مسند أبي بكر الصديق رضي الله عنه حديث رقم 46)

[2] Sumber referensi: www.alislam.org (website resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional bahasa Inggris dan Urdu) dan www.Islamahmadiyya.net (website resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional bahasa Arab) pada link https://www.islamahmadiyya.net/sermon.asp?recordId=34444 atau https://www.islamahmadiyya.net/cat.asp?id=116. Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Syahid (London-UK), Mln. Hasyim dan Mln. Fazli ‘Umar Faruq. Editor: Dildaar Ahmad Dartono.

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.