Tanggung Jawab Panitia dan Peserta Selama Pertemuan Tahunan (Jalsah Salanah)
Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 06 Agustusi 2021 (Zhuhur 1400 Hijriyah Syamsiyah/27 Dzulhijjah 1442 Hijriyah Qamariyah) di Jalsah Salanah UK 2021, Hadeeqatul Mahdi, Alton, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya).
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ. (آمين)
Hari ini, insya Allah, Jalsah Salanah Britania Raya telah dimulai. Pertama, saya ingin sampaikan bahwa, di hari-hari ini perbanyaklah berdoa untuk keberkatan pelaksanaan Jalsah dari berbagai segi. Semoga Allah Ta’ala menjaga suasana murni keagamaan di hari-hari ini dan meningkatkan kesalehan dan ketaqwaan di hati para peserta. Meskipun dikarenakan wabah yang akhir-akhir ini telah menyebar luas, jumlah peserta yang hadir di sini sangat terbatas, namun saya mendapatkan informasi bahwa di rumah-rumah dan di beberapa tempat terdapat pengaturan dari Jemaat untuk menyimak Jalsah, baik itu di masjid-masjid atau pun di tempat-tempat yang tersedia aula. Bagaimanapun, dengan cara apa pun juga mereka mengikuti Jalsah, hendaknya mereka mengikuti Jalsah dengan pemikiran seolah-olah mereka berada dalam Jalsah Gah dan menyimak program selama tiga hari serta melaluinya dengan doa-doa.
Demikian juga, pada tahun ini pelaksanaan Jalsah merupakan satu pengalaman baru bagi para panitia dan peserta. Beberapa fasilitas yang dulu para panitia biasa sediakan untuk kenyamanan para tamu, pada tahun ini tidak dapat tersedia. Mereka berpikir bahwa mereka bisa menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut, namun mereka tidak bisa mendapatkannya. Oleh karena itu, para tamu atau peserta Jalsah dengan memaklumi keadaan ini hendaknya menerima kekurangan-kekurangan yang tertinggal oleh para panitia dalam pengaturan Jalsah dan berdoalah, semoga Allah Ta’ala segera memperbaiki situasi dan Jalsah bisa dilaksanakan dengan kemegahannya sebagaimana sebelumnya.
Beberapa orang mengeluh bahwa dikarenakan beberapa persyaratan, mereka tidak diizinkan untuk mengikuti Jalsah atau di beberapa tempat peserta yang dipilih tidak tepat. Pengurus dalam hal ini menyampaikan alasan mereka. Beberapa pengurus Jemaat lokal menyampaikan alasan mereka. Terlepas dari benar atau kelirunya alasan tersebut, saya ingin menyampaikan kepada para anggota Jemaat bahwa hendaknya terimalah juga hal ini dan pahamilah, dikarenakan ini adalah pengalaman pertama maka terjadi beberapa kekeliruan, oleh karena itu, maafkanlah dan janganlah diambil hati.
Selanjutnya, saya ingin menyampaikan beberapa hal mengenai Jalsah dan pengkhidmatan terhadap tamu. Biasanya pada khotbah di hari Jalsah saya menarik perhatian para tamu terhadap tanggung jawab-tanggung jawab mereka atau menyampaikan beberapa hal yang sifatnya pengaturan, dan pada satu khotbah Jumat sebelum Jalsah, di dalamnya saya biasa menyampaikan beberapa hal mengenai tugas-tugas dan tanggung jawab-tanggung jawab tuan rumah dan mereka yang bertugas mengkhidmati tamu. Namun, dikarenakan kali ini sebelumnya saya tidak menyampaikan sesuatu berkenaan dengan tanggung jawab-tanggung jawab para petugas, oleh karena itu hari ini saya ingin menyampaikan beberapa hal untuk kedua belah pihaknya [tetamu dan tuan rumah].
Yang pertama saya ingin sampaikan kepada tuan rumah atau para petugas bahwa hendaknya jangan ada kekurangan dalam pelayanan terhadap tamu dikarenakan situasi. Dulu biasa datang enam ribu hingga tujuh ribu tamu dari luar negeri, kali ini mereka tidak datang. Tamu yang datang sekarang adalah dari berbagai kota di dalam negeri dan itu pun sangat sedikit jumlahnya. Oleh karena itu janganlah menganggap enteng hal ini dan janganlah berleha-leha. Jika ada kekurangan, maka tamu-tamu yang mengenal dekat akan menyampaikan keluhan yang lebih lagi. Oleh karena itu khidmatilah setiap orang dengan penuh kehati-hatian dan perhatian. Janganlah tersisa kekurangan.
Dengan karunia Allah Ta’ala sejauh kaitannya dengan para panitia Jalsah Britania Raya, sebagaimana yang telah saya sampaikan kemarin pada saat inspeksi, bahwa para panitia di setiap tingkatan baik itu para Nashirat, Lajnah, Athfal, Khudam maupun Anshor, mereka telah sangat cakap dalam tugas-tugas dan pekerjaan-pekerjaan mereka dan memiliki kapasitas untuk melaksanakan tugas-tugas besar. Mereka juga bisa mengajarkan dengan baik kepada anak-anak laki-laki dan perempuan yang baru bergabung. Oleh karena itu dari sisi ini tidak ada kekhawatiran bahwa mereka tidak mampu.
Di setiap departemen terdapat para panitia yang bekerja dengan meninjau secara mendalam dan mereka mampu, namun karena ini juga perintah Allah Ta’ala bahwa hendaknya terus-menerus mengingatkan orang mu’min, karena ini sangat bermanfaat bagi mereka dan sebagaimana telah saya katakan bahwa persiapan pengaturan Jalsah singkat, terkadang terlalu percaya diri bahwa Jalsah ini berlangsung dalam jumlah kecil, maka kami akan bisa mengaturnya, dalam beberapa perkara dikarenakan keteledoran kemudian timbul kekurangan dan terjadi kerusakan-kerusakan, dan mereka yang baru bergabung dalam tugas-tugas pun bisa mengambil pesan yang keliru darinya. Alhasil, demi memberikan kenyamanan bagi para tamu dan juga untuk mengajarkan kepada mereka yang baru bertugas adalah perlu bahwa, sekalipun pengaturan ini skalanya tidak terlalu besar, namun tetap saja setiap pekerjaan dan setiap departemen itu sangat penting. Khususnya akhir-akhir ini cuaca cukup buruk, oleh karena itu perlu untuk memberikan perhatian lebih pada beberapa departemen.
Setiap orang yang bertugas hendaknya ingat bahwa, baik itu para tamu sedikit atau pun banyak, para tamu yang datang ke Jalsah adalah tamu-tamu Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan hendaknya kita sebisa mungkin mengkhidmati mereka sepenuhnya. Mengkhidmati tamu adalah suatu akhlak yang merupakan satu sifat istimewa dari para Nabi dan Jemaat mereka. Alhasil, sebagai satu Jemaat keagamaan adalah kewajiban kita supaya dalam diri kita hendaknya memiliki satu corak khas keramahan terhadap tamu dan sifat ini hendaknya menonjol.
Pada zaman Hadhrat Rasulullah (saw) pun ketika mulai banyak tamu-tamu yang datang, beliau (saw) membagi para tamu tersebut di antara para sahabat dan para sahabat dengan penuh kegembiraan mengajak para tamu tersebut dan ketika pagi hari Hadhrat Rasulullah (saw) bertanya kepada para tamu mengenai bagaimana berlalunya malam mereka dan keramahan para sahabat. Beliau (saw) menanyakan mengenai pengkhidmatan para sahabat, maka setiap tamu memberikan jawaban yang sama, mereka tidak pernah melihat tuan rumah yang sedemikian rupa memberikan pengkhidmatan dan telah memenuhi kewajiban mereka. Alhasil, ini adalah teladan yang berkat tarbiyat dari Hadhrat Rasulullah (saw) para sahabat telah tegakan bagi kita dan di hadapan kita, dan di zaman ini ketika kita telah menerima Hadhrat Masih Mau’ud (as), maka beliau (as) pun menasihatkan kita untuk mengikuti teladan yang telah ditegakkan oleh para sahabat tersebut.
Pada satu kesempatan Hadhrat Masih Mau’ud (as) memberikan nasihat kepada para anggota Jemaat beliau bahwa, “Berdasarkan prinsip saya, jika ada seorang tamu yang datang dan ia mengumpat dan mencaci-maki – yakni jika tamu itu menggunakan kata-kata yang keras dan bersikap kasar, atau berperilaku tidak baik – maka tetap bersabarlah terhadapnya.”
Meskipun dalam hal ini beliau memberikan nasihat mengenai para tamu ghair, namun kita hendaknya ingat bahwa siapapun tamu itu, sekalipun itu tamu Ahmadi, tetap saja menjadi tugas seorang tuan rumah untuk bersikap sopan santun dan tidak membalas sikap kasar dengan sikap kasar lagi. Baik terhadap Ahmadi atau pun ghair Ahmadi, kita menemukan contoh luar biasa pengkhidmatan terhadap tamu dari Hadhrat Masih Mau’ud (as) terhadap para Ahmadi pun Hadhrat Masih Mau’ud (as) mengungkapkan keramahan yang luar biasa dan mengapa tidak. Pada zaman ini Hadhrat Masih Mau’ud (as) pun telah menegakkan akhlak yang luhur ini, yang dengannya gambaran keindahan Islam nampak ke hadapan kita dan kita hendaknya bisa mempresentasikannya kepada dunia.
Hadhrat Mufti Muhammad Shadiq menuturkan, “Satu kali saya dari Lahore datang ke Qadian. Hadhrat Masih Mau’ud (as) menempatkan saya di Masjid Mubarak yang pada waktu itu satu tempat yang kecil. Sekarang pun masih masjid yang kecil namun pada waktu itu sangat kecil. Seukuran satu kamar.”
Kemudian beliau (as) bersabda, ‘Silahkan duduk, saya akan bawakan makanan untuk Anda.’
Setelah mengatakan ini beliau (as) masuk. Mufti Sahib menuturkan, ‘Saya pikir beliau (as) akan mengirimkan makanan dengan memerintahkan seorang khadim, namun setelah beberapa menit ketika jendela terbuka, apa yang saya lihat, beliau (as) dengan tangan beliau (as) sendiri membawa nampan dan menyajikan makanan untuk saya. Beliau meletakkan makanan di sebuah baki dan membawanya untuk saya. Melihat saya beliau (as) bersabda, ‘Silahkan Anda makan, saya akan ambilkan minum.’”
Mufti Sahib menuturkan, “Secara spontan saya menangis karena terharu. Ketika penghulu dan Junjungan kita mengkhidmati kita seperti ini, betapa kita hendaknya saling mengkhidmati satu sama lain.”
Suatu kali terjadi kekurangan tempat tidur, Hadhrat Masih Mau’ud (as) juga memberikan tempat tidurnya untuk para tamu, bahkan memberikan semua tempat tidur yang ada di rumah dan beliau (as) sendiri melewati malam dalam kesulitan tanpa tempat tidur.
Namun, beliau (as) tidak membiarkan seorang pun menyadari beliau merasakan kesulitan ini. Inilah pengorbanan sejati untuk mengkhidmati tamu. Terkadang sebagian orang melakukan pengorbanan, tetapi mereka juga menyebut-nyebut betapa ia menderita karena pengorbanan tersebut.
Pada satu kesempatan Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda, “Saya selalu memikirkan supaya jangan sampai ada seorang tamu yang mengalami kesulitan, bahkan saya selalu menekankan untuk sebisa mungkin memberikan kenyamanan kepada tamu.”
Beliau (as) bersabda, “Hati seorang tamu laksana kaca yang rapuh dan dengan ditekan sedikit saja akan pecah.” Beliau (as) bersabda, “Sebelumnya saya juga telah membuat pengaturan supaya saya sendiri makan bersama para tamu, sehingga saya bisa merasakan secara langsung tingkat pelayanan yang sedang dilakukan. Apakah setiap tamu telah diberi makan, dsb. Namun sejak saya harus menghindari makanan tertentu dikarenakan sakit, kemudian saya tidak bisa melanjutkan pengaturan ini, dan di samping itu juga ada satu penyebab lain yaitu jumlah para tamu sudah sedemikian rupa banyaknya sehingga tempat tidak lagi cukup. Sulit untuk bisa makan bersama di satu tempat. Para tamu disajikan makanan di tempat yang berbeda-beda atau secara bergiliran. Oleh karena itu, terpaksa makan secara terpisah.”
Kemudian suatu kali beliau (as) bersabda kepada penanggung jawab langgar khanah ketika begitu banyak tamu yang datang, “Lihatlah! Begitu banyak tamu yang datang. Di antara mereka ada yang kamu kenal, ada juga yang tidak. Oleh karena itu sepatutnya khidmatilah setiap orang dengan sikap hormat yang sama.”
Alhasil, bagi tuan rumah semua tamu adalah tamu. Janganlah membeda-bedakan siapapun. Jangan sampai karena si fulan adalah pengurus atau si fulan kenal dengan anda, maka ia harus lebih dikhidmati dan diperlakukan lebih baik. Khidmatilah semua orang dengan sama sebagai tamu. Hendaknya perlakukanlah semua tamu dengan sikap hormat. Inilah akar dari pengkhidmatan terhadap tamu.”
Beliau (as) bersabda kepadanya, “Saya berbaik sangka kepada Anda bahwa Anda memberikan kenyamanan kepada para tamu. Khidmatilah mereka semua dengan sebaik-baiknya.” Alhasil, ini adalah prasangka baik yang harus ada pada setiap orang yang berkhidmat dan dengan karunia Allah Ta’ala sebagian besar mereka yang berkhidmat memenuhi prasangka baik ini dan yang di dalamnya terdapat kekurangan maka mereka sendiri meninjaunya dan melihat bagaimana ia bisa menghilangkan kekurangan-kekurangan tersebut, dan dengan menghilangkan kekurangan-kekurangan tersebut standar pengkhidmatan tamu dapat ditingkatkan.
Saya mengetahui bahwa para panitia dari beberapa departemen harus menghadapi kesulitan dari sebagian tamu, namun menjadi tugas kita untuk tidak pernah meninggalkan keindahan akhlak dan hendaknya tetap menunjukkannya. Terlepas dari apapun yang dikatakan oleh tamu, para panitia harus mewajibkan pada diri mereka sendiri untuk menunjukkan akhlak mereka yang luhur.
Pada kesempatan ini mungkin dikarenakan jumlah peserta yang terbatas, para panita tidak akan menghadapi beberapa kesulitan, atau mungkin para panitia akan berpemikiran bahwa tidak akan menghadapinya, namun ketika para panitia harus menghimbau para tamu berkenaan dengan beberapa pembatasan, maka bisa saja beberapa tamu menunjukkan reaksi negatif. Seperti misalnya para panitia menghimbau untuk tetap memakai masker, mengingatkan untuk menjaga jarak karena biasanya orang-orang tidak menjaga jarak dengan benar.
Beberapa pembatasan juga harus diingatkan ketika sedang makan. Tetapi bahkan setelah mendengar semua peringatan ini, jika ada seseorang yang berperilaku kasar dan tidak mengindahkan hal-hal tadi, maka sekalipun Anda telah mendengarkan kata-kata mereka ini, jelaskanlah maksud Anda kepada para tamu dengan kasih sayang. Pada umumnya para tamu juga menyadari bahwa mereka harus memperhatikan beberapa pembatasan, namun ada sebagian orang yang secara tabiat menjadi cepat marah terhadap beberapa hal dan hanya segelintir orang saja yang menimbulkan masalah seperti ini, dan jika kemudian panitia pun bersikap keras, maka akan ada kemungkinan terjadi ketidaknyamanan yang lebih besar lagi.
Oleh karena itu jika seseorang harus memberikan pengertian, meminta sesuatu kepada seseorang atau menyampaikan apa pun, sampaikanlah dengan penuh kesabaran dan kelembutan. Rasulullah (saw) menjelaskan satu tanda seorang mukmin bahwa mereka menghormati tamu. Menghormati tamu adalah ciri dari seorang Mukmin. Alhasil, hendaknya keistimewaan seorang mukmin ini tercipta dalam diri setiap orang.
Dikarenakan hujan, tempat parkir di Hadiqatul Mahdi menjadi terbatas. Lahannya memang ada, namun dikarenakan hujan menjadi becek dan terdapat resiko mobil-mobil tergelincir dan terperosok, oleh karena itu parkir dialihkan ke tempat lain, yang dari sana para tamu diantar dengan menggunakan bus-bus. Para petugas di sini harus dengan tenang dan penuh kasih sayang memberikan pemahaman kepada orang-orang yang datang dengan menggunakan mobil. Beberapa orang langsung masuk dan bersikeras bahwa, “Kami telah tiba, maka biarkan kami masuk.” Dengan penuh kasih sayang berilah mereka pemahaman dan para tamu pun hendaknya memahami penjelasan para petugas.
Dengan saling tolong menolonglah maka akan timbul kemudahan dan kelancaran dalam pekerjaan. Alhasil, harus ada kerja sama dari kedua belah pihak. Para tamu janganlah hanya mengharapkan dari para panitia, “Mereka telah ditugaskan untuk mengkhidmati kami dan mereka harus mendengar dan melaksanakan semua yang kami katakan”, melainkan para tamu juga hendaknya mentaati peraturan-peraturan yang telah dibuat, maka barulah pekerjaan bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Para tamu juga hendaknya selalu ingat bahwa Islam di samping memberikan petunjuk kepada tuan rumah untuk menghormati tamu, di sisi lain juga menarik perhatian para tamu bahwa sebagai tamu mereka juga mempunyai beberapa tanggung jawab. Islam telah menyampaikan secara jelas bahwa, “Ketika kalian pergi kepada seseorang sebagai tamu, maka kalian juga harus memperhatikan kesibukan tuan rumah dan datanglah atas undangan mereka atau datanglah setelah sebelumnya memberitahukan.”
Di satu sisi, Islam memberikan petunjuk kepada tuan rumah bahwa mereka harus memperlakukan dengan baik tamu yang datang ke rumah, kapan pun mereka datang. Di sisi lain dikatakan kepada para tamu bahwa jika mereka pergi ke rumah seseorang maka berilah kabar terlebih dahulu. Jika datang tanpa memberi tahu dan tuan rumah melarang untuk masuk, maka kembalilah tanpa mengeluh.
Biasanya hal ini tidak berlaku pada tamu-tamu Jalsah, namun tahun ini, sebagaimana telah saya katakan, dikarenakan keadaan khusus ditetapkan juga batasan usia. Dari usia sekian hingga sekian yang bisa hadir. Telah ditetapkan batasan minimal dan maksimal usia dan kemudian terdapat juga beberapa persyaratan yang ditetapkan yang kaitannya dengan kesehatan, dan peraturan-peraturan ini dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, dan dari sisi ini diperintahkan kepada Jemaat-Jemaat untuk melakukan seleksi dan mengirimkan orang-orang yang memenuhi syarat-syarat ini. Di beberapa tempat bisa saja terjadi, sebagaimana telah saya katakan sebelumnya bahwa dalam seleksi ini terjadi kekeliruan dan timbul keluhan dari sebagian orang.
Demikian juga ada sebagian orang yang baru datang ke negara ini dan tidak memenuhi persyaratan, namun bersikeras bahwa mereka harus diizinkan ikut serta dalam Jalsah. Mungkin sebagian orang yang datang dari luar berupaya datang kepada salah seorang kerabatnya atau bersikeras kepada pengurus di daerahnya supaya mereka diizinkan hadir, maka hendaknya mereka memikirkan bahwa dengan melanggar Nizham seperti itu akan timbul masalah-masalah.
Allah Ta’ala telah memberikan petunjuk mendasar dan memberikan bimbingan pada akhlak yang mendasar serta memerintahkan bahwa janganlah kalian masuk ke rumah seseorang tanpa izin dari pemilik rumah dan jika dikatakan, pulanglah, maka pulanglah tanpa berkeluh kesah. Allah Ta’ala berfirman, وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ Wa ing qiila lakum irji’uu, farji’uu huwa azkaa lakum, dan jika dikatakan kepada kalian, pulanglah, maka pulanglah kalian. Hal ini lebih suci bagi kalian. [1]
Salah satu tujuan paling besar datang dan ikut serta dalam Jalsah adalah untuk melakukan perbaikan diri dan mensucikan diri kita. Daripada memaksa untuk ikut serta, menaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan adalah hal yang lebih suci.
Alhasil, sebagian orang yang begitu terobsesi dan menulis surat kepada saya atau terus menerus menyampaikan kepada pengurus, orang-orang seperti itu hendaknya mematuhi pengaturan apa pun yang telah ditetapkan, ini jauh lebih baik. Dan janganlah merasa kesal dan janganlah juga mengeluh mengenai hal ini. Berdoalah kepada Allah Ta’ala dan dalam situasi seperti ini berdoalah dengan rintihan yang lebih, semoga Allah Ta’ala segera menormalkan situasi sehingga orang-orang dengan bebas sesuai dengan keinginan mereka bisa hadir dalam Jalsah.
Para sahabat Nabi (saw) juga memiliki cara yang unik untuk mengamalkan perintah Al-Qur’an. Seorang sahabat mengatakan, “Bertahun-tahun saya datang ke rumah orang-orang tanpa mengenal waktu, hanya dengan tujuan supaya ada seseorang yang mengatakan, ‘Sekarang bukan waktunya, dilarang masuk, kami tidak bisa bertemu, kami tidak bisa memberikan izin untuk masuk, pulanglah.’ Dan saya berharap bahwa jika ada yang mengatakan ini kepada saya, maka dengan mengamalkan perintah Al-Qur’an ini saya akan menerima pahala. Namun tidak pernah terjadi bahwa saya pergi ke rumah seseorang dan ia meminta maaf kepada saya (tidak bisa mengizinkan masuk).”
Jadi, kedua pihak, baik itu tuan rumah maupun tamu sama-sama berusaha untuk memenuhi kewajiban mereka untuk meraih keridhoan Allah Ta’ala. Saya menyampaikan hal ini dan memberikan satu petunjuk mendasar ini dalam konteks menerapkan akhlak yang sifatnya umum dan mengamalkan petunjuk Al-Qur’an Karim dengan antuasias dan semangat.
Namun ada juga sebagian orang yang untuk membuat perkataan mereka dituruti, mereka mengatakan atau akan mengatakan, “Kalau begitu pengurus juga tidak boleh menolak.” Dalam keadaan umum pengurus tidak akan menolak dan memang seharusnya tidak menolak. Jika mereka menolak, maka sungguh mereka tidak memenuhi hak para tamu dan bertentangan dengan ajaran yang merupakan ajaran islam dan ajaran yang untuk mengamalkannya Hadhrat Masih Mau’ud (as) telah memberikan penekanan secara khusus kepada kita dan beliau (as) menegakkan contoh-contoh dengan amalan beliau sendiri. Kapan pun tamu datang pada malam hari, maka beliau (as) saat itu juga mengkhidmatinya, namun sebagaimana telah saya katakan bahwa keadaan di mana Jalsah ini sedang diselenggarakan adalah keadaan yang khusus, di dalamnya secara terpaksa para tamu ditolak untuk hadir, oleh karena itu dengan tanpa mengeluh, amalkanlah hal ini. Namun di samping itu, saya juga ingin menyampaikan kepada mereka yang mendapatkan surat undangan dan surat izin, bahwa kecuali ada satu alasan yang betul-betul memaksa, mereka hendaknya hadir dalam Jalsah, jika tidak maka artinya mereka merenggut hak orang-orang yang tidak hadir dikarenakan tidak mendapatkan surat izin.
Cuaca buruk janganlah dijadikan alasan. Kaitannya dengan cuaca, para peserta hendaknya ingat bahwa di Qadian dan Rabwah Jalsah biasanya diadakan di lapangan terbuka ketika musim dingin. Sudah bertahun-tahun Jalsah tidak bisa diadakan di Rabwah karena ada larangan. Namun dulu Jalsah selalu diadakan. Meskipun hujan pada musim dingin pun orang-orang tetap duduk dengan tenang di Jalsah gah dan dengan cara apa pun mereka berusaha untuk menyimak acara Jalsah dengan menutupi tubuh dari hujan. Begitu pula ketika Jalsah diadakan di Islamabad, meskipun keadaan tenda Jalsah tidak nyaman karena hujan dan duduk dengan hanya beralaskan rumput, bukan lantai kayu seperti yang digunakan saat ini. Saya ingat, sebagai peserta Jalsah, disebabkan oleh hujan air menggenang di sebagian area Jalsah gah, sehingga tanah pun basah. Karena air menggenang di pojok-pojok, sehingga peserta yang shalat di bagian pojok bagian lutut dan kening terkena air atau tanah basah. Saya pun pernah mengalami keadaan itu, ketika bangkit dari sujud terlebih dahulu membersihkan kening jangan sampai air atau lumpur masuk ke mata atau menempel potongan rumput. Namun saya menyaksikan sendiri bagaimana para peserta Jalsah pada saat itu mengikuti Jalsah dengan penuh antusias.
Dengan karunia Allah Ta’ala, semangat itu masih ada saat ini pun, bahkan lebih kurang bisa dikatakan bahwa semangat itu ada dalam diri mayoritas para Ahmadi. Namun ada juga sebagian orang yang memiliki tabiat yang rapuh atau disebabkan karena keadaan dan jarak masa yang panjang timbul kerapuhan itu dalam diri seseorang. Untuk itu saya katakan kepada mereka atau jika seseorang telah mendapatkan izin untuk hadir di Jalsah, pastikan untuk hadir, janganlah membuat-buat alasan.
Begitu juga, seperti yang telah saya katakan, sebagaimana sebagian orang ada yang memiliki kebiasaan cekcok, gampang mengadukan sesuatu, bersikap tidak elok terhadap panitia dengan mengatakan “kenapa begitu, seharusnya begini”, atau membuat-buat alasan untuk tidak datang ke Jalsah. Alhasil, hal-hal tersebut hendaknya mendapatkan perhatian yang baik. Bagi mereka yang telah mendapatkan undangan Jalsah baik untuk hari ini, besok atau lusa, atau maksud saya yang telah mendapatkan izin untuk hadir di Jalsah, pastikan untuk hadir.
Saya juga merasa perlu untuk menyampaikan beberapa hal berkenaan dengan kepanitiaan. Mohon agar mematuhi aturan yang disampaikan oleh panitia untuk menjaga jarak ketika mengambil konsumsi dan ketika makan. Di berbagai tempat telah dipasangkan himbauan untuk menjaga jarak. Namun ada sebagian orang yang memiliki kebiasaan tidak membaca tulisan berisi himbauan dan tidak menaruh perhatian untuk itu. Begitu juga biasanya dalam keadaan umum pun orang – orang kurang menaruh perhatian untuk menjaga jarak. Untuk itu, berikan perhatian khusus untuk menjaga jarak pada saat makan dan juga mengambil makanan.
Ketika menyantap hidangan kita terpaksa membuka masker, namun biasakan untuk tetap mengenakan masker ketika mengantri untuk mengambil hidangan. Begitu juga para panitia ketertiban harus memastikan agar setiap saat para peserta mengenakan masker. Namun jika panitia sendiri memperlihatkan kelalaian dalam mengenakan masker atau tidak disipilin dalam hal ini, maka para tamu peserta pun tidak akan mengamalkannya. Untuk itu, baik para panitia ataupun peserta hendaknya memastikan untuk selalu mengenakan masker, baik itu ketika di area parkir, toilet, di jalan-jalan, Jalsah gah atau tenda makan. Pastikan untuk mengenakan masker pada saat di Jalsah Gah juga. Terkadang (Ketika pendaftaran) panitia meminta peserta untuk membuka masker untuk tujuan pengecekan, dalam hal ini bersikaplah kooperatif.
Begitu juga, ketika panitia yang ditunjuk, menyerukan yel-yel (Nara-e-takbir dll) pastikan untuk tetap mengenakan masker dengan baik ketika menyerukan dan juga menjawabnya. Dikhawatirkan ada orang yang kurang berhati-hati dalam hal ini. Keadaan yang kita hadapi saat ini benar-benar baru, untuk itu berikanlah perhatian dengan baik dan penuh kehati-hatian. Perlu bagi setiap peserta untuk menutup bagian hidung dan mulut demi keselamatan diri dan juga orang lain. Ketika pendaftaran pun akan diminta untuk memperlihatkan kartu AIMS, dan mungkin juga dokumen vaksinasi dan juga surat izin untuk hadir.
Untuk itu, bersikaplah kooperatif kepada panitia pendaftaran, janganlah memperlihatkan suatu sikap yang tidak kooperatif. Semua langkah pencegahan ini demi kebaikan semuanya. Ada hal lain yang ingin saya sampaikan, janganlah bersikap lalai dalam hal pengamanan. Dalam hal ini para petugas jaga dan peserta hendaknya waspada sepenuhnya, seperti telah dihimbau sebelumnya.
Perlu saya sampaikan mengenai bidang konsumsi, insya Allah peserta akan menyantap makan siang di tenda konsumsi, untuk itu, pastikanlah untuk mematuhi petunjuk yang telah saya sampaikan tadi. Namun untuk makan malam, tidak akan dilakukan di tenda, melainkan telah diaturkan agar para peserta membawa serta makan malam mereka ke rumah masing-masing. Akan diupayakan untuk secepat mungkin proses pembagiannya, namun jika memakan cukup waktu, mohon untuk bersabar.
Demikian juga, berkenaan dengan menyimak prosesi Jalsah, petunjuk yang diberikan setiap tahunnya, akan saya sampaikan lagi bahwa simaklah prosesi Jalsah. Disebabkan oleh sudah sekian lama tidak berjumpa, jangan lantas menyibukkan diri untuk mengobrol di sana-sini dengan kawan ataupun kerabat, kita datang kemari untuk menyimak acara Jalsah, untuk itu lakukanlah itu.
Disebabkan wabah pandemi ini, banyak diantara kita, baik kawan atau mungkin kerabat yang tidak dapat berjumpa satu sama lain karena tinggal di kota yang berbeda dan acara-acara yang bersifat fisik tidak bisa diadakan, untuk itu kerinduan karena sudah sekian lama tidak bertemu jangan lantas meluputkan kita dari menyimak program Jalsah atau jangan sampai memahrumkan kita dari doa-doa. Setelah hadir di Jalsah ini, ambillah manfaat sebanyak-banyaknya dari Jalsah ini.
Dalam menekankan dzikr Ilahi ketika Jalsah, Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) menyampaikan satu poin, beliau bersabda, “Timbul pemikiran di benak saya, Allah Ta’ala telah berfirman, sibukkanlah diri untuk berdzikr Ilahi pada saat Jalsah, ketika duduk dalam majlis-majlis, lakukanlah dzikr llahi. Sebagaimana Allah Ta’ala memberitahukan bahwa manfaat dari dzikr Ilahi adalah udzkurullaaha yadzkurkum. Yakni jika kalian melakukan dzikr Ilahi, maka Allah Ta’ala akan mengingatmu. Sekarang, siapakah yang lebih beruntung dari seorang hamba yang diingat oleh Majikannya yakni Allah Ta’ala.”
Jadi, melakukan dzikr Ilahi pada hari-hari ini dapat menjadi sarana untuk menyerap lebih banyak lagi karuna Ilahi. Untuk itu sibukkanlah untuk melakukan dzikr Ilahi pada hari-hari Jalsah ini, begitu juga bagi para Ahmadi yang menyimak prosesi Jalsah di berbagai belahan dunia, apakah menyimak dengan keluarga di rumah, berikanlah perhatian penuh pada dzikr Ilahi, supaya kita dapat sebanyak-banyaknya menyerap karunia Allah Ta’ala, dapat memperbaiki keadaan ruhani dan dapat terhindar dari bencana dengan menyerap karunia Ilahi.
Alhasil, berusahalah untuk mengambil manfaat sebaik-baiknya dari suasana Jalsah ini dengan menyimak pidato-pidato yang sarat dengan keilmuan dan tarbiyat dan juga dengan menaruh perhatian pada doa-doa. Pada Jalsah kali ini, disebabkan oleh sedikitnya jumlah peserta, sehingga setiap orang dapat duduk di atas kursi, untuk itu duduk terlalu lama tidak bisa dijadikan alasan. Walau bagaimanapun satu sesi Jalsah tidak memakan waktu yang sangat lama, pada umumnya 2,5 jam atau selama-lamanya 3 jam atau lebih kurang. Untuk itu, tidaklah sulit jika terpaksa harus duduk di atas karpet.
Terakhir saya akan sampaikan kutipan sabda Hadhrat Masih Mau’ud (as). Beliau bersabda, “Segenap para Ahmadi mohon dengarkan dengan seksama! Bagi jemaatku, bagi pribadi dan diri saya sendiri, saya menghendaki dan menyukai agar janganlah hanya menyukai apa yang disampaikan secara lahiriah dalam ceramah-ceramah. Jangan hanya terpukau dengan hebatnya orasi yang dicampaikan oleh si penceramah dengan mengesampingkan tujuannya. Saya tidak menyukai sikap demikian. Saya berharap di dalamnya tidak ada unsur dibuat-buat. Adapun tabiat dan fitrat saya menyukai agar lakukanlah pekerjaan apapun dengan didasari karena Allah Ta’ala.”
Selanjutnya bersabda, “Inilah penyebab utama timbulnya kemunduran dan ketidakberuntungan di kalangan umat Islam. Padahal begitu banyak diadakan konferensi, organisasi, acara-acara besar yang di dalamnya disampaikan pidato-pidato oleh para orator dan pembicara handal, selain itu di dalam acara-acara tersebut, para penyair handal menggambarkan keadaan kaum dengan penuh kepiluan, lantas kenapa itu semua tidak memberikan dampak positif kepada para pendengarnya? Bukannya maju, justru kaum mereka hari demi hari mengarah pada kemunduran. Penyebabnya adalah, dalam orang-orang yang datang dalam majlis-majlis tersebut tidak didasari dengan keikhlasan.
Pertama, simaklah setiap ceramah, jangan hanya mau mendengarkan jika si penceramahnya bagus, sementara yang dianggap tidak bagus, tidak mau mendengarnya. Simaklah setiap ceramah dengan penuh perhatian dan ketulusan. Ketulusan ini dapat diraih jika memiliki hasrat mendalam untuk meraih ridha-Nya. Jika hasrat ini ada, inilah keadaan yang dapat menata kehidupan kita, anak keturunan kita dan dapat menuntut mereka ke jalan yang benar. Untuk itu kita harus selalu berusaha.”
Semoga setiap kita yang berpartisipasi dalam Jalsah ini atau menyimak jalannya Jalsah ini dapat menimbulkan keikhlasan dan kesetiaan di dalam diri. Doakan juga semoga cuaca tidak menjadi penghambat acara-acara kita selama Jalsah ini, sebaliknya semoga Allah Ta’ala menjadikan cuaca berpihak kepada kita.
Khotbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ
وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ –
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ‑
عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ!
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ –
أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penerjemah: Mln. Muhammad Hasyim. Editor: Dildaar Ahmad Dartono.
[1] (QS. An-Nuur: 28-30): يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ () فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ () لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ مَسْكُونَةٍ فِيهَا مَتَاعٌ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ () “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.”