Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa seri 164, Khulafa’ur Rasyidin Seri 04, Hadhrat ‘Abdullah Abu Bakr ibn ‘Utsman Abu Quhafah, radhiyAllahu ta’ala ‘anhu, Seri 30)
- Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz melanjutkan uraian tentang sifat-sifat terpuji Khalifah (Pemimpin Penerus) bermartabat luhur dan Rasyid (lurus) dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Hadhrat Abu Bakr ibn Abu Quhafah, radhiyAllahu ta’ala ‘anhu.
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam menghadapi bangsa Romawi di negeri Syam (Suriah dan negeri-negeri sekitarnya) di masa Khilafat beliau.
- Pembahasan mengenai pengutusan tiga Panglima – yaitu Hadhrat Yazid putra Abu Sufyan (ra), Hadhrat Syurahbil bin Hasanah (ra) dan Hadhrat Abu Ubaidah bin Jarrah (ra) – ke arah wilayah Romawi di khotbah lalu diteruskan dengan pembahasan mengenai pengutusan panglima keempat.
- Pengutusan ekspedisi pasukan keempat ke arah Syam di bawah pimpinan Hadhrat ‘Amru ibn al-‘Aash (ra). Dialog antara Khalifah Abu Bakr (ra) dengan Hadhrat ‘Amru ibn al-‘Aash (ra). Nasehat untuk bermusyawarah dengan para tokoh terkemuka kaum dan para saleh di kalangan pasukan beliau meski beliau ahli dan berpengalaman dalam peperangan.
- Hasukan raja Romawi, Heraklius, untuk memerangi umat Muslim. Meski ada riwayat anjuran membuat perjanjian damai dengan umat Muslim dari beliau kepada rakyat dan rakyat menolaknya, pada akhirnya Heraklius mengorganisasi pasukan untuk memerangi umat Muslim.
- Surat-menyurat antara Hadhrat Abu Ubaidah bin Jarrah (ra) dan Khalifah Abu Bakr (ra).
- Surat-menyurat antara Hadhrat ‘Amru ibn al-‘Aash (ra) dan Khalifah Abu Bakr (ra).
- Surat-menyurat antara Hadhrat Yazid putra Abu Sufyan (ra) dan Khalifah Abu Bakr (ra).
- Bala bantuan disusun lagi sesuai permintaan melalui surat dari komandan di lapangan di front Syam kepada Khalifah. Pasukan bantuan ini dengan komandan Hasyim bin Utbah bin Abu Waqqash.
- Dialog antara Khalifah dengan Hasyim bin Utbah bin Abu Waqqash.
- Pidato Khalifah Abu Bakr (ra).
- Dialog antara Sa’d bin Abu Waqqash dengan keponakannya, Hasyim bin Utbah bin Abu Waqqash. Nasehat sang paman agar keponakannya beramal bukan karena pamer ingin dilihat dan dipuji orang-orang, melainkan demi ridha Allah.
- Hadhrat Sa’iid bin Aamir bin Hudzaim (ra) yang menunggu-nunggu perintah dan tugas jihad dalam jabatan apa pun dan tidak mendapat kabar akhir menghadap Khalifah Abu Bakr (ra). Dialog antara Khalifah dengan beliau. Pengangkatan beliau sebagai komandan pasukan bantuan.
- Keinginan Hadhrat Bilal (ra) untuk berjihad. Dialog antara Khalifah dengan beliau. Hadhrat Bilal (ra) diijinkan ikut berjihad di bawah pasukan yang dikomandoi oleh Hadhrat Sa’iid bin Aamir bin Hudzaim (ra).
- Delegasi pasukan jihad tersusun lagi dan dikomandoi oleh Hadhrat Mu’awiyah bin Abu Sufyan (ra) sesuai pilihan Khalifah. Hadhrat Mu’awiyah (ra) diminta bergabung dengan kakaknya, Yazid bin Abu Sufyan di Syam.
- Tersusunnya pasukan di bawah komando Hamzah bin Abu Bakr al-Hamdzani dan dikirim ke Syam.
- Hadhrat Khalid bin Walid (ra) yang tengah berada di Iraq diminta Khalifah via surat agar membantu pasukan Muslim di Syam.
- Seluruh komandan Muslim sepakat untuk menyerahkan komando umum di medan perang front Syam kepada Hadhrat Khalid bin Walid (ra).
- Usaha licik pihak Romawi yang pura-pura berdamai namun mengincar kematian panglima Khalid. Kegagalan pihak Romawi.
- Perang di Ajnadain melawan Romawi dan kemenangan di pihak Muslim.
- Perbedaan riwayat mengenai tahun terjadinya perang Ajnadain apakah di masa Khalifah Abu Bakr (ra) atau setelahnya.
- Hudhur (atba) akan terus menyebutkan lebih lanjut berbagai kejadian dalam masa Hadhrat Abu Bakr radhiyAllahu ta’ala ‘anhu di khotbah-khotbah mendatang.
Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu-minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 26 Agustus 2022 (Zhuhur 1401 Hijriyah Syamsiyah/ Muharram 1444 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya).
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم
[بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم* الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يوْم الدِّين * إيَّاكَ نعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ]
(آمين)
Pada kesempatan yang lalu tengah dibahas berkenaan dengan pasukan-pasukan yang dikirim oleh Hadhrat Abu Bakr (ra) untuk mencegah musuh dari melakukan agresi. Tiga pasukan telah disebutkan dalam khotbah sebelumnya.
Pasukan keempat adalah di bawah komando Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra). Mengenainya tertulis bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) memberangkatkan satu pasukan ke Syam di bawah kepemimpinan Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra). Sebelum pergi ke Syam, Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra) ditugaskan untuk memungut sebagian sedekah dari Qudha’ah, sementara Hadhrat Walid bin ‘Uqbah (ra) ditugaskan untuk memungut setengah bagian sedekah lainnya dari Qudha’ah. Ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) berniat untuk mengirim berbagai pasukan ke Syam, beliau ingin mengirim Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra), tetapi karena peranan besar beliau dalam mengakhiri fitnah kemurtadan, Hadhrat Abu Bakr (ra) memberikan pilihan kepada beliau untuk tetap tinggal di Qudha’ah atau pergi ke Syam untuk memperkuat kaum Muslimin di sana.[1]
Hadhrat Abu Bakr (ra) menulis surat kepada Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra), إِنِّي كُنْتُ قَدْ رَدَدْتُكَ عَلَى الْعَمَلِ الَّذِي كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم وَلاكَهُ مَرَّةً، وَسَمَّاهُ لَكَ أُخْرَى، مَبْعَثُكَ إِلَى عمان إنجازا لمواعيد رسول الله صلى الله عليه وسلم، فَقَدْ وليته ثم وليته، وَقَدْ أَحْبَبْتُ -أَبَا عَبْدِ اللَّهِ- أَنْ أُفَرِّغَكَ لِمَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ فِي حَيَاتِكَ وَمَعَادِكَ مِنْهُ، إِلا أَنْ يَكُونَ الَّذِي أَنْتَ فِيهِ أَحَبَّ إِلَيْكَ “…wahai Abu Abdullah! Saya ingin melibatkan Anda dalam tugas yang terbaik untuk kehidupan dunia maupun akhirat Anda, kecuali Anda lebih menyukai tugas yang sedang Anda laksanakan.”
Menanggapi surat ini, Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra) menulis kepada Hadhrat Abu Bakr (ra), إِنِّي سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ الإِسْلامِ، وَأَنْتَ بَعْدَ اللَّهِ الرَّامِي بِهَا، وَالْجَامِعُ لَهَا، فَانْظُرْ أَشَدَّهَا وَأَخْشَاهَا وَأَفْضَلَهَا فَارْمِ بِهِ شَيْئًا إِنْ جَاءَكَ مِنْ نَاحِيَةٍ مِنَ النَّوَاحِي “Saya adalah salah satu dari anak-anak panah Islam dan Anda adalah satu-satunya orang setelah Allah Ta’ala yang berwenang menembakkan dan mengumpulkan anak-anak panah tersebut. Lihatlah! Mana yang paling kuat dan paling mengerikan serta yang terbaik di antara anak-anak panah tersebut. Lesakkanlah itu ke arah mana Anda melihat ada suatu bahaya di sana.”[2] Itu artinya, “Saya siap untuk mengambil resiko apapun.”
Ketika Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra) datang ke Madinah, Hadhrat Abu Bakr (ra) memerintahkan beliau untuk pergi ke luar Madinah dan mendirikan kemah sehingga orang-orang berkumpul di sekitar beliau. Banyak orang terkemuka Quraisy yang bergabung dengan beliau. Ketika diputuskan untuk pergi ke Syam, Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra) dipanggil ke Madinah. Beliau tiba di sana, kemudian untuk menyiapkan pasukan yang menyertai beliau, Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda kepada beliau, “Berkemahlah di luar Madinah supaya orang-orang datang ke sekitar Anda.”
Ketika Hadhrat ‘Amru (ra) hendak berangkat, Hadhrat Abu Bakr (ra) pergi untuk melepas keberangkatan beliau. Beliau bersabda, ياعمرو إنك ذو رأي وتجربة بالأمور وبصرٍ بالحرب، وقد خرجتَ مع أشراف قومك ورجالٍ من صلحاء المسلمين، وإنك قادم على إخوانك، فلا تَأْلُهم نصيحةً ولاتدّخرْ عنهم صالِحَ مشورةٍ، فرُبَّ رأيٍ لك محمودٌ في الحرب مباركٌ في عواقب الأمور “Wahai ‘Amru! Anda adalah seorang yang memiliki gagasan cemerlang, berpengalaman dan memiliki wawasan tentang pertempuran. Anda pergi bersama orang-orang terkemuka dari kaum Anda dan orang-orang saleh dari umat Islam. Anda akan bergabung dengan saudara-saudara Anda. Karena itu, janganlah biarkan adanya kekurangan dalam berurusan dengan mereka dan janganlah menghentikan mereka dalam memberikan saran-saran baik mereka supaya pandangan Anda mengenai pertempuran patut dipuji dan pada akhirnya dapat meraih keberkatan.” Artinya, “Jika ada yang memberikan saran, janganlah mengabaikan saran baik dari mereka. Jika Anda diberikan suatu saran yang baik maka Anda akan bertindak secara lebih tepat.”
Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra) berkata, ما أخْلَقَني أن أصدّق ظنَّك، وأن لا أفيّل رأيك “Alangkah baiknya bagi saya jika saya menunjukkan bahwa pemikiran Anda ini benar dan pendapat Anda mengenai diri saya tidak keliru.”
Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra) berangkat bersama pasukannya. Pasukan beliau berjumlah antara 6 hingga 7 ribu orang dan tempat tujuan mereka adalah Palestina. Hadhrat ‘Amru (ra) menyiapkan kekuatan yang terdiri dari 1.000 Mujahidin dan mengirimkannya untuk menyerang Romawi di bawah kepemimpinan Hadhrat Abdullah bin Umar (ra). Pasukan ini bertempur dengan orang-orang Romawi dan memporak-porandakan kekuatan musuh dan meraih kemenangan atas mereka, lalu mereka kembali dengan beberapa tahanan. Dengan menginterogasi para tawanan ini, Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra) mengetahui bahwa pasukan Romawi sedang bersiap untuk melakukan serangan mendadak terhadap kaum Muslimin di bawah kepemimpinan Rouis.
Berbekal informasi tersebut, Hadhrat ‘Amru (ra) mengorganisir pasukannya. Ketika pasukan Romawi menyerang, kaum Muslimin berhasil menghentikan serangan mereka dan memaksa pasukan Romawi untuk mundur dan kemudian melakukan serangan balik, menghancurkan kekuatan musuh dan memaksa mereka untuk melarikan diri dan meninggalkan medan pertempuran. Pasukan Islam mengejar mereka dan ribuan tentara Romawi terbunuh dan seperti itulah pertempuran ini berakhir.[3]
Setelah mengirimkan pasukan ini, Hadhrat Abu Bakr (ra) menghela nafas lega. Beliau sepenuhnya berharap bahwa dengan perantaraan pasukan ini Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan kepada orang-orang Islam atas orang-orang Romawi . Alasannya adalah karena lebih dari seribu sahabat Muhajir dan Anshor turut serta dalam pasukan tersebut, yang mana mereka telah membuktikan kesetiaan tertinggi pada setiap kesempatan dan ikut ambil bagian dalam berbagai pertempuran berdampingan dengan Hadhrat Rasulullah (saw). Di antara mereka terdapat para Ahli Badr, yang mengenai mereka Hadhrat Rasulullah (saw) memohon di hadapan Tuhan-nya, اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ فَلَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ أَبَدًا “Ya Allah! Jika hari ini Engkau membiarkan jemaat yang kecil ini hancur, maka di masa depan tidak akan ada yang menyembah Engkau.”[4]
Kemudian tertulis bahwa Raja Romawi , Heraklius saat itu sedang berada Palestina. Ketika ia menerima berita mengenai persiapan kaum Muslimin, ia mengumpulkan para pemimpin wilayah dan menyampaikan pidato menggugah semangat di hadapan mereka dan membuat mereka siap untuk berperang melawan kaum Muslimin. Ia berkata mengenai orang-orang Islam, “Orang-orang kelaparan, telanjang dan tidak beradab ini keluar dari gurun Arab dan ingin menyerang kalian. Berilah jawaban yang telak kepada mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi melihat ke arah kalian. Kalian akan didukung penuh oleh perlengkapan perang dan pasukan. Para pemimpin yang telah ditunjuk atas kalian, patuhilah mereka dengan sepenuh hati dan kemenangan akan menjadi milik kalian.” Heraklius menyampaikan pidato ini kepada orang-orang di sana untuk menghasut mereka melawan orang-orang Arab dan kaum Muslimin.
Setelah mengobarkan semangat orang-orang Palestina untuk melawan kaum Muslimin, Heraklius datang ke Damaskus, dari sana ia pergi ke Homs dan Antiokhia dan sebagaimana yang ia lakukan di Palestina, di daerah-daerah tersebut ia menyampaikan pidato yang menggugah semangat dan menyemangati orang-orang di sana untuk berperang melawan umat Islam. Dengan menjadikan Antiokhia sebagai markasnya, ia mulai mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan kaum Muslimin.[5]
Romawi memiliki dua pasukan induk di Syam. Satu di Palestina dan yang lainnya di Antiokhia. Kedua pasukan besar ini berpusat di tempat-tempat berikut. Yang pertama adalah Antiokhia, ini adalah ibu kota Syam selama masa Kekaisaran Romawi . Kedua adalah Qinisrin, yang merupakan perbatasan Syam yang menghadap Persia di barat laut. Ketiga adalah Homs, ini merupakan perbatasan Syam yang menghadap Persia di timur laut. Yang keempat adalah ‘Amman yang merupakan ibu kota Balqa. Di sini terdapat benteng yang kokoh dan terjaga. Yang kelima adalah Ajnadin, ini merupakan pusat militer Romawi di selatan Palestina, yang terhubung dengan perbatasan timur dan barat Arab serta perbatasan Mesir. Yang keenam adalah Qaisariyah (Kaesaria), yang berlokasi 13 kilometer dari Haifa di utara Palestina dan reruntuhannya masih tersisa hingga sekarang. Pusat komando tertinggi Romawi adalah di Antiokhia dan Homs.[6]
Didapati juga dalam sebuah riwayat bahwa ketika Heraklius mendapatkan berita mengenai kedatangan pasukan Islam, ia pertama menyarankan kepada kaumnya untuk menahan diri dari perang dan berkata, “Aku berpendapat bahwa kalian harus berdamai dengan orang-orang Islam. Demi Tuhan! Jika kalian berdamai dengan mereka dengan memberikan setengah dari hasil bumi negeri Syam dan setengahnya lagi dari hasil bumi tetap di tangan kalian serta wilayah Romawi tetap dalam kendali kalian maka hal ini lebih baik bagi kalian daripada mereka menguasai seluruh wilayah Syam dan setengah dari wilayah Romawi .”
Namun, orang-orang Romawi Bizantium ini beranjak pergi dan tidak mendengarkan perkataannya sehingga ia mengumpulkan mereka dan membawa mereka ke Homs dan di sana ia mulai mempersiapkan laskar dan bala tentara. Setelah ke Homs, Heraklius pergi ke Antiokhia. Dikarenakan ia telah memiliki jumlah pasukan yang sangat besar, ia memutuskan untuk mengirim pasukan-pasukan terpisah melawan setiap pasukan Muslim untuk melemahkan setiap bagian pasukan Muslim dengan perantaraan lawannya. Oleh karena itu, ia mengirim saudaranya Tadhariq (Theodorik) dengan 90.000 (sembilan puluh ribu) pasukan untuk melawan Hadhrat ‘Amru (ra) dan mengirim Jarajah bin Taudhar (جَرَجَہْ بِن تُوْذَر) untuk melawan Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra). Demikian juga, ia memberikan 60,000 (enam puluh ribu) pasukan dan mengirimnya kepada Qaiqar bin Nantus (قَیْقَار بن نَسْطُوْس) untuk menghadapi Hadhrat Abu Ubaidah (ra) dan mengutus Daraaqis untuk menghadapi Hadhrat Syurahbil bin Hasanah (ra).[7]
Ketika Hadhrat Abu Ubaidah bin Jarrah (ra) berada di dekat Jabiyah, seseorang datang kepada beliau dengan membawa berita bahwa, “Heraklius ada di Antiokhia dan ia telah menyiapkan pasukan yang sedemikian rupa besar untuk berperang melawan Anda, sehingga bahkan di antara nenek moyangnya pun tidak pernah ada yang menyiapkan laskar sebanyak itu untuk menghadapi kaum-kaum sebelum Anda.”
Atas hal itu, Hadhrat Abu Ubaidah (ra) menulis surat kepada Hadhrat Abu Bakr (ra), بسم الله الرحمن الرحيم، لعبد الله أبي بكر خليفة رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – من أبي عبيدة ابن الجراح، سلام عليك، فإني أحمد إليك الله الذي لا إله إلا هو أما بعد: فإنا نسأل الله أن يعز الإسلام وأهله عزا متينا، وأن يفتح لهم فتحا يسيرا، فإنه بلغني أن هرقل ملك الروم نزل قرية من قرى الشام تدعى أنطاكية، وأنه بعث إلى أهل مملكته فحشرهم إليه، وأنهم نفروا إليه على الصعب والذلول، وقد رأيت أن أعلمك ذلك فترى فيه رأيك، والسلام عليك ورحمة الله وبركاته “ … Saya telah menerima laporan bahwa Raja Heraklius telah datang dan menetap di sebuah kota di Syam bernama Antiokhia, dan ia mengirim orang kepada rakyat yang ada di bawah kekuasaannya untuk mengumpulkan mereka. Kemudian, orang-orang datang kepada Heraklius baik itu harus melalui jalan yang sulit maupun mudah. Oleh karena itu, saya merasa bahwa sudah sepatutnya saya mengirimkan informasi ini kepada Anda sehingga Anda dapat memutuskannya.”
Sebagai surat balasan kepada Hadhrat Abu Ubaidah (ra), Hadhrat Abu Bakr (ra) menulis, بسم الله الرحمن الرحيم، أما بعد: فقد بلغني كتابك وفهمت ما ذكرت فيه من أمر هرقل ملك الروم، فأما منزله بأنطاكية فهزيمة له ولأصحابه وفتح من الله عليك وعلى المسلمين، وأما ما ذكرت من حشره لكم أهل مملكته وجمعه لكم الجموع، فإن ذلك ما قد كنا وكنتم تعلمون أنه سيكون منهم، وما كان قوم ليدعوا سلطانهم ويخرجوا من ملكهم بغير قتال، وقد علمت والحمد لله، قد غزاهم رجال كثير من المسلمين يحبون الموت حب عدوهم للحياة، ويرجون من الله في قتالهم الأجر العظيم، ويحبون الجهاد في سبيل الله أشد من حبهم أبكار نسائهم وعقائل أموالهم، الرجل منهم عند الفتح خير من ألف رجل من المشركين، فالقهم بجندك ولا تستوحش لمن غاب عنك من المسلمين، فإن الله معك، وأنا مع ذلك ممدك بالرجال، حتى تكتفي ولا تريد أن تزداد إن شاء الله، والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته “Saya telah menerima surat Anda dan saya telah memahami apa yang Anda tulis berkenaan dengan Raja Heraklius dari Roma.” Kemudian beliau bersabda, “Tinggalnya dia di Antiokhia merupakan kekalahan dia beserta kawan-kawannya dan dalam hal ini terdapat kemenangan bagi Anda dan kaum Muslimin dari Allah Ta’ala. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Apa yang telah Anda tulis tentang Heraklius mengumpulkan orang-orang dari kerajaannya dan menghimpun sejumlah besar orang, saya dan Anda telah mengetahui sejak sebelumnya mereka akan melakukan ini, karena tidak ada suatu bangsa yang akan meninggalkan rajanya atau pergi meninggalkan negerinya tanpa melakukan perlawanan.” Kemudian beliau menulis: “Alhamdulillah, saya mengetahui banyak orang Islam yang berperang melawan mereka yang mencintai kematian seperti musuh mencintai kehidupan. Mereka mengharapkan pahala yang besar dari Allah Ta’ala dalam perjuangan mereka. Mereka memiliki kecintaan yang lebih besar terhadap jihaad fii sabiilillaah daripada kecintaan mereka terhadap wanita perawan dan barang-barang berharga. Di antara mereka ada seorang Muslim yang lebih baik daripada seribu orang Musyrik dalam peperangan. Perangilah mereka dengan pasukan Anda dan janganlah khawatir berkenaan dengan alasan orang-orang Islam yang tidak hadir menyertai Anda. Sesungguhnya Allah – yang puji sanjung atas-Nya amatlah tinggi – bersamamu. Seiring dengan itu, saya akan mengirim orang-orang untuk membantu Anda, yakni saya juga akan mengirimkan pasukan lainnya yang akan cukup bagi Anda dan Anda tidak akan menginginkan lebih banyak lagi, insya Allah. Wassalam.”[8]
Demikian pula, surat Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash (ra) diterima oleh Hadhrat Abu Bakr (ra). Hadhrat Abu Bakr (ra) memberikan jawaban dan menulis, سلام عليك، أما بعد: فقد جاءني كتابك تذكر ما جمعت الروم من الجموع، وإن الله لم ينصرنا مع نبيه – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بكثرة جنود، وقد كنا نغزو مع رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وما معنا إلا فَرَسان، وإن نحن إلا نتعاقب الإبل، وكنا يوم أحد مع رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وما معنا إلا فرس واحد كان رسول الله يركبه، ولقد كان يظهرنا ويعيننا على من خالفنا. واعلم يا عمرو أن أطوع الناس لله أشدهم بغضًا للمعاصي، فأطع الله ومر أصحابك بطاعته “…saya menerima surat Anda yang menyebutkan tentang penghimpunan kekuatan pasukan Romawi . Ingatlah! Allah Ta’ala tidak memberikan kemenangan dan pertolongan kepada kita beserta Nabi-Nya dengan berdasarkan jumlah pasukan yang besar. Keadaan kita dahulu adalah, kita berjihad bersama Rasulullah (saw) dan kita hanya memiliki dua kuda dan kita juga menunggangi unta secara bergiliran. Pada hari Uhud, kita bersama Rasulullah (saw) dan kita hanya memiliki satu kuda yang ditunggangi Rasulullah (saw), namun meskipun demikian, Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita keunggulan atas musuh kita dan menolong kita.”
Beliau bersabda, “Ingatlah ‘Amru, orang yang paling taat kepada Allah adalah orang yang paling membenci dosa. Taatilah Allah dan perintahkanlah teman-teman Anda untuk juga menaati Allah.”[9]
Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra) juga seraya menuliskan situasi di sana memohon bantuan kepada Hadhrat Abu Bakr (ra), yang mana sebagai jawaban Hadhrat Abu Bakr (ra) menulis, بسم الله الرحمن الرحيم، أما بعد: فقد بلغني كتابك تذكر فيه تحول ملك الروم إلى أنطاكية، وأن الله ألقى الرعب في قلبه من جموع المسلمين، فإن الله -وله الحمد- قد نصرنا ونحن مع رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بالرعب وأمدنا بملائكته الكرام، وإن ذلك الدين الذي نصرنا الله به بالرعب هو هذا الدين الذي ندعو الناس إليه اليوم، فوربك لا يجعل الله المسلمين كالمجرمين، ولا من يشهد أن لا إله إلا الله كمن يعبد معه آلهة آخرين ويدين بعبادة آلهة شتى، فإذا لقيتموهم فانهد إليهم بمن معك وقاتلهم فإن الله لن يخذلك، وقد نبأنا الله -تبارك وتعالى- أن الفئة القليلة منا تغلب الفئة الكثيرة بإذن الله، وأنا مع ذلك ممدك بالرجال في إثر الرجال حتى تكتفوا ولا تحتاجوا إلى زيادة إنسان إن شاء الله، والسلام عليك ورحمة الله “… Ketika kamu menghadapi mereka, bawalah sahabatmu, seranglah mereka dan perangi mereka, Allah tidak akan mempermalukanmu. Allah Ta’ala telah memberitahu kita, dengan izin Allah, kelompok yang kecil akan menang atas kelompok yang besar. Namun, meskipun demikian, saya juga mengirimkan mujahidin demi mujahidin untuk membantu Anda, hingga mencukupi bagi Anda dan Anda tidak akan merasa memerlukan lebih banyak lagi. Insya Allah. Wassalamu ‘alaika.” Hadhrat Abu Bakr (ra) lalu menandatanganinya.
Hadhrat Abu Bakr (ra) memberikan surat ini kepada Hadhrat Abdullah bin Qurth (ra) untuk dibawa kepada Hadhrat Yazid (ra) lalu Hadhrat Abdullah (ra) pergi membawa surat beliau tersebut, hingga sampai kepada Hadhrat Yazid (ra) dan beliau membaca surat ini di hadapan kaum Muslimin, yang membuat kaum Muslimin sangat senang.[10]
Hadhrat Abu Bakr (ra) memanggil Hasyim bin Utbah dan bersabda kepadanya, يا هاشم إن من سعادة جدك ووفاء حظك أنك أصبحت ممن تستعين به الأمة على جهاد عدوها من المشركين وممن يثق الوالي بنصيحته وصحته وعفافه وبأسه وقد بعث إلى المسلمون يستنصرون على عدوهم من الكفار فسر إليهم فيمن يتبعك فإني نادب الناس معك فاخرج حتى تقدم على أبي عبيدة “Wahai Hasyim! Sungguh Anda orang yang beruntung dan bernasib baik karena Anda termasuk di antara orang-orang yang dari dirinya umat Islam mendapatkan bantuan dalam jihad melawan musuh-musuh mereka, yakni orang-orang musyrik, dan yang diberikan amanah dan kepercayaan oleh penguasa karena niatan baiknya, gagasannya yang cemerlang, kesuciannya dan kemampuannya dalam berperang.” Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda kepada Hasyim, “Kaum Muslimin menulis surat kepadaku untuk memohon bantuan guna menghadapi musuh mereka, orang-orang kafir. Maka bawalah kawan-kawanmu dan bergabunglah dengan mereka. Saya sedang mempersiapkan orang-orang untuk pergi bersama Anda. Berangkatlah dari sini hingga bergabung dengan Abu Ubaidah.”[11]
Hadhrat Abu Bakr (ra) berdiri di tengah orang-orang dan menyampaikan puji sanjung pada Allah Ta’ala, setelah itu beliau bersabda, أما بعد: فإن إخوانكم من المسلمين معافون مدفوع عنهم مصنوع لهم، وقد ألقى الله الرعب في قلوب عدوهم منهم، وقد اعتصموا بحصونهم وأغلقوا أبوابها دونهم عليهم، وقد جاءتني رسلهم يخبرونني بهرب هرقل ملك الروم من بين أيديهم حتى نزل قرية من قرى الشام في أقصى الشام وقد بعثوا إلي يخبرونني أنه قد وجه إليهم هرقل جندًا من مكانه ذلك، فرأيت أن أمد إخوانكم المسلمين بجند منكم يشدد الله بهم ظهورهم، ويكبت بهم عدوهم، ويلقي بهم الرعب في قلوبهم، فانتدبوا رحمكم الله مع هاشم ابن عتبة بن أبي وقاص واحتسبوا في ذلك الأجر والخير؛ فإنكم إن نصرتم فهو الفتح والغنيمة، وإن تهلكوا فهي الشهادة والكرامة “Ammaa ba’du. Sesungguhnya sebagian saudara Muslim kalian dalam keadaan sehat wal afiat dan ada pula yang terluka dan sedang dirawat. Allah Ta’ala telah menempatkan rasa takut di hati musuh, mereka telah berlindung di benteng mereka dan menutup pintu-pintu mereka. Pembawa pesan dari umat Islam telah membawa berita bahwa Kaisar Heraklius telah melarikan diri dari mereka dan berlindung di sebuah pemukiman di pinggiran Syam. Ia telah mengirimi kami kabar bahwa Heraklius telah mengirim pasukan yang besar dari tempat tersebut untuk memerangi kaum Muslimin. Saya menghendaki untuk mengirim pasukan Anda guna membantu saudara-saudara Muslim Anda. Allah Ta’ala akan menyokong mereka dengan perantaraan pasukan ini. Yakni Dia akan memperkuat kaum Muslimin dengan perantaraan pasukan ini dan akan menghinakan musuh dan akan meresapkan rasa takut terhadapnya dalam hati mereka. Semoga Allah Ta’ala mengasihi kalian. Bersiaplah bersama Hasyim bin ‘Utbah bin Abu Waqqaash dan harapkanlah pahala serta ganjaran dari Allah Ta’ala. Jika kalian berhasil, maka kalian akan mendapatkan kemenangan dan harta ghanimah, dan jika terbunuh, maka kalian akan meraih kesyahidan dan kemuliaan.”
Kemudian Hadhrat Abu Bakr (ra) kembali ke rumah dan orang-orang mulai berkumpul di sekitar Hasyim bin Utbah sampai jumlah mereka bertambah. Ketika jumlahnya sudah seribu, Hadhrat Abu Bakr (ra) memerintahkan mereka untuk berangkat. Hasyim mengucapkan salam dan selamat tinggal kepada Hadhrat Abu Bakr (ra).
Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda kepada Hadhrat Hasyim (ra), يا هاشم، إنما كنا ننتفع من الشيخ الكبير برأيه ومشورته وحسن تدبيره، وكنا ننتفع من الشباب بصبره وبأسه ونجدته، وإن الله -عز وجل- قد جمع لك الخصال كلها وأنت حديث السن مستقبل الخير، فإذا لقيت عدوك فاصبروصابر، واعلم أنك لا تخطو خطوة ولا تنفق نفقة ولا يصيبك ظمأ ولا نصب ولا مخمصة في سبيل الله إلا كتب الله به عملاً صالحًا، إن الله لا يضيع أجر المحسنين “Wahai Hasyim, kami dulu biasa mengambil manfaat dari nasihat dan usaha baik dari para sesepuh dan kami biasa mengandalkan kesabaran, kekuatan dan keberanian dari yang muda, dan Allah Ta’ala telah mengumpulkan semua kualitas ini di dalam dirimu. Kamu pun masih remaja dan akan beranjak dewasa. Ketika kamu dikelilingi oleh musuh, lawan dan tunjukkan kesabaran, dan ingat, apa pun langkah yang kamu ambil di jalan Allah, apa pun yang kamu belanjakan, bagaimanapun rasa haus, lelah, dan lapar yang kamu derita, sebagai balasannya Allah akan mencatatnya sebagai amalah saleh. Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.”
Hasyim berkata, إن يرد الله بي خيرًا يجعلني كذلك وأنا أفعل ولا قوة إلا بالله، وأنا أرجو إن أنا لم أقتل أن أَقْتل ثم أُقْتَل إن شاء الله “Jika Allah berkehendak baik kepada saya, Dia akan melakukan hal yang sama kepada saya. Allah-lah yang menganugerahkan daya kekuatan dan saya berharap jika saya tidak terbunuh, saya akan berperang melawan mereka, berperang melawan mereka, berperang melawan mereka.” Kemudian dia berkata, “Saya berharap jika saya tidak terbunuh, saya akan melawan mereka lagi dan lagi.” [12] Atau beliau mengatakan, “Saya ingin agar saya terbunuh dan berkali-kali terbunuh.” Terdapat dua riwayat.
Kemudian pamannya yang bernama Hadhrat Sa’d bin Abu Waqqaash (ra) berkata kepadanya, يا ابن أخي، لا تطعنن طعنة، ولا تضربن ضربة إلا وأنت تريد بها وجه الله، واعلم أنك خارج من الدنيا رشيدًا وراجع إلى الله قريبًا، ولن يصحبك من الدنيا إلى الآخرة إلا قدم صدق قدمته أو عمل صالح أسلفته “Wahai keponakanku, tombak apa pun yang kamu gunakan dan pukulan apa pun yang kamu pukulkan, yang menjadi tujuan harus keridhaan Allah Ta’ala dan ketahuilah bahwa kamu akan segera meninggalkan dunia ini dan segera akan kembali kepada Allah Ta’ala dan dari dunia ini hingga akhirat akan selalu bersamamu langkah kebaikan yang telah kamu ambil atau amal saleh yang telah kamu lakukan.”
Hasyim berkata, أي عم، لا تخافن مني غير هذا، إني إذا لمن الخاسرين إن جعلت حلي وارتحالي وغدوي ورواحي وسيفي وطعني برمحي وضربي بسيفي رياء للناس “Paman, Anda tidak perlu khawatir sama sekali mengenaiku. Jika persinggahanku, perjalananku, pergerakanku di pagi dan sore hari, perjuanganku, pertempuranku, melukai dengan tombakku, dan menyerang dengan pedang yang kulakukan hanya untuk menunjukkan kepada orang-orang semata, maka aku akan menjadi salah seorang yang rugi. Artinya, setiap tindakanku demi Allah semata dan bukan demi manusia.”[13]
Kemudian dia pergi dari Hadhrat Abu Bakr (ra) dan mengikuti jalan Hadhrat Abu Ubaidah hingga menemuinya. Orang-orang Muslim senang dengan kedatangan mereka dan satu sama lain saling memberikan kabar suka kedatangan mereka.[14]
Berita itu sampai kepada Hadhrat Sa’iid bin Aamir bin Hudzaim (سعيدَ بن عامر بن حذيم) bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) ingin mengirimnya ke Jihad di Syria. Ini adalah tentara lain yang sedang dipersiapkan oleh Hadhrat Abu Bakr (ra). Hadhrat Sa’iid berpikir bahwa beliau akan bertindak sebagai komandan laskar tersebut. Tetapi ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) menunda selama beberapa hari dan menahan diri untuk tidak mengatakannya selama beberapa hari, Hadhrat Sa’iid datang kepada Hadhrat Abu Bakr (ra) dan berkata, يا أبا بكر والله لقد بلغني أنك كنت أردت أن تبعثني في هذا الوجه ثم رأيتك قد سكت فما أدري ما بدا لك في فإن كنت تريد أن تبعث غيري فابعثني معه فما أرضاني بذلك وإن كنت لا تريد أن تبعث أحدا فإني راغب في الجهاد فأذن لي يرحمك الله كيما ألحق بالمسلمين فقد ذكر لي أن الروم جمعت لهم جمعا عظيما “Wahai Hudhur, demi Allah, saya telah mendengar berita bahwa Hudhur berencana untuk mengirim saya menuju bangsa Romawi , tetapi kemudian saya melihat Hudhur terdiam. Saya tidak tahu apa yang ada di hati Hudhur tentang saya. Jika Hudhur berniat untuk mengirim orang lain sebagai Amir, maka mohon kirimkan saya juga bersamanya. Jika Hudhur tidak berniat untuk mengirim siapa pun, saya tertarik pada Jihad, izinkan saya untuk bergabung dengan kaum Muslimin. Semoga Allah merahmati Anda, telah disebutkan di depan saya bahwa orang-orang Romawi telah mengumpulkan pasukan yang sangat besar.”
Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, رحمك أرحم الراحمين يا سعيد بن عامر فإنك ما علمت من المتواضعين المتواصلين المخبتين المتهجدين بالأسحار الذاكرين الله كثيرا “Wahai Sa’iid bin Amir, semoga wujud yang paling penyayang dari semua yang penyayang mengasihanimu. Sepengetahuan saya, kamu termasuk orang-orang yang rendah hati, bersilaturahmi, rajin tahajud, dan banyak mengingat Allah.”
Hadhrat Sa’iid bertanya kepada Hadhrat Abu Bakr (ra), رحمك الله نعم الله على أفضل وله الطول والمن وأنت والله ما علمت صدوع بالحق قوام بالقسط رحيم بالمؤمنين شديد على الكافرين تحكم بالعدل ولا تستأثر في القسم “Semoga Allah merahmati Hudhur, Allah memiliki lebih banyak ihsan untuk saya daripada ini. Merupakan karunia dan Ihsan Nya semata, Demi Tuhan! sejauh yang saya tahu, Hudhur adalah yang menyampaikan kebenaran dengan lantang, berdiri tegak diatas keadilan, sangat penyayang kepada orang-orang beriman dan keras dalam menghadapi orang-orang Kafir, Anda memutuskan dengan adil dan tidak memihak siapa pun dalam membagikan harta.”
Atas hal itu, Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda kepadanya, حسبك يا سعيد حسبك اخرج رحمك الله فتجهز فإني مسرح إلى المسلمين جيشا وأؤمرك عليهم “Cukup wahai Sa’iid, cukuplah. semoga Allah memberkatimu. Pergi dan bersiaplah untuk berperang. Saya akan mengirim laskar kepada kaum Muslim yang berada di Suriah dan saya menunjukmu sebagai komandannya.”
Kemudian Hadhrat Abu Bakr (ra) memerintahkan Hadhrat Bilal untuk mengumumkannya kepada orang-orang. Lalu Hadhrat Bilal mengumumkan, “Wahai umat Muslim! Bersiaplah untuk bergerak menuju Suriah bersama Hadhrat Sa’iid bin Aamir bin Hudzaim.” Dalam beberapa hari, tujuh ratus orang telah siap bersamanya.
Ketika Hadhrat Sa’iid (ra) bermaksud untuk berangkat, Hadhrat Bilal datang ke hadapan Hadhrat Abu Bakr (ra) dan berkata, يا خليفة رسول الله، إن كنت إنما أعتقتني لأقيم معك وتمنعني مما أرجو لنفسي فيه الخير أقمت معك, وإن كنت إنما أعتقتني لله لأملك نفسي وأضرب فيما ينفعني فخلِّ سبيلي حتى أجاهد في سبيل ربي؛ فإن الجهاد أحب إليَّ من المقام “Wahai Khalifah Rasulullah, jika Anda telah membebaskannya demi Allah, agar aku menjadi penguasa jiwaku dan bergerak ke arah yang bermanfaat, maka izinkan aku berjihad di jalan Tuhanku. Jihad lebih saya cintai daripada duduk.”
Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, فإن الله يشهد أني لم أعتقك إلا له وأني لا أريد منك جزاء ولا شكورا فهذه الأرض ذات العرض فاسلك أي فجاجها أحببت “Allah menjadi saksi bahwa untuk itulah saya membebaskan Anda dan saya tidak meminta imbalan atau rasa terima kasih apa pun. Tanah ini luas, jadi ambillah jalan mana pun yang Anda suka.”
Hadhrat Bilal berkata, كأنك أيها الصديق عتبت علي في مقالتي ووجدت في نفسك منها “Wahai Siddiq! mungkin Anda telah telah kecewa dengan saya karena ini dan Anda marah kepada saya.”
Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, لا والله ما وجدت في نفسي من ذلك وإني لأحب أن لا تدع هواك لهواي ما دعاك هواك إلى طاعة ربك قال فإن شئت أقمت معك “Tidak, demi Tuhan, saya tidak marah karena hal itu. Saya ingin Anda tidak meninggalkan keinginan Anda karena keinginan saya, karena keinginan Anda memanggil Anda untuk menaati Allah.”
Hadhrat Bilal berkata, فإن شئت أقمت معك “Jika Hudhur menghendaki, saya akan tinggal bersama Hudhur.”
Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, أما إذا كان هواك الجهاد فلم أكن لآمرك بالمقام وإنما أردتك للأذان ولأجدن لفراقك وحشة يا بلال ولا بد من التفرق فرقة لا التقاء بعدها حتى يوم البعث فاعمل صالحا يا بلال وليكن زادك من الدنيا ما يذكرك الله به ما حييت ويحسن لك به الثواب إذا توفيت “Jika keinginan anda adalah untuk berjihad, saya tidak akan pernah memerintahkan Anda untuk tinggal. Saya menginginkan Anda hanya untuk adzan dan wahai Bilal, saya merasa tidak enak dengan perpisahanmu, tetapi perpisahan seperti itu diperlukan yang setelahnya kita tidak akan bertemu sampai Hari kiamat. Wahai Bilal, teruslah beramal saleh, amal saleh ini adalah bekalmu dari dunia ini. Selama Anda hidup, Allah akan mengingatmu karena ini dan ketika Anda meninggal nanti, Dia akan memberimu pahala yang terbaik.
Hadhrat Bilal berkata kepada Hadhrat Abu Bakr (ra): جزاك الله من ولي نعمة وأخ في الإسلام خيرًا، فوالله ما أمرك لنا بالصبر على طاعة الله والمداومة على الحق والعمل الصالح ببدع، وما أريد أؤذن لأحد بعد رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. “Semoga Allah menganugerahkan kepada Anda ganjaran berkat teman dan saudara ini. Demi Allah, perintah yang telah Anda berikan untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan dawam dalam melakukan amal saleh, ini bukanlah hal baru dan saya tidak ingin mengumandangkan adzan bagi siapa pun sepeninggal Rasulullah (saw).” Kemudian Hadhrat Bilal juga pergi bersama Hadhrat Sa’iid bin Amir.[15]
Bilal juga berkata, “Saya juga ingin memohon, jika saya harus tetap tinggal hanya untuk mengumandangkan adzan, maka keinginan saya adalah agar saya tidak mengumandangkan adzan karena hati saya tidak menyertai untuk mengumandangkan adzan untuk siapa pun sepeninggal Rasulullah (saw).”
Setelah itu, lebih banyak orang berkumpul di sekitar Hadhrat Abu Bakr (ra). Hadhrat Abu Bakr (ra) mengangkat Hadhrat Muawiyah (ra) menjadi komandan atas mereka dan memerintahkannya untuk menemui saudaranya bernama Hadhrat Yazid (ra). Hadhrat Muawiyah (ra) pergi dan menemui Hadhrat Yazid (ra). Ketika Hadhrat Muawiyah melewati Hadhrat Khalid (ra) bin Sa’iid (ra) maka bagian sisa pasukan beliau bergabung bersamanya.[16]
Kemudian Hamzah bin Maalik al-Hamdzani (حمزة بن مالك الهمذاني) datang ke hadapan Hadhrat Abu Bakr (ra) dengan membawa pasukan. Jumlah pasukan tersebut mendekati seribu atau bahkan lebih. Ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) melihat jumlah dan persiapan mereka, beliau sangat senang dan bersabda, الحمد لله على صنيعه للمسلمين ما يزال الله تعالى يرتاج لهم بمدد من أنفسهم يشد به ظهورهم ويقصم به عدوهم “Segala puji sanjung atas nikmat Allah ini atas kaum Muslim adalah milik-Nya. Allah selalu membantu umat Islam melalui orang-orang ini dan memberi mereka kenyamanan. Dengan ini Dia memperkuat punggung kaum Muslimin dan mematahkan punggung musuh mereka.”
Kemudian Hamzah bertanya kepada Hadhrat Abu Bakr (ra), ارتحل ما تنتظر فارتحلت وقد قلت له قبل أن نرتحل علي أمير دونك “Apakah ada orang lain yang akan menjadi Amir bagi saya selain Hudhur?”
Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, نعم هناك ثلاثة أمراء قد أمرناهم فأيهم شئت فكن معه “Ya, kami telah menunjuk tiga komandan, Anda dapat bergabung dengan siapa pun yang Anda inginkan.”
Kemudian ketika Hamzah bertemu dengan kaum Muslimin dan menanyakan kepada mereka, “Siapa di antara para komandan ini yang terbaik dan terbaik dalam hal persahabatan dengan Nabi yang mulia (saw)?” Beliau diberitahu bahwa orang itu adalah Hadhrat Abu Ubaidah bin Jarrah lalu beliau menjumpai Hadhrat Abu Ubaidah. Ini juga merupakan bentuk kecintaan mereka kepada Nabi (saw) bahwa mereka ingin bersama dengan siapa pun yang dekat dengan Nabi (saw).
Delegasi jihad terus datang ke Madinah dan Hadhrat Abu Bakr (ra) terus mengirim mereka dalam ekspedisi. Di sisi lain, Hadhrat Abu Ubaidah (ra) terus menulis surat kepada Hadhrat Abu Bakr (ra), menyatakan, أما بعد ، فإن الروم وأهل البلد ، ومن كان على دينهم من العرب قد أجمعوا على حرب المسلمين ، ونحن نرجو النصر ، وإنجاز موعود الرب تبارك وتعالى ، وعادته الحسنى ، وأحببت إعلامك ذلك لترينا رأيك “Bangsa Romawi dan suku-suku sekutu mereka berkumpul dalam jumlah besar untuk memerangi kaum Muslim, untuk itu mohon petunjuk Hudhur, apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini.”[17]
Sebagai hasil surat dari Hadhrat Abu Ubaidah yang berturut-turut, Hadhrat Abu Bakr (ra) memutuskan untuk mengirim Hadhrat Khalid (ra) bin Walid ke Suriah. Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, والله لأنسين الروم وساوس الشيطان بخالد بن الوليد “Demi Allah, saya akan membuat orang Romawi melupakan bisikan jahat mereka melalui Khalid bin Walid.”[18]
Hadhrat Khalid (ra) berada di Irak pada saat Hadhrat Abu Bakr (ra) memerintahkan Hadhrat Khalid (ra) (ra) untuk pergi ke Suriah dan mengambil alih komando pasukan Islam di sana. Beliau menulis surat kepada Hadhrat Abu Ubaidah: أما بعد فإني قد وليت خالدا قتال العدو بالشام فلا تخالفه واسمع له وأطع أمره فإني لم أبعثه عليك أن لا تكون عندي خيرا منه ولكني ظننت أن له فطنة في الحرب ليست لك أراد الله بنا وبك خيرا والسلام “Amma Ba’du! Saya telah memercayakan kepemimpinan perang melawan musuh di Syam kepada Khalid (ra). Jangan Anda menentangnya. Dengarkanlah dia dan patuhilah perintahnya. Saya tidaklah menunjuk Khalid sebagai atasanmu bukanlah karena Anda tidak lebih unggul darinya, melainkan menurut hemat saya kemahiran yang ia miliki dalam berperang tidak Anda miliki. Semoga Allah Ta’ala hanya berniat baik untuk kita dan untuk Anda. Wassalam.”[19]
Tertulis tentang kepergian Hadhrat Khalid (ra) dari Irak ke Syria bahwa ketika surat Hadhrat Abu Bakr (ra) diterima oleh Hadhrat Khalid (ra), Hadhrat Khalid (ra) berangkat ke Suriah dengan membawa pasukan yang diriwayatkan berbeda-beda. Terdapat riwayat yang mengatakan 800 atau 600 atau 500 atau bahkan sampai 9000 atau 6000. Dalam beberapa riwayat disebutkan dalam jumlah ratusan dan yang lainnya dalam ribuan. Alhasil, mereka berangkat ke Suriah.
Ketika Hadhrat Khalid (ra) bin Walid tiba di Qaraqar, beliau malancarkan serangan di sana dan kemudian setelah perjalanan yang sangat sulit melintasi padang pasir, beliau tiba di Sania al-Aqab dekat Damaskus, mengibarkan bendera hitamnya. Tertulis tentang bendera ini bahwa itu adalah bendera Rasulullah (saw) yang bernama ‘Uqaab’ (العُقاب) yang artinya Elang. Karena bendera ini, nama ngarai ini juga dikenal sebagai Thaniya-ul-‘Uqab (ثَنِیَّةُ الْعُقَاب).[20]
Setelah itu, Hadhrat Khalid (ra) tinggal di suatu tempat yang berjarak satu mil dari gerbang timur Damaskus. Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa Hadhrat Abu Ubaidah bertemu dengannya di sini dan pengepungan musuh sebenarnya dimulai pada hari yang sama. Disebutkan juga dalam beberapa riwayat bahwa Hadhrat Khalid (ra) tidak tinggal lama di depan Damaskus tetapi terus maju dan mencapai Qanat Busra (قناة بصرى).
Ketika Hadhrat Khalid (ra) bin Walid tiba di Busra bersama kaum Muslim, semua tentara berkumpul di sini dan mereka semua menjadikannya Amir mereka dalam pertempuran tersebut. Mereka mengepung kota. Ada yang mengatakan bahwa pemimpin perang ini adalah Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan, karena berada di bawah kendali Damaskus, di mana dia adalah gubernur dan pemimpinnya. Penduduk tempat ini sepakat bahwa mereka akan membayar jizyah kepada kaum Muslimin dan kaum Muslimin akan melindungi hidup mereka dan harta benda mereka dan anak-anak mereka.[21]
Kemudian, mengenai pertempuran Ajnadain atau Ajnadin. Keduanya tertulis. Tentang hal itu tertulis bahwa ini adalah nama sebuah pemukiman terkenal di pinggiran kota Palestina.[22]
Setelah penaklukan Busra, Hadhrat Khalid (ra), Hadhrat Abu Ubaidah, Hadhrat Syurahbil, bersama Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan, berangkat ke Palestina menuju Hadhrat ‘Amru ibn al-’Aash, dan berangkat ke Palestina untuk membantunya. Hadhrat Amr tinggal di dataran rendah Palestina pada waktu itu. Beliau ingin datang dan menemui tentara Islam, tetapi tentara Romawi mengejar mereka dan mencoba memaksa mereka untuk berperang. Ketika orang-orang Romawi mendengar tentang kedatangan kaum Muslim, mereka mundur ke Ajnadin. Ketika Hadhrat ‘Amru ibn al-’Aash mendengar tentang tentara Islam, ia berjalan dari sana sampai bertemu tentara Islam dan kemudian mereka semua berkumpul di daerah Ajnadin dan berbaris di depan tentara Romawi .[23]
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Hadhrat Khalid (ra) mengepung Damaskus bukan Bosra, sebelum pergi ke Ajnadin dan Hadhrat Abu Ubaidah juga bersamanya. Selama pengepungan ini, Heraklius juga mengirim pasukan untuk membantu orang-orang Damaskus, yang dengannya pasukan Muslim bentrok, yang akan dijelaskan kemudian dalam topik kemenangan Damaskus.[24]
Namun, selama pengepungan Damaskus, Hadhrat Khalid (ra) dan Hadhrat Abu Ubaidah mengetahui bahwa penguasa Homs telah mengumpulkan pasukan untuk memotong jalan Hadhrat Syurahbil bin Hasna, yang berada di Busra pada waktu itu, dan pasukan besar Romawi tiba di Ajnadin. Berita ini mengkhawatirkan Hadhrat Khalid (ra) dan Hadhrat Abu Ubaidah karena mereka sedang berperang dengan penduduk Damaskus saat itu.
Hadhrat Khalid (ra) dan Hadhrat Abu Obaidah saling berkonsultasi mengenai hal ini. Hadhrat Abu Ubaidah berkata, “Pendapat saya adalah bahwa kita harus pergi dari sini dan mencapai Hadhrat Syurahbil sebelum musuh mencapainya.”
Hadhrat Khalid (ra) berkata bahwa jika kita pergi ke Hadhrat Syurahbil, tentara Romawi di Ajnadeen akan mengikuti kita, jadi pendapat saya adalah kita harus menargetkan tentara besar yang sama yang hadir di Ajnadeen dan mengirim pesan kepada Hadhrat Syurahbil agar mengetahui pergerakan musuh ke arah mereka dan instruksikan agar mereka bergabung dengan kami di Ajnadin. Demikian pula, kirimkan pesan kepada Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan dan Hadhrat Amr untuk datang dan bergabung dengan kami di Ajnadin, kemudian kita akan memerangi musuh. Mengenai hal ini, Hadhrat Abu Ubaidah mengatakan bahwa pendapat ini sangat bagus, semoga Allah memberkatinya. Kita amalkan ini.
Menurut sebuah riwayat, Hadhrat Abu Ubaidah menasihati Hadhrat Khalid (ra), “Tentara kita tersebar di berbagai tempat di Suriah, untuk itu surat harus ditulis kepada mereka semua agar mereka datang menemui kita di Ajnadin.”
Ketika Hadhrat Khalid (ra) memutuskan untuk pergi dari Damaskus ke Ajnadin, dia menulis surat kepada semua komandan dan menyuruh mereka berkumpul di Ajnadin. Hadhrat Khalid (ra) dan Hadhrat Abu Ubaidah juga meninggalkan pengepungan Damaskus bersama orang-orang dan bergegas menuju orang-orang Ajnadin. Hadhrat Abu Ubaidah berada di belakang tentara. Penduduk Damaskus mengejar Hadhrat Abu Ubaidah dan mengepungnya, beliau bersama dua ratus orang.
Sebenarnya ini adalah kafilah yang terdiri dari para wanita, anak-anak, dan barang-barang. Menurut satu riwayat, terdapat juga 1000 prajurit berkuda untuk menjaga dan melindungi mereka.
Alhasil, saat itu jumlah pasukan Damaskus sangatlah besar dan Hadhrat Abu Ubaidah menghadapi pertempuran sengit melawan mereka. Tatkala hal ini sampai pada Hadhrat Khalid (ra) yang tengah ada di depan bersama pasukan berkuda, maka beliau lantas kembali dan orang-orang yang bersama beliau pun kembali. Lalu pasukan berkuda menyerang pasukan Romawi dan menjatuhkan mereka satu sama lain serta memukul mundur mereka sampai 3 mil, hingga mereka masuk kembali ke Damaskus.
Dari arah lain, pasukan Romawi yang berkemah di Ajnadain memerintahkan melalui surat kepada pasukan mereka yang lain agar datang ke Ajnadain. Pasukan Romawi ini tengah pergi ke Busrah dengan tujuan menyerang Hadhrat Syarahbil. Alhasil, pasukan itu pun tiba di Ajnadain. Demikian pula, sesuai petunjuk Hadhrat Khalid (ra), segenap pasukan Islam berkumpul di Ajnadain.[25]
Panglima pasukan Romawi saat itu ingin menyuruh kaum Muslimin pulang dengan memberi mereka sesuatu, karena mereka pun beranggapan seperti halnya kaum Persia bahwa kaum Muslim hanyalah orang-orang yang lapar dan telanjang, dan mereka keluar dari negeri miskin mereka untuk mencuri. Mereka sama sekali tidak berpikir akan adanya tujuan luhur yang dimiliki oleh kaum Muslim yang mereka anggap sejak berabad-abad hanyalah bangsa Arab penghuni gurun yang jahil, tidak beradab, miskin, dan sengsara. Alhasil mereka menyodorkan kepada Hadhrat Khalid (ra) bahwa jika beliau dan pasukan beliau pulang, maka setiap prajurit akan diberikan satu turban, sepasang pakaian, dan 1 dinar emas, lalu panglima pasukan akan diberi 10 pasang pakaian dan 100 dinar emas, dan khalifah akan diberi 100 pasang pakaian dan 1000 dinar emas.
Inilah yang mereka katakan, bahwa kaum Muslim hanyalah para penjahat sehingga berilah sesuatu dan pulangkanlah mereka.
Tatkala Hadhrat Khalid (ra) mendengar ini, maka beliau menolak pemberian ini mentah-mentah dan dengan sangat keras beliau berkata, “Wahai orang Romawi , kami menolak harta bendamu dengan amat hina, karena dalam waktu singkat kami akan menjadi pemilik segenap harta, keluarga, dan diri kalian.”[26]
Tatkala kedua pasukan telah dekat, seorang pemimpin Romawi memanggil seorang Arab dan berkata, “Masuklah kamu di tengah kaum Muslimin (Orang Arab itu sebelumnya bukanlah Muslim) dan tinggallah 1 hari 1 malam diantara mereka, lalu beritahukanlah keadaan mereka itu kepada saya.” Orang itu lalu bersembunyi di tengah-tengah kaum Muslim. Karena ia adalah orang Arab, ia tidak dianggap asing di tengah kaum Muslimin dan ia pun tinggal 1 hari 1 malam di dalamnya. Lalu ketika ia kembali ke pemimpin Romawi , sang pemimpin lalu bertanya perihal apa yang didapatnya. Ia menjawab, “Jika kamu menanyakan kabar, maka kabar yang ada adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang melalui malam mereka dengan beribadah dan di siang hari mereka menjadi ksatria berkuda. Dalam menegakkan keadilah diantara mereka, jika anak seorang Raja mereka sekalipun mencuri maka tangannya akan dipotong dan jika berzina maka akan dirajam.”
Sang pemimpin Romawi itu berkata kepadanya, “Jika kamu memang berkata jujur kepada saya, lebih baik terpendam di kalang tanah daripada pergi menghadapi mereka. Saya berkeinginan bahwa cukuplah Allah memperkenankan saya demikian yaitu biarkanlah saya dan mereka dalam keadaan yang ada masing-masing, dimana Dia tidak menolong baik saya maupun mereka.”[27] Hal ini tertera di dalam Tarikh Tabari.
Alhasil, di waktu pagi segenap orang lantas berkumpul, lalu Hadhrat Khalid (ra) muncul dan mengatur pasukan beliau. Hadhrat Khalid (ra) berjalan di tengah-tengah mereka seraya menyemangati mereka untuk berjihad. Beliau tidak diam di satu tempat. Lalu beliau memerintahkan kepada segenap Muslim wanita agar mereka tetap bersatu dengan teguh dan berdiri di belakang kaum Muslim. “Serukanlah nama Tuhan dan terus berdoalah dengan lafaz itu. Lalu kapan pun ada seorang dari antara pasukan Muslim yang datang mendekat, maka tinggikanlah anak-anak kalian ke hadapannya dan serukanlah kepada mereka supaya berperang demi melindungi anak-anak dan wanita-wanita mereka.”
Hadhrat Khalid (ra) mendatangi setiap regu pasukan dan bersabda, “Wahai hamba-hamba Allah! Bertakwalah kepada Allah, dan perangilah di jalan Allah segenap orang yang mengingkari Allah, dan janganlah berpaling dari tumit-tumit kalian, dan janganlah takut akan kebesaran musuh tetapi majulah seperti singa-singa, hingga ketakutan itu sirna dan engkau menjadi merdeka dan terhormat. Anda sekalian telah dijanjikan dunia dan balasan akhirat untuk kalian pun telah Allah pastikan. Janganlah Anda sekalian takut dengan banyaknya jumlah musuh yang kalian lihat. Sesungguhnya Allah akan menurunkan azab dan hukuman-Nya.”
Hadhrat Khalid (ra) bersabda kepada segenap orang, “Tatkala saya maju menyerang, kalian pun harus menyerang.”[28] Setelah itu terjadi pertempuran yang sengit diantara kedua pasukan.
Hadhrat Sa’id bin Zaid pun memberi semangat seperti halnya demikian kepada segenap Muslim, “Wahai manusia, ingatlah kematian kalian nanti di hadapan Allah, dan janganlah kalian lari lalu menjadi ahli neraka. Wahai para penjaga Agama! Wahai para penilawat Al-Quran! Bersabar dan bersabarlah.”
Maka di tengah pertempuran yang dahsyat itu, pasukan Romawi pun melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka. Tatkala mereka tiba di tempat mereka, Wardan lalu berpidato di hadapan bangsanya dan berkata, “Jika seperti inilah terus keadaan kalian, maka daulat dan kerajaan ini akan sirna dari kalian. Jadi hendaknya saat ini pun kalian mencuci karat dalam hati kalian. Hendaknya di dalam hati kita tidak ada anggapan bahwa mereka yang berperang dengan kita ini adalah orang-orang rendah dan hamba sahaya Arab yang lapar dan telanjang. Tanah tandus dan Kekeringan telah menjadikan mereka datang ke arah kita dan kini mereka telah menikmati berbagai buah-buahan dan telah memakan roti dari gandum, bukan jawawut. Dahulu cuka, kini mereka tengah menggunakan madu. Mereka kini tengah menikmati buah tin, anggur dan hal-hal istimewa lainnya.”
Kemudian ia meminta saran dari beberapa pemimpin. Seseorang pemimpin menyarankan, “Jika kita ingin mengalahkan kaum Muslim, panggillah Amir mereka kemari dengan suatu dalih dan alasan lalu bunuhlah ia, maka mereka yang lain pun akan melarikan diri. Pertama, kirimlah 10 prajurit ke tempat terdepan untuk menjebak, lalu panggillah Amir kaum Muslim dengan dalih berbincang dan bertukar pikiran secara empat mata. Ketika ia telah datang untuk berbincang, maka berilah isyarat kepada prajurit yang telah bersiaga untuk membunuhnya.
Atas hal itu, Amir (komandan) pasukan Romawi pun mengutus seorang yang fasih dan paham [bahasa Arab] kepada Hadhrat Khalid (ra). Tatkala utusan itu tiba di tempat kaum Muslim, ia lantas menyeru dengan lantang, “Wahai bangsa Arab, apakah kalian tidak selesai dari pertumpahan darah dan peperangan ini? Kami telah memikirkan satu cara untuk berdamai. Maka dari itu, lebih tepat jika pemimpin kalian datang kepadaku untuk berbincang.”
Hadhrat Khalid (ra) lalu maju dan berkata kepadanya, “Jelaskan pesan yang kamu bawa, tetapi dengan menjunjung kebenaran.” Ia berkata, “Saya datang kemari dengan tujuan menyampaikan bahwa pemimpin kami tidak suka dengan pertempuran darah ini. Ia sangat sedih atas orang-orang yang terbunuh hingga kini. Maka dari itu ia berpendapat untuk melakukan perjanjian damai seraya memberikan suatu harta benda kepada kalian, supaya tidak terjadi perang.
Di tengah pembicaraan, Allah Ta’ala memasukkan suatu rasa takut di dalam hati utusan itu; dan seraya meminta jaminan keselamatan segenap keluarganya, ia pun menceritakan segenap rencana pemimpinnya kepada Hadhrat Khalid (ra) (ra), yaitu semua rencana yang ia ketahui untuk menyerang Hadhrat Khalid (ra) (ra) secara diam-diam. Hadhrat Khalid (ra) (ra) bersabda, “Jika kamu tidak berkhianat, saya akan memberi perlindungan kepadamu dan kepada keluargamu.”
Kemudian ia kembali dan menyampaikan kepada pemimpinnya bahwa Hadhrat Khalid (ra) (ra) telah siap untuk berbicara dengannya. Ia sangat gembira dan memerintahkan 10 prajuritnya agar pergi ke tempat pertemuan yang telah ditentukan sebelumnya lalu bersembunyi di satu ceruk tanah dan bersiaga di sana. Hadhrat Khalid (ra) (ra), sebagaimana telah diberitahu kepada beliau, telah mengetahui rencana ini. Maka dari itu beliau mengirim Hadhrat Dhirar bersama 10 Muslim ke tempat dimana musuh memasang jebakan. Tatkala kelompok Muslim tiba di tempat itu, mereka mengepung tentara Romawi dan membunuh seluruhnya, lalu mereka duduk di dalam ceruk itu.
Hadhrat Khalid (ra) (ra) lalu pergi ke sana untuk berbincang kepada pemimpin Romawi . Saat itu kedua pasukan sudah saling berhadapan dan siap sedia. Pemimpin Romawi pun telah tiba di sana. Hadhrat Khalid (ra) (ra) bersabda saat berbincang dengannya, “Jika kamu menerima Islam, maka kamu akan menjadi sahabat kami. Jika tidak, bayarlah jizyah atau bersiaplah untuk bertempur.” Saat itu pemimpin Romawi percaya dengan prajuritnya dan ia pun segera menyerang Hadhrat Khalid (ra) (ra) dengan pedang lalu mencengkeram kedua bahu beliau. Hadhrat Khalid (ra) pun menyerang beliau. Pemimpin Romawi itu menyeru kepada prajuritnya agar datang segera karena ia telah menangkap Amir pasukan Muslim. Dari ceruk tanah para sahabat mendengar suara ini maka mereka menghunuskan pedang dan segera ke tempat itu. Wardan sebelumnya berpikir bahwa itu adalah prajuritnya, tetapi ketika tampak Hadhrat Dhirar, ia lantas menelan kepahitan. Lalu Hadhrat Dhirar dan prajurit Muslim lainnya pun menghabisinya. Tatkala pasukan Romawi mendapati kabar kematian pemimpin mereka, moral mereka pun jatuh.[29]
Selanjutnya mereka menyerang satu sama lain dan pertempuran pun dimulai. Tatkala seorang pemimpin Romawi melihat keadaan peperangan di kaum Muslim, ia lalu berkata kepada prajuritnya, “Tutuplah kepala saya dengan kain.”
Mereka bertanya, “Mengapa?”
Ia menjawab, “Ini adalah hari yang sangat malang, saya tidak ingin melihatnya. Hingga hari ini saya belum pernah melihat hari yang sangat keras ini.” Perawi menuturkan bahwa tatkala prajurit Muslim menebas kepalanya, saat itu ia tertutup oleh kain.[30]
Di pertempuran ini, pasukan Romawi berjumlah hampir 100.000 prajurit.[31] Jumlah prajurit Muslim adalah 30.000 (tiga puluh ribu) [32] dan menurut riwayat lain adalah 35.000 (tiga puluh lima ribu).[33] Di perang ini ada 3000 tentara Romawi terbunuh, dan segenap pasukan mereka yang menelan kekalahan terpaksa harus mencari perlindungan di berbagai kota-kota.[34]
Setelah kemenangan di Ajnadain, Hadhrat Khalid (ra) bin Walid menyampaikan kabar suka ini kepada Hadhrat Abu Bakr (ra) melalui surat. Isinya adalah sebagai berikut: سلام عليك فانى أخبرك أيها الصديق انا التقينا نحن والمشركون وقد جمعوا لنا جموعا جمة بأجنادين وقد رفعوا صليبهم ونشروا كتبهم وتقاسموا بالله لا يفرّون حتى يفنونا أو يخرجونا من بلادهم فخرجنا واثقين بالله متوكلين على الله فطاعناهم بالرماح شيئا ثم صرنا الى السيوف فقا رعناهم بها مقدار نحر جزور ثم انّ الله أنزل نصره وأنجز وعده وهزم الكافرين فقتلناهم فى كل فج وشعب وغائط فالحمد لله على اعزاز دينه واذلال عدوّه وحسن الصنيع لاوليائه والسلام عليك ورحمة الله Salam sejahtera untuk Anda. Saya menyampaikan kepada Hudhur bahwa kami telah bertempur melawan kaum Musyrikin, dimana mereka mengumpulkan pasukan yang sangat besar di Ajnadain untuk menghadapi kami. Mereka meninggikan salib-salib mereka serta mengangkat kitab-kitab mereka lalu mereka bersumpah kepada Allah untuk tidak lari sebelum menghabisi kami atau mengusir kami dari kota mereka. Namun, kami pun memiliki keyakinan kokoh kepada Allah dan kami maju seraya tawakkal kepada-Nya. Lalu kami sedapat mungkin menyerang mereka dengan tombak kami, lalu kami mengeluarkan pedang kami dan kami terus menebas musuh hingga waktu yang sedemikian lama seperti halnya unta sejak disembelih hingga dihidangkan. Lalu Allah menurunkan pertolongan-Nya, memenuhi janji-Nya, dan mengalahkan segenap orang-orang kafir. Kami menurunkan kematian kepada mereka di setiap medan yang lapang serta di setiap bukit dan lembah. Terhadap anugrah kemenangan untuk agama-Nya ini, terhadap kehinaan bagi musuh-Nya serta perlakuan baik bagi sahabat-sahabat-Nya ini, segenap puji sanjung hanyalah untuk Allah…”
Tatkala surat ini dibacakan di hadapan Hadhrat Abu Bakr (ra), saat itu pula beliau jatuh sakit menjelang kewafatan beliau. Kemenangan ini telah membuat beliau gembira dan beliau bersabda, الحمد لله الذى نصر المسلمين وأقرّ عينى بذلك “Alhamdulillah, segala puji sanjung untuk Allah semata, Yang telah menolong kaum Muslim dan menjadi penyejuk mata saya.”[35]
Mengenai perang Ajnadain ini terdapat keraguan kapan terjadinya. Menurut beberapa pendapat perang ini terjadi di masa Hadhrat Umar. Tentang hal ini, ada satu penjelasan yang akan saya sampaikan. Tentang pertanyaan bahwa kapan terjadinya perang ini, terdapat beberapa riwayat tentangnya. Menurut satu riwayat, perang ini terjadi di tahun 13 Hijriah, yaitu 24 hari, 20 hari, atau 34 hari sebelum kewafatan Hadhrat Abu Bakr (ra).[36] Sebagian sejarawan lain menyampaikan bahwa perang ini terjadi di tahun 15 Hijriah di masa kekhalifahan Hadhrat Umar.[37]
Alhasil, ini adalah hasil penelitian dan pemikiran dari mereka di jemaat yang diamanatkan untuk meneliti, dan tampaknya ini adalah benar, kemungkinan di Ajnadain telah terjadi 2 (dua) kali pertempuran. Pertama, di masa kekhalifahan Hadhrat Abu Bakr (ra) dan kedua di masa kekhalifahan Hadhrat Umar, karena di dalam beberapa buku sejarah, kedua peristiwa ini dijelaskan secara terpisah. Panglima perang di tahun 13 Hijriah adalah Hadhrat Khalid (ra) bin Walid, dan panglima perang di tahun 15 Hijriah adalah Hadhrat ‘Amru ibn al-’Aash. Meski demikian, Allah lebih mengetahui. Wallahu A’lam. Mengenai rincian penaklukan Damaskus, insya Allah, akan disampaikan selanjutnya.[38]
Khotbah II
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا – مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ – وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ – عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ – أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُاللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
[1] Ibn Kathir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, Vol. 2, pt. 7, [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001] p. 3. (البدایۃ والنھایۃ جلد4 جزء7 صفحہ3 دارالکتب العلمیۃ بیروت2001ء); Muhammad Husain Haikal, Hazrat Sayyiduna Abu Bakr Siddiq ra [Jhelum: Book Corner Showroom], p. 340 (ماخوذ از حضرت سیدنا ابوبکر صدیقؓ از محمد حسین ہیکل مترجم صفحہ340مطبوعہ بک کارنر شو روم جہلم).
[2] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari (محمد بن جرير الطبري أبو جعفر) dalam karyanya Tarikhul Umam Wal Muluuk (تاريخ الأمم والملوك) atau Tarikh ar-Rusul wal Muluuk (تاريخ الرسل والملوك) yang dikenal dengan Tarikh al-Tabari, berita tentang apa yang terjadi pada tahun ke-13 (سنة ثلاث عشرة (ذكر الخبر عما كَانَ فِيهَا من الأحداث), juz kedua, halaman 332, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut-Lebanon, 2012 (تاریخ الطبری جزء الثانی صفحہ 332دارالکتب العلمیۃ بیروت لبنان 2012ء).
[3] Doktor ‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shalabi (عَلي محمد محمد الصَّلاَّبي) dalam karyanya Al-Insyirahu wa Raf’udh Dhayyiq fi Sirati Abi Bakr ash-Shiddiq syakhshiyatuhu wa ‘ashruhu (نام کتاب : الانشراحُ وَرَفعُ الضِّيق في سِيرة أبي بَكْر الصِّديق شخصيته وَعَصره نویسنده : الصلابي، علي محمد), penerbit Darut Tauzi’ wa Nasyr, Kairo-Mesir (دار التوزيع والنشر الإسلامية، القاهرة – مصر), tahun 1423 Hijriyyah atau 2002 (عام النشر: 1423 هـ – 2002 م), versi terjemahan Urdu dengan judul Sayyiduna Abu Bakr Siddiq (ra) Shakhsiyyat aur Karname – Translated [Khan Garh, Pakistan: Maktabat al-Furqan], pp. 448-449 (سیدنا ابو بکر صدیقؓ شخصیت اور کارنامے از علی محمد الصلابی ،مترجم صفحہ448-449الفرقان ٹرسٹ خان گڑھ پاکستان). merujuk pada Kitab Futuh asy-Syam atau “The Fotooh al Sham”: being an account of the Moslim conquests in Syria: By By Muḥammad b. ‘Abdallah al- Azdī al-Baṣrī.
[4] Muhammad Husain Haikal dalam karyanya Ash-Shiddiq Abu Bakr yang terjemahan urdunya ialah Hadhrat Abu Bakr Shiddiq [translated by Shaikh Muhammad Ahmad Panipati], p. 322, ‘Ilm-o-Irfan Publishers, Lahore, Pakistan, 2004 (حضرت ابوبکرصدیق اکبرؓ از محمد حسین ہیکل مترجم شیخ محمد احمد پانی پتی صفحہ 322 علم و عرفان پبلشرز لاہور2004ء). Muhammad Husain Haikal, Siddiq Akbar – Translated by Sheikh Muhammad Ahmad Panipati [Lahore: Ilm-o-Irfan Publishers], p. 322.
[5] Muhammad Husain Haikal dalam karyanya Ash-Shiddiq Abu Bakr yang terjemahan urdunya ialah Hadhrat Abu Bakr Shiddiq [translated by Shaikh Muhammad Ahmad Panipati], p. 347, ‘Ilm-o-Irfan Publishers, Lahore, Pakistan, 2004 (حضرت ابوبکر صدیقؓ از محمد حسین ہیکل صفحہ 347، ترجمہ شیخ محمد احمد پانی پتی، علم و عرفان پبلشرز لاہور2004ء).
[6] Doktor ‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shalabi (عَلي محمد محمد الصَّلاَّبي) dalam karyanya Al-Insyirahu wa Raf’udh Dhayyiq fi Sirati Abi Bakr ash-Shiddiq syakhshiyatuhu wa ‘ashruhu (نام کتاب : الانشراحُ وَرَفعُ الضِّيق في سِيرة أبي بَكْر الصِّديق شخصيته وَعَصره نویسنده : الصلابي، علي محمد), penerbit Darut Tauzi’ wa Nasyr, Kairo-Mesir (دار التوزيع والنشر الإسلامية، القاهرة – مصر), tahun 1423 Hijriyyah atau 2002 (عام النشر: 1423 هـ – 2002 م), versi terjemahan Urdu dengan judul Sayyiduna Abu Bakr Siddiq (ra) Shakhsiyyat aur Karname – Translated [Khan Garh, Pakistan: Maktabat al-Furqan atau Al-Furqan Trust], pp. 450 (سیدنا ابو بکر صدیقؓ شخصیت اور کارنامے از علی محمد الصلابی ،مترجم صفحہ450الفرقان ٹرسٹ خان گڑھ پاکستان). https://ia800309.us.archive.org/25/items/AbuBakrAs-siddeeq-visit-alhamdulillah-library.blogspot.in.pdf/AbuBakrAs-siddeeq-visit-alhamdulillah-library.blogspot.in.pdf
[7] Ibnu al-Atsir dalam Tarikh al-Kamil, juz kedua, halaman 255, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut-Lebanon, 2006 (الکامل فی التاریخ جلد2 صفحہ255دارالکتب العلمیۃ بیروت2006ء); Haikal, Hazrat Abu Bakr Siddiq, p. 347 (حضرت ابوبکر صدیقؓ از ہیکل صفحہ 347).
[8] Tarikh al-Khamis, jilid ke-3, halaman 212-213, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut-Lebanon, 2009 (تاریخ الخمیس جلد3 صفحہ 212تا 213دارالکتب العلمیۃ بیروت2009ء).
[9] Doktor ‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shalabi (عَلي محمد محمد الصَّلاَّبي) dalam karyanya Al-Insyirahu wa Raf’udh Dhayyiq fi Sirati Abi Bakr ash-Shiddiq syakhshiyatuhu wa ‘ashruhu (نام کتاب : الانشراحُ وَرَفعُ الضِّيق في سِيرة أبي بَكْر الصِّديق شخصيته وَعَصره نویسنده : الصلابي، علي محمد), penerbit Darut Tauzi’ wa Nasyr, Kairo-Mesir (دار التوزيع والنشر الإسلامية، القاهرة – مصر), tahun 1423 Hijriyyah atau 2002 (عام النشر: 1423 هـ – 2002 م) versi terjemahan Urdu dengan judul Sayyiduna Abu Bakr Siddiq (ra) Shakhsiyyat aur Karname – Translated [Khan Garh, Pakistan: Maktabat al-Furqan Trust], pp. 452-453 (سیدنا ابو بکر صدیقؓ شخصیت اور کارنامے از علی محمد الصلابی ،مترجم صفحہ452-453الفرقان ٹرسٹ خان گڑھ پاکستان)
[10] Tarikh al-Khamis, jilid ke-3, halaman 213, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut-Lebanon, 2009 (ماخوذ از تاریخ الخمیس جلد3 صفحہ213دارالکتب العلمیۃ بیروت2009ء).
[11] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)).
[12] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)).
[13] Ahmad ibnu A’tsam al-Kufi dalam karyanya Kitab al-Futuh (كتاب الفتوح – أحمد بن أعثم الكوفي – ج ١ – الصفحة ٩٣).
[14] Futuhusy Syam karya al-Azdi (فتوح الشام للأزدي) dan tercantum dalam Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)).
[15] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)), jilid 2, juz 1, halaman 130-132, ‘Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد2 جزء1صفحہ 130تا 132 عالم الکتب بیروت 1997ء).
[16] Tarikh ath-Thabari, juz ke-2, halaman 333, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut-Lebanon, 2012 (تاریخ الطبری جزء الثانی صفحہ 333 دارالکتب العلمیۃ بیروت لبنان 2012). Doktor ‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shalabi (عَلي محمد محمد الصَّلاَّبي) dalam karyanya Al-Insyirahu wa Raf’udh Dhayyiq fi Sirati Abi Bakr ash-Shiddiq syakhshiyatuhu wa ‘ashruhu (نام کتاب : الانشراحُ وَرَفعُ الضِّيق في سِيرة أبي بَكْر الصِّديق شخصيته وَعَصره نویسنده : الصلابي، علي محمد), penerbit Darut Tauzi’ wa Nasyr, Kairo-Mesir (دار التوزيع والنشر الإسلامية، القاهرة – مصر), tahun 1423 Hijriyyah atau 2002 (عام النشر: 1423 هـ – 2002 م).
[17] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)), jilid 2, juz 1, halaman 133-136, ‘Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد2 جزء1صفحہ 133تا136 عالم الکتب بیروت 1997ء). Hadhrat Abu Ubaidah (ra) menyambut mereka dengan doa: بارك الله لك في إسلامك وجهادك وقدومك علينا وبارك لنا فيك وفيمن قدمت به علينا من المسلمين .
[18] Ibnu Asakir dalam Tarikh Madinah Dimasyq (تاريخ مدينة دمشق – ابن عساكر – ج ٢ – الصفحة ٨٤)
[19] Doktor ‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shalabi (عَلي محمد محمد الصَّلاَّبي) dalam karyanya Al-Insyirahu wa Raf’udh Dhayyiq fi Sirati Abi Bakr ash-Shiddiq syakhshiyatuhu wa ‘ashruhu (نام کتاب : الانشراحُ وَرَفعُ الضِّيق في سِيرة أبي بَكْر الصِّديق شخصيته وَعَصره نویسنده : الصلابي، علي محمد), penerbit Darut Tauzi’ wa Nasyr, Kairo-Mesir (دار التوزيع والنشر الإسلامية، القاهرة – مصر), tahun 1423 Hijriyyah atau 2002 (عام النشر: 1423 هـ – 2002 م).
Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)), pada bab (ذكر بدء الغزو إلى الشام وما وقع فى نفس أبى بكر الصديق رضياللهعنه ، من ذلك وما قوى عزمه عليه), jilid 2, juz 1, halaman 148, ‘Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد2 جزء1صفحہ 148 عالم الکتب بیروت 1997ء). Tarikh Al-Khamis, Vol. 3, p. 220 (تاریخ الخمیس جلد3 صفحہ220).
[20] Ibnu al-Atsir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2006], pp. 156-157. (ماخوذ الکامل فی التاریخ جلد2 صفحہ 256-258 دارالکتب العلمیۃ بیروت 2006ء); Muhammad Husain Haikal, Siddiq Akbar – Translated by Sheikh Muhammad Ahmad Panipati [Lahore: Ilm-o-Irfan Publishers, 2004], p. 350 (حضرت ابوبکر صدیقؓ اکبر از محمد حسین ہیکل مترجم شیخ محمد احمد پانی پتی صفحہ350علم و عرفان پبلشرز لاہور2004ء).
[21] Imam Abu al-Hasan Ahmad bin Yahya al-Buladhari, Futuh al-Buldan (translated by Abu Al-Khair Maududi) [Lahore: Nafees Academy, 1986], p. 174. (فتوح البلدان للبلاذری صفحہ 174 مترجم ابوالخیر مودودی، نفیس اکیڈمی لاہور1986ء); Muhammad Husain Haikal dalam karyanya Ash-Shiddiq Abu Bakr yang judul dalam terjemahan bahasa Urdu ialah Siddiq Akbar – Translated by Sheikh Muhammad Ahmad Panipati [Lahore: Ilm-o-Irfan Publishers, 2004], p. 351. (حضرت ابوبکر صدیق اکبرؓ از محمد حسین ہیکل مترجم شیخ محمد احمد پانی پتی صفحہ351علم و عرفان پبلشرز لاہور2004ء).
[22] Yaqut Ibn ‘Abd Allah al-Hamawi, Mu’jam al-Buldan, Vol. 4 [Beirut, Lebanon: Dar Ihya al-Turath al-Arabi], p. 129. (معجم البلدان جلد 1 صفحہ 129 دار الکتب العلمیۃ بیروت).
[23] Muhammad Ibn Jarir al-Tabari, Tarikh al-Tabari, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1987], pp. 346-347. (ماخوذ ازتاریخ الطبری جلد2 صفحہ 346 – 347 دارالکتب العلمیۃ بیروت1987ء); al-Salabi, Al-Khalifatul Al-Awwal Abu Bakr Al-Siddiq Shakhsiyyatuhu Wa Asarahu, Dar-ul-Ma’rifah, p. 312 (ماخوذ ازالخلیفۃ الاول ابوبکر الصدیقؓ شخصیتہ و عصرہ للصلابی صفحہ 312 دار المعرفۃ).
[24] Muhammad Husain Haikal, Hazrat Sayyiduna Abu Bakr Siddiqra [Jhelum: Book Corner Showroom], pp. 379-380 (ماخوذ از حضرت سیدنا ابوبکرصدیقؓ از محمد حسین ہیکل صفحہ379-380بک کارنر شو روم جہلم).
[25] Tarikh al-Khamis, Vol. 3, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 2009, pp. 228-230 (ماخوذ از تاریخ الخمیس جلد3 صفحہ228تا 230دارالکتب العلمیۃ بیروت2009ء); Mardan-e-Arab, pp. 214, 216 (مردان عرب صفحہ216،214).
[26] Bashir Sajid, Ashrah Mubashrah, [Lahore: Al-Badr Publications] pp. 156-157 (عشرہ مبشرہ از بشیر ساجد صفحہ156-157البدر پبلیکیشنز لاہور).
[27] Muhammad Ibn Jarir al-Tabari, Tarikh al-Tabari, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1987], p. 347. (تاریخ طبری جلد2 صفحہ347 دارالکتب العلمیۃ بیروت 2012ء)
[28] Tarikh al-Khamis, Vol. 3, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 2009, pp. 230-231 (ماخوذ از تاریخ الخمیس جلد3صفحہ 230-231دارالکتب العلمیۃ بیروت2009ء)
[29] Maulana Fazl Muhammad Yusuf Zai, Fatuhat-e-Sham [Maktabah-e-Iman-o-Yaqeen, 2011] pp. 97-104 (ماخوذ از فتوحات شام از مولانا فضل محمد یوسف زئی صفحہ97تا 104مکتبہ ایمان و یقین 2011ء).
[30] Muhammad Ibn Jarir al-Tabari, Tarikh al-Tabari, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1987], p. 347. (تاریخ طبری جلد2 صفحہ347 دارالکتب العلمیۃ بیروت 1987ء)
[31] Imam Abu al-Hasan Ahmad bin Yahya al-Buladhari, Futuh al-Buldan [Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, 2000], p. 74 (فتوح البلدان لامام ابی الحسن البلاذری صفحہ74 دارالکتب العلمیۃ بیروت2000ء).
[32] Al-Shalabi, Al-Khalifatul Al-Awwal Abu Bakr Al-Siddiq Shakhsiyyatuhu Wa Asarahu, [Dar-ul-Ma’rifah, Beirut, 2006] p. 312 (الخلیفۃ الاول ابوبکر الصدیق شخصیتہ و عصرہ للدکتور علی محمد الصلابی صفحہ 312دارالمعرفۃ بیروت2006ء).
[33] Bashir Sajid, Ashrah Mubashrah, [Lahore: Al-Badr Publications, 2000] p. 805 (عشرہ مبشرہ از بشیر ساجد صفحہ805 البدر پبلیکیشنز لاہور 2000ء).
[34] Tarikh al-Khamis, Vol. 3, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, 2009, p. 231 (تاریخ الخمیس جلد3 صفحہ 231دارالکتب العلمیۃ بیروت2009ء).
[35] Doktor ‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shalabi (عَلي محمد محمد الصَّلاَّبي) dalam karyanya Al-Insyirahu wa Raf’udh Dhayyiq fi Sirati Abi Bakr ash-Shiddiq syakhshiyatuhu wa ‘ashruhu (نام کتاب : الانشراحُ وَرَفعُ الضِّيق في سِيرة أبي بَكْر الصِّديق شخصيته وَعَصره نویسنده : الصلابي، علي محمد), penerbit Darut Tauzi’ wa Nasyr, Kairo-Mesir (دار التوزيع والنشر الإسلامية، القاهرة – مصر), tahun 1423 Hijriyyah atau 2002 (عام النشر: 1423 هـ – 2002 م). ad-Diyarbakri (الدِّيار بَكْري) dalam karyanya Tarikh al-Khamis (كتاب تاريخ الخميس في أحوال أنفس النفيس), juz ke-2 (الجزء الثانى من تاريخ الخميس فى أحوال أنفس نفيس) pasal kedua tentang para Khalifah Rasyidin dan para Khalifah Banu Umayyah dan Abbasi (الفصل الثانى فى ذكر الخلفاء الراشدين وخلفاء بنى أمية والعباسيين), pembahasan Abu Bakr ((ذكر أبى بكر الصديق رضى الله عنه, peristiwa Marj ash-Shafar (وقعة مرج الصفر) atau Vol. 3, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, 2009, pp. 231-232 (تاریخ الخمیس جلد3 صفحہ 231-232دارالکتب العلمیۃ بیروت2009ء).
[36] Tarikh al-Khamis, Vol. 3, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, 2009, p. 232 (تاریخ الخمیس جلد3 صفحہ 232 دارالکتب العلمیۃ بیروت 2009ء); Imam Abu al-Hasan Ahmad bin Yahya al-Buladhari, Futuh al-Buldan [Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, 2000], p. 74 (فتوح البلدان لامام ابی الحسن البلاذری صفحہ 74 دارالکتب العلمیۃ بیروت2000ء).
[37] Ibnu al-Atsir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006], p. 266 (الکامل فی التاریخ جلد2 صفحہ 266 دارالکتب العلمیۃ بیروت 2002ء).
[38] Sumber referensi: Official Urdu transcript published in Al Fazl International, pp. 5-10, 16 September 2022. Translated by The Review of Religions pada link https://www.alfazl.com/2022/09/12/55242/ dan https://www.alislam.org/urdu/khutba/2022-08-26/ (website resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional bahasa Inggris dan Urdu); https://www.alhakam.org/friday-sermon-men-of-excellence-hazrat-abu-bakr-26-august-2022/; dan www.Islamahmadiyya.net (website resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional bahasa Arab).
Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Syahid (London-UK), Mln. Hasyim dan Mln. Fazli Umar Faruq. Editor: Dildaar Ahmad Dartono.