Sejarah Masjid Pertama di London – Masjid Fazl
Khotbah Jumat Sayyidinā Amīrul Mu’minīn, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalīfatul Masīḥ al-Khāmis (أيده الله تعالى بنصره العزيز, ayyadahullāhu Ta’ālā binashrihil ‘azīz) pada 18 Oktober 2024 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford (Surrey), UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)
أَشْھَدُ أَنْ لَّا إِلٰہَ إِلَّا اللّٰہُ وَحْدَہٗ لَا شَرِيْکَ لَہٗ وَأَشْھَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُہٗ وَ رَسُوْلُہٗ
أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰہِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ۔
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اَلۡحَمۡدُلِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ۙ﴿۲﴾ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۙ﴿۳﴾ مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ ؕ﴿۴﴾إِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ إِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿۵﴾ اِہۡدِنَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿۶﴾ صِرَاطَ الَّذِیۡنَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۬ۙ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ﴿۷﴾
Besok, Jemaat Inggris akan mengadakan acara untuk memperingati 100 tahun Masjid Fazl, di mana para tamu luar, tetangga non-Muslim dan tamu lainnya juga diundang. Masjid Fazl memiliki sejarah yang penting karena merupakan masjid pertama Jemaat Ahmadiyah yang dibangun di jantung Kristen, dan dari sini ajaran dan tablig Islam yang sejati mulai disebarkan secara luas di tengah masyarakat.
Hari ini, penentang kita mengatakan bahwa Jemaat Ahmadiyah adalah tanaman yang ditanam oleh orang Inggris; tetapi anehnya, mengapa melalui “tanaman yang ditanam sendiri” oleh mereka ini, kelemahan agama orang-orang yang tinggal di Barat ini diperlihatkan di negara mereka sendiri, sementara keindahan Islam pun menjadi tersebar. Para pengkritik ini tidak memiliki taufik untuk menjalankan kegiatan tabligh seperti itu.
Ya, sebelum pembangunan Masjid Fazl, ada sebuah masjid dibangun di Woking. Masjid ini dibangun oleh orientalis terkenal G.W. Leitner, yang pensiun dari jabatannya sebagai kepala sekolah Oriental College di Lahore, kemudian kembali ke Inggris dan membangun sebuah masjid di daerah Woking pada tahun 1889. Kebetulan, ini adalah tahun yang sama ketika Jemaat Muslim Ahmadiyah berdiri dan pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Masih Mau’ud a.s., memulai Jemaat Ahmadiyah.
Profesor terkenal ini juga mendirikan lembaga studi oriental/dunia timur di sebelahnya sehingga orang Islam dapat memperoleh pengetahuan agama dan juga beribadah. Masjid yang dibangun ini menerima sumbangan besar dari Begum Shah Jahan, pemimpin Bhopal, dan dinamai sesuai namanya. Namun, profesor ini meninggal pada tahun 1899, dan masjid ini pun ditutup dan tidak ada yang merawatnya.
Kemudian, pada masa Hazrat Khalifatul Masih I r.a., Khawaja Kamaluddin Sahib datang ke sini. Beliau berusaha untuk membuka kembali masjid tersebut dan berhasil. Beliau menulis kepada Hazat Khalifatul Masih I r.a. bahwa sekarang sebuah yayasan telah dibentuk untuk masjid ini dan saya telah ditunjuk sebagai pengurusnya. Kemudian ibadah dimulai lagi di sana. Ketika masjid ini dibuka kembali, Chaudhry Zafrulla Khan Sahib juga pergi ke masjid bersama Khawaja Kamaluddin Sahib. Di sana, mereka melakukan salat nafal dan berdoa dengan sungguh-sungguh.
Selanjutnya, beberapa waktu kemudian, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. mencanangkan gerakan untuk mengirim para muballigh, tetapi dana tidak tersedia. Namun, dengan berbagai upaya, Chaudhry Fateh Muhammad Sayyal Sahib dikirim ke sini dan beliau bekerja dengan Khawaja Sahib untuk beberapa waktu. Setelah wafatnya Hadhrat Khalifatul Masih I, Khawaja Sahib tidak baiat kepada Khalifatul Masih II, sehingga Chaudhry Fateh Muhammad Sayyal Sahib meninggalkannya dan pergi ke tempat lain.
Alhasil, ini adalah masjid Woking, tetapi masjid yang secara resmi dibangun oleh suatu golongan Muslim atau dalam hal ini Jemaat Ahmadiyah adalah Masjid Fazl. Memang benar bahwa hari ini di Inggris, London, dan negara-negara Barat lainnya ada banyak masjid Muslim, tetapi Masjid Fazl memiliki kemuliaan sebagai masjid pertama di London. Kendati demikian, masjid-masjid di sini tidak menyebarkan ajaran Islam yang indah ke dunia atau negara-negara Barat dengan cara menyampaikan pesan cinta, kasih sayang, dan perdamaian kepada semua orang seperti yang dilakukan oleh masjid-masjid Jemaat Ahmadiyah.
Kemudian, ini juga merupakan karunia Allah Taala bahwa masjid-masjid lain di dunia Barat dibangun dengan bantuan pemerintah, beberapa dengan bantuan non-pemerintah, atau beberapa pemerintah Islam juga memberikan sedikit bantuan untuk pembangunan atau operasional mereka. Tetapi keistimewaan Jemaat Ahmadiyah adalah bahwa masjid-masjidnya dibangun dari candah dan pengorbanan para anggotanya. Dengan karunia Allah Taala, sekarang berkat pengorbanan Jemaat, puluhan masjid telah dibangun di Inggris dan banyak sekali masjid yang juga telah dibangun di negara-negara Barat.
Alhasil, sekarang ini saya ingin berbicara tentang Masjid Fazl, dan sesungguhnya pentingnya peringatan ini atau manfaat dari perayaan 100 tahun ini akan terwujud jika kita memenuhi tujuan dibangunnya masjid, yaitu tanggung jawab memakmurkannya. Kewajiban untuk mengubah keadaan kita, kewajiban untuk meningkatkan hubungan kita dengan Allah Taala, kewajiban untuk menghubungkan generasi kita dengan masjid. Kita harus memenuhi hak-hak Islam. Jadi, setiap Ahmadi harus ingat untuk tidak hanya puas dengan mengadakan acara atau memasang lampu hias, tetapi setiap Ahmadi harus memenuhi hak masjid ini, melihat sejarahnya, merenungkan sejarah itu, dan kemudian merenungkan keadaan kita sendiri.
Berkenaan dengan hal ini, hal mendasar yang ingin saya sampaikan pertama-tama adalah bahwa Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah menyatakan banyak hal tentang penyebaran Islam di Barat. Inilah yang menjadi dasar bagi upaya-upaya tablig kita. Di suatu tempat, mengenai penyebaran Islam di Barat, beliau a.s. bersabda dalam kaitannya dengan sebuah ru’ya:
“Demikian juga tentang terbitnya matahari dari Barat yang mana kita meyakini hal ini, akan tetapi yang ditunjukkan kepada hamba yang lemah ini dalam sebuah rukya adalah bahwa terbitnya matahari dari Barat berarti negara-negara Barat, yang semenjak dahulu berada dalam kegelapan kekufuran dan kesesatan, akan diterangi oleh matahari kebenaran dan mereka akan mendapatkan bagian dari Islam.”
Beliau a.s. menyatakan hal ini dengan penuh keyakinan. Oleh karena itu, kita hendaknya berharap bahwa Insya Allah Islam akan menyebar di negara-negara ini juga. Kemudian ada nubuatan lain dari beliau a.s., beliau a.s. bersabda:
“Aku melihat bahwa aku berdiri di atas mimbar di kota London dan tengah menjelaskan tentang kebenaran Islam dalam bahasa Inggris dengan dalil-dalil yang sangat kuat. Setelah itu, aku menangkap banyak burung yang bertengger di pohon-pohon kecil, warna mereka putih, dan tubuh mereka mungkin seperti burung puyuh. Jadi, aku menafsirkan ini bahwa meskipun bukan aku, tulisan-tulisanku akan menyebar di tengah orang-orang ini dan banyak orang Inggris yang saleh akan menjadi sasaran kebenaran. Sebenarnya, sampai hari ini, negara-negara Barat memiliki sedikit keterkaitan dengan kebenaran-kebenaran agama, seolah-olah Allah Taala memberikan pemahaman agama kepada seluruh Asia, sementara pemahaman duniawi kepada seluruh Eropa dan Amerika.”
Beliau a.s. bersabda: “Rangkaian para nabi dari awal hingga akhir juga tetap di bagian Asia, dan kesempurnaan kewalian juga diberikan kepada mereka. Sekarang Allah Taala ingin mengarahkan pandangan rahmat-Nya kepada orang-orang ini.” Maksudnya, Allah Taala ingin mengarahkan pandangan rahmat-Nya kepada orang-orang di negara-negara Barat.
Jadi inilah pernyataan, keinginan, doa, dan kabar gembira dari Hazrat Masih Mau’ud a.s., dan inilah pekerjaan yang Jemaat Ahmadiyah terus lakukan saat ini, menyampaikan pesan Islam yang sejati di Inggris dan juga di berbagai negara di dunia selain Inggris raya, yaitu di Amerika dan negara-negara Barat lainnya; dan awal mula Masjid Fazl juga untuk memenuhi tujuan ini.
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, Khawaja Kamaluddin Sahib datang ke masjid Woking terlebih dahulu, tetapi setelah wafatnya Hazrat Khalifatul Masih I r.a., beliau tidak baiat kepada khilafat, dan karena alasan ini Chaudhry Fateh Muhammad Sayyal Sahib, yang saat itu bersamanya, juga merasa sulit untuk bekerja bersama dengannya. Beliau memisahkan diri dan kemudian pindah ke tempat lain untuk memulai kegiatan tablig Jemaat Ahmadiyah dan menyebarkan pesan jemaat, dan dengan karunia Allah Taala, beliau juga meraih keberhasilan.
Singkatnya, kita dapat mengatakan bahwa Chaudhry Fateh Muhammad Sayyal Sahib adalah muballigh Jemaat Ahmadiyah pertama yang datang ke sini sebagai muballigh resmi Jemaat, dan buah pertama juga beliau peroleh, yaitu seorang bernama Tuan Coryo, seorang jurnalis. Beliau menjadi Muslim, dan setelah itu, puluhan orang lainnya menjadi Muslim Ahmadi.
Tabligh Chaudhry sahib sebagian besar dilakukan melalui ceramah. Beliau menyampaikan pesan Islam dengan cara pergi ke berbagai tempat dan memberikan pidato di berbagai perkumpulan. Kemudian dari sini, dari Qadian, Hadhrat Khalifatul Masih II memanggil kembali Chaudhry Fateh Muhammad Sayyal Sahib dan mengirim Qazi Abdullah sahib sebagai muballigh. Beliau bekerja di sini untuk beberapa waktu. Qazi Sahib juga merupakan seorang sahabat, dan dalam keadaan di mana perang telah dimulai, ini adalah pekerjaan yang sangat sulit. Perang Dunia I telah dimulai, pekerjaan tabligh menjadi sangat sulit, tetapi orang-orang ini terus menjalankan kegiatan-kegiatan tabligh.
Pada masa Qazi sahib, sebuah rumah di Star Street disewa dengan tujuan agar misi jemaat memiliki tempat yang permanen. Kemudian dalam sejarah juga tertulis bahwa sementara Qazi Sahib masih di sini, Hadhrat Khalifatul Masih II ra mengirim Hadhrat Mufti Muhammad Sadiq Sahib sebagai muballigh. Beliau tinggal di sini dari 1917 hingga Januari 1920. Pada tahun 1919, Chaudhry Fateh Muhammad Sayyal Sahib dan Maulvi Abdur Rahim Nayyar Sahib kembali dikirim ke sini, dan keduanya bekerja tanpa pamrih dalam menyebarkan tablig Ahmadiyah.
Pada tahun 1920, Chaudhry Fateh Muhammad Sayyal Sahib diberitahu oleh Hazrat Khalifatul Masih II r.a. untuk membeli beberapa tanah di Inggris di mana sebuah masjid bisa dibangun dan sebuah rumah misi yang tepat bisa didirikan untuk memulai pekerjaan di sana. Upaya kemudian dilakukan untuk ini, dan dengan dana lebih dari 2.200 pound, tempat ini dibeli di daerah Putney.
Ketika Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. menerima informasi ini, beliau saat itu tengah berada di Dalhousie. Beliau r.a. mengadakan acara besar di sana dan kemudian menentukan nama masjid tersebut sebagai Masjid Fazl. Setelah itu, dicanangkanlah gerakan pengumpulan dana agar dana yang maksimal dapat dikumpulkan untuk pembangunan masjid. Sebidang tanah ini dibeli oleh Hazrat Chaudhry Fateh Muhammad Sayyal Sahib dari seorang Yahudi. Seperti yang kita ketahui, sekarang telah dibangun kembali, tetapi pada waktu itu ada sebuah rumah dan tanah seluas sekitar satu are.
Kemudian sejarah memberi tahu kita bagaimana masjid ini berkembang lebih lanjut dan bagaimana pembangunannya berlangsung. Pada tahun 1924, selama pameran Wembley, beberapa tokoh terkemuka memiliki gagasan untuk mengadakan konferensi berbagai agama di dunia bersamaan dengan acara pameran global ini. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi tentang agama-agama lain selain Kristen, yang sudah dikenal baik oleh orang-orang Barat, dan mengundang perwakilan agama-agama tersebut ke London untuk memberikan ceramahnya. Untuk ini, mereka juga mengundang Maulvi Abdur Rahim Nayyar Sahib, yang saat itu adalah muballigh Jemaat Ahmadiyah di sini, untuk memberikan ceramah.
Maulana Nayyar mengirim berita ke Qadian tentang hal ini. Menanggapi hal ini, Hazrat Khalifatul Masih II r.a. menerima undangan tersebut dan bersabda bahwa beliau r.a. akan mengirim seorang perwakilan dari sini untuk menjelaskan keindahan Islam. Pada saat yang sama, Hazrat Khalifatul Masih II r.a. sendiri mulai menulis sebuah makalah yang menjelaskan keindahan Islam dan ajarannya yang sejati. Ini menjadi sebuah buku tebal yang beliau r.a. tulis untuk ceramah tersebut, yang sekarang telah diterbitkan dengan judul “Ahmadiyyat or The True Islam (Ahmadiyah, yakni Islam Sejati).
Setelah itu, diadakan pertemuan Syura perwakilan Jemaat di mana Hazrat Mirza Bashir Ahmad dan Hazrat Abdur Rahim Dard mengusulkan bahwa ini adalah kesempatan bagi Hazrat Khalifatul Masih r.a. untuk pergi sendiri daripada mengirim perwakilan, dan beberapa orang juga akan menemani beliau r.a.. Setelah itu, diputuskan bahwa beliau sendiri akan berangkat ke Inggris.
Beliau r.a. tiba di Eropa dengan melalui kunjungan ke Damaskus, Mesir, dan tempat-tempat lain, dan membawa beberapa orang bersama beliau r.a., termasuk Chaudhry Zafrullah Khan dan Hadhrat Mirza Sharif Ahmad. Keduanya, yakni Hadhrat Mirza Sharif Ahmad Sahib dan Chaudhry Zafrullah Khan Sahib, datang ke sini atas biaya mereka sendiri. Demikian pula, Hazrat Khalifatul Masih II ra juga memberikan sebagian biayanya sendiri.
Bagaimanapun, Hazrat Khalifatul Masih II r.a. tiba di Inggris melalui Damaskus, Mesir, Italia, Swiss, dan Prancis. Beliau tiba di sini pada tanggal 22 Agustus 1924, dan ada hal menarik di sini bahwa mengenai kedatangan yang diberkati ini, Hazrat Khalifatul Masih II r.a. sebelumnya telah diperlihatkan sebuah rukya bahwa beliau mendarat di suatu tempat di Inggris di tepi laut, dan dengan kaki berpijak pada sebatang kayu, beliau r.a. memandang ke segala arah seperti seorang jenderal yang berhasil ketika terdengar suara “William the Conqueror”, seolah-olah penaklukan ruhani Inggris ditakdirkan dengan kedatangan Huzur r.a. ke Inggris, yang sekarang telah terwujud.
Surat kabar memberitakan perjalanan Huzur r.a. dan kedatangannya di Inggris dengan sangat menonjol, dan setelah tiba di sana, beliau r.a. turun di Stasiun Victoria London. Dari pelabuhan, beliau r.a. pergi ke Victoria. Di sini beliau r.a. turun. Dari sini, beliau r.a. dan rombongannya tiba di depan gereja Katedral St. Paul yang megah yang adalah gereja terbesar di Inggris. Di sini, setelah berhenti di depannya, beliau berdoa kepada Allah, Tuhan pemilik segala Kekuatan untuk kemenangan Islam dan Tauhid, dan kemudian beliau memasuki kota. Beliau memasuki kota bersama rombongannya. Sebuah tempat kecil telah diatur sebelumnya untuk menjadi tempat tinggal beliau. Ini ada di suatu tempat yang bagus, yang telah disewa sebelumnya, yaitu berupa sebuah rumah yang besar.
Dengan disampaikannya makalah-makalah di konferensi agama, dengan adanya perjumpaan-perjumpaan pribadi, ceramah umum, dan selama periode ini berita tentang syahidnya Nematullah Khan di Kabul juga diterima, maka Jemaat Ahmadiyah mendapatkan banyak penyiaran dan banyak dibicarakan di surat kabar. Alhasil, setelah acara-acara ini, tiba saatnya untuk meletakkan batu pertama masjid, dan pekerjaan ini juga, dengan karunia Allah Taala, dilakukan dengan cara yang sangat sangat luar biasa dan berkesan.
Mengenai masjid, dalam sejarah tertulis bahwa meskipun kegiatan tablig terus berlanjut di Inggris, Hazrat Khalifatul Masih II r.a. telah memiliki gagasan untuk membangun sebuah masjid karena seringnya pindah rumah sangat merugikan keefektifan tablig. Harus ada pusat tetap bagi Jemaat. Menyewa rumah dan terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain tidak memberikan dampak yang sama karena kurangnya keteraturan. Oleh karena itu, beliau berpikir bahwa harus ada pusat yang tetap, tetapi pekerjaan ini tampaknya sulit dan tidak ada langkah nyata yang bisa diambil hingga tahun 1919.
Penyediaan dana dan menemukan tanah yang cukup di London dan di lingkungan yang baik, dan yang tidak memiliki syarat atau batasan hukum apa pun – ini adalah tantangan besar dalam membeli bangunan dan tanah di London, dan membangun suatu bangunan sesuai keinginan di atasnya. Syarat-syarat ini juga harus dipenuhi. Kemudian, yang terpenting adalah menarik perhatian orang-orang ke arah pembangunan dan pengawasannya – semua ini adalah hal-hal yang menghalangi jalannya. Namun, Allah Taala mengatur semuanya dengan cara yang terbaik dan dalam bentuk terbaik.
Pertama-tama adalah penyediaan dana, yang terjadi sebagai berikut: Setelah berakhirnya perang, ada masa ketika nilai mata uang pound mulai turun. Ketika nilai pound turun sangat rendah, Hazrat Khalifatul Masih II r.a. sangat terdorong untuk memanfaatkan kesempatan ini. Beliau r.a. menganggap ini sebagai kesempatan yang baik dan pada tanggal 6 Januari 1920, setelah memimpin shalat Dzuhur, ketika beliau hendak kembali, ada beberapa jamaah yang terlambat masih melakukan halat yang menghalangi jalan. Maka beliau r.a. berhenti di sana, duduk, dan memerintahkan kepada Nazir Baitul Mal untuk meminjam empat belas atau lima belas ribu rupee dan mengirimkannya ke Inggris, karena dengan nilai tukar yang sedang turun, maka akan mendapatkan banyak pound.
Ketika beliau r.a. kembali ke rumah setelah itu dan memberikan bentuk akhir pada gerakan ini, Nazir Baitul Mal juga menulis, kemudian beliau mengubah tulisan itu, alih-alih empat belas atau lima belas ribu, beliau menulis tiga puluh ribu, dan alih-alih sebagai pinjaman, beliau menulis kata “candah”.
Huzur r.a. bersabda bahwa seolah-olah hal itu terjadi dengan sendirinya. Beliau r.a. menulis gerakan ini dan memberikannya kepada Nazir Baitul Mal pada waktu Ashar hari itu, dan memerintahkannya untuk mengumpulkan orang-orang setelah Maghrib untuk tujuan ini. Di Masjid Mubarak, ruangannya sangat terbatas dan waktunya juga singkat untuk pengumuman, tetapi pada gerakan pertama Huzur ini, sumbangan mencapai enam ribu.
Hari berikutnya, beliau r.a. memulai gerakan di kalangan kaum ibu, kemudian pada hari itu pada waktu Ashar, kembali di antara para pria di Masjid Aqsa, dan akhirnya pada hari Jumat, 9 Januari 1920, beliau r.a. mengumumkannya secara umum dalam khotbah. Kemudian pada tanggal 10-12 Januari, sumbangan dari Qadian saja mencapai dua belas ribu; dan Jemaat yang miskin ini, orang-orang Qadian, mengumpulkan sumbangan dengan pengorbanan besar.
Huzur r.a. bersabda, “Terkumpulnya candah sebanyak ini dari Jemaat yang miskin ini tidaklah mungkin terjadi tanpa adanya pertolongan yang khusus dari Allah, dan saya percaya bahwa saat ini karunia khusus Allah Taala menyertai candah ini.”
Beliau r.a. bersabda: “Semangat dan antusiasme mereka patut disaksikan, dan hanya mereka yang telah melihatnya dengan mata kepala sendiri yang bisa menilainya dengan tepat. Semua pria dan wanita memberikan candahnya dengan penuh semangat pengorbanan. Seorang anak laki-laki, putra seorang pria miskin dan pekerja keras, mengatakan bahwa ia telah mengumpulkan tiga 13,5 rupee. Pada masa itu, 13,5 rupee memiliki nilai yang besar, dan sesuai dengan kurs yang menurun saat itu, itu akan setara dengan setidaknya 1 atau 1,5 pound.” Bagaimanapun, dia mengatakan bahwa dia telah mengumpulkan 13,5 rupee dan menyerahkannya sebagai candah.
Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda, “Entah untuk keinginan apa anak itu menabung sejumlah uang itu, tetapi semangat keagamaan telah (membuat anak itu) mengorbankan uang tersebut bersama dengan keinginan-keinginannya di jalan Allah.” Dalam pengorbanan ini, jumlah orang-orang yang ikut serta terus bertambah tanpa henti.”
Kemudian beliau r.a. memulai gerakan ini ke luar yaitu di Gurdaspur, Lahore, dll., dan diperkirakan bahwa 30.000 rupee akan terkumpul dari tiga distrik ini. kemudian beliau r.a. bersabda, “Saya takut jemaat lain mungkin merasa kecewa, jadi saya meningkatkannya lagi dan menaikkan jumlahnya menjadi 100.000 sehingga orang-orang bisa ikut serta dalam pahala ini.” Bahkan, ada seseorang yang menulis kepada Hazrat Muslih Mau’ud r.a., memohon doa agar Allah Taala memberinya kesuksesan dalam usahanya, dan sebagai ungkapan terima kasih, ia akan menanggung semua biaya pembangunan masjid Ahmadiyah di Inggris.
Hazrat Khalifatul Masih Ats-Tsani r.a. bersabda: “Saya tidak memberikan izin untuk itu karena saya tidak ingin mengecualikan siapa pun.” Alhasil, pengumpulan dana ini pun dimulai, dana terkumpul, dan jumlah ini dikirim ke Inggris melalui Bank of India, yang berjumlah 3.468 pound. Bandingkan kondisi saat ini dengan keadaan di waktu itu. Dalam rupee, semua itu berjumlah 52.000 rupee. Jumlah ini terkumpul dalam waktu satu minggu. Kemudian, dana tambahan dikirim, dan pada hari-hari itu nilai pound juga turun lagi, sehingga lebih banyak pound yang diperoleh dengan jumlah rupee yang lebih sedikit. Mata uang Pound turun dari 15 rupee menjadi 6 rupee.
Jadi, seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, pembangunan masjid ini dan peletakan batu pertamanya dimulai dengan kedatangan Hazrat Khalifatul Masih II r.a. ke sini. Batu pondasi diletakkan pada hari Minggu, 19 Oktober 1924. Sejarah mencatat bahwa pada tanggal 18 Oktober 1924, surat kabar melaporkan bahwa perkiraan cuaca untuk 19 Oktober adalah cuaca akan bagus dan matahari akan bersinar cerah, tetapi Allah Taala membuktikan bahwa perkiraan ini salah dan lalu memberikan dalil yang jelas akan keberadaan-Nya, yaitu hujan pun mulai turun sejak pagi.
Ketika hal ini sampai pada Hazrat Khalifatul Masih II r.a., beliau r.a. bersabda, “Apa yang perlu dikhawatirkan? Ini sangat baik. Dalam keadaan seperti ini, orang-orang yang akan datang untuk peresmian ini hanyalah mereka yang datang dengan ketulusan.” Beliau r.a. juga bersabda, “Hujan juga diramalkan untuk esok hari, dan kita akan melihat apakah ramalan itu terbukti atau tidak.” Bagaimanapun, beliau r.a. bersabda, “Orang-orang yang akan datang, akan datang dengan ketulusan, dan Insya Allah acara ini akan berhasil.”
Sebuah tenda kecil (marquee) yang didirikan agar orang-orang bisa duduk dan mendengarkan serta menyaksikan acara dengan nyaman. Kartu undangan dikirim ke berbagai orang, termasuk anggota parlemen, pemimpin, politisi, dan diplomat. Berbagai kalangan orang hadir. Diperkirakan, Karena waktu yang singkat, hanya sedikit orang yang akan datang, tetapi tetap banyak tamu yang hadir. Perwakilan dari berbagai negara hadir dan acara ini berhasil dalam segala hal.
Pada saat upacara, di tempat batu pondasi akan diletakkan, Hazrat Khalifatul Masih II r.a. berdiri, dan saat itu, Hazrat Hafiz Roshan Ali r.a. menilawatkan dua surat, Al-Lail dan Al-A’la. Setelah itu, Hazrat Khalifatul Masih II r.a. menyampaikan pidato, beliau r.a. bersabda:
“Hari ini kita berkumpul untuk suatu kegiatan yang benar-benar istimewa dalam coraknya, yaitu untuk meletakkan batu pondasi sebuah bangunan yang dibangun semata-mata untuk mengingat Wujud yang menciptakan seluruh alam dan untuk menampakkan penghambaan kita di hadapan-Nya. Terlepas dari negara mana seorang berasal, di bawah pemerintahan mana mereka tinggal, atau bahasa apa yang mereka gunakan, semua adalah satu di hadapan-Nya. Wujud itu adalah titik pusat di mana di hadapan-Nya, tidak ada lagi pertanyaan tentang besar dan kecil, hitam dan putih, Timur dan Barat, karena semakin dekat seseorang kepada-Nya, perbedaan-perbedaan semakin hilang dan kesamaan semakin meningkat.”
“Jadi, bangunan yang pondasinya kita letakkan hari ini adalah simbol persatuan dan kekompakan; dan keberadaan bangunan ini mengingatkan kita bahwa asal dan tujuan kita adalah satu. Karena itu, kita tidak boleh berselisih dan membuat kekisruhan karena adanya perbedaan di antara kita.”
Beliau r.a. juga bersabda: “Perbedaan memang selalu ada, dan perbedaan bukanlah hal yang asing di dunia ini. Ini sebenarnya adalah hal yang baik. Bahkan, Rasulullah saw. bersabda, “Perbedaan adalah tanda rahmat.” Perbedaan tidak membawa kerugian. Tetapi yang buruk adalah ketidakmampuan untuk bertoleransi. Yaitu, ketika ada perbedaan dan kemudian tidak bisa bertoleransi. Yakni, keinginan berlebih akan suatu kesepakatan. Artinya, setiap orang ingin agar apa yang ia katakan disetujui, tidak boleh ada perbedaan, hanya boleh ada kesepakatan. Ini tidak boleh terjadi. Sebaliknya, perbedaan pun merupakan tanda kemajuan; dan jika hal ini muncul dalam diri manusia, maka keberhasilan akan menjadi sangat dekat.”
Beliau r.a. juga bersabda, “Manusia harus memiliki kekuatan untuk bertoleransi. Orang-orang mengatakan bahwa perbedaan adalah hal yang buruk. Jika perbedaan adalah hal yang buruk, lalu apa artinya toleransi? Toleransi hanya akan ada ketika ada perbedaan. Toleransi hanya terjadi ketika terjadi perbedaan dengan sesuatu. Maka saat itulah manusia harus bertoleransi dan tidak berusaha untuk merugikan orang lain dengan cara yang salah. Jadi hal ini harus selalu diingat.”
Beliau r.a. bersabda:
“Jadi, apa yang dibutuhkan dunia adalah toleransi, yaitu orang-orang yang memiliki perbedaan keyakinan dan prinsip, tetap hidup bersama dengan kecintaan. Tentu saja, setiap orang berhak mengajak orang lain kepada apa yang dia anggap baik untuknya, karena tanpa menyampaikan, ilmu pengetahuan tidak bisa berkembang. Tetapi apa yang tidak berhak dilakukan seseorang adalah berusaha mengubah lidah dan perbuatan orang lain sebelum hati orang itu berubah, atau berusaha menyakiti orang lain karena perbedaan dalam beberapa hal. Ini adalah hal yang keliru. Memaksakan perubahan lidah dan perbuatan orang lain adalah salah. Yang harus berubah adalah hati. Jika ada paksaan, itu adalah keliru.”
Beliau r.a. juga bersabda, “Masjid dibangun untuk menanamkan jiwa semacam ini, dan Islam menyebut masjid sebagai Baitullah, yaitu rumah di mana manusia tidak berhak mengusir atau menyakiti siapa pun karena perbedaan, karena ini bukan rumahnya, tapi adalah rumah Allah.” Tapi para mullah/ulama penentang di Pakistan saat ini berpikir bahwa ini terserah mereka, mereka bisa mengatakan apa saja, dan mereka bahkan mempersulit para Ahmadi untuk pergi ke masjid.
Beliau r.a. bersabda, “Ini bukan rumah manusia mana pun, ini adalah rumah Allah, yang juga adalah Tuhan musuhnya sebagaimana Dia adalah Tuhannya. Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰهِ اَنْ يُّذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗ
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi menyebut nama Allah di dalam masjid-masjid-Nya.” (Al-Baqarah:115)
Yakni, siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi orang lain dari rumah yang dibangun untuk ibadah kepada Allah dan tidak membiarkan mereka beribadah kepada-Nya. Kezaliman ini saat ini dilakukan oleh para mullah di Pakistan atas nama Islam.
Bagaimanapun, beliau r.a. bersabda, “Sejarah membuktikan bahwa suatu kali suatu utusan Kristen dari Yaman datang menghadap Rasulullah saw. Mereka sedang berbicara dengan beliau saw. ketika waktu ibadah mereka tiba, dan mereka meminta izin kepada beliau saw, untuk pergi keluar dan beribadah. Rasulullah saw. bersabda bahwa tidak perlu pergi keluar untuk beribadah, mereka bisa melaksanakan ibadah di masjid beliau saw. Dari perintah Al-Qur’an dan amalan Rasulullah saw., terbukti bahwa pintu masjid agama Islam terbuka bagi setiap orang yang ingin beribadah kepada Allah Taala, dan masjid-masjid Islam adalah titik pusat untuk menyatukan orang-orang dari berbagai agama.”
Kemudian beliau r.a. juga bersabda, “Dengan jiwa dan semangat inilah, yang telah saya jelaskan tadi, kami, yaitu Jemaat Ahmadiyah, telah memutuskan untuk membangun masjid ini, dan saya tengah membukanya. Sebelum saya meletakkan batu pertamanya hari ini, saya ingin mengumumkan bahwa masjid dibangun semata-mata untuk ibadah kepada Allah Taala, agar cinta kepada Allah Taala dapat ditegakkan di dunia dan agar orang-orang dapat berpaling kepada agama, yang tanpanya tidak akan ada kedamaian dan kemajuan sejati. Kami tidak akan pernah mencegah siapa pun yang ingin beribadah kepada Allah Taala untuk beribadah di dalamnya, asalkan ia mematuhi aturan yang ditetapkan oleh para pengelolanya untuk pengelolaannya, dan asalkan ia tidak mengganggu ibadah orang-orang yang membangun masjid ini untuk memenuhi keperluan keagamaan mereka. Saya yakin bahwa semangat toleransi yang akan diciptakan melalui masjid ini akan membantu menghilangkan kekisruhan dan kekacauan dari dunia dan membantu menegakkan perdamaian dan keamanan, dan hari-hari akan segera tiba ketika orang-orang akan meninggalkan perang dan pertengkaran dan hidup bersama dengan cinta dan kasih sayang, dan seluruh dunia akan menyadari bahwa sebagaimana Pencipta seluruh umat manusia adalah satu, mereka harus hidup dengan cinta dan kasih sayang yang bahkan lebih dari kepada saudara dan saudarinya; dan alih-alih menjadi penghalang dalam kemajuan satu sama lain, mereka harus saling membantu untuk maju; karena sebagaimana seorang ayah tidak pernah suka anak-anaknya bertengkar satu sama lain, demikian juga Allah Taala tidak pernah suka makhluk-Nya terus terlibat dalam perang dan pertengkaran satu sama lain.”
Kemudian beliau r.a. bersabda, “Perang terjadi karena pertama, manusia jauh dari Allah Taala. Maka dari itu, Allah Taala telah mengutus Hazrat Masih Mau’ud a.s., pendiri Jemaat Ahmadiyah, untuk tujuan ini. Perang terjadi karena manusia jauh dari Allah Taala, dan untuk menyatukan semua orang, Allah Taala telah mengutus Hazrat Masih Mau’ud a.s. pada zaman ini untuk mengarahkan orang-orang kepada Allah Taala, menghilangkan perbedaan di antara manusia, dan menciptakan persatuan dan cinta di antara manusia.”
“Maka Jemaat Ahmadiyah, dengan karunia Allah Taala, akan terus berusaha menghapuskan semua peperangan etnis dan politik ini. Kami berharap bahwa setiap orang yang berfitrat suci dari berbagai agama di setiap negara akan turut membantu dalam upaya-upaya ini untuk menegakkan perdamaian; dan tanda-tanda dari hal ini juga tengah terlihat, seperti saat ini, yakni pada saat itu berbagai macam orang hadir. Orang-orang terhormat dari berbagai bangsa hadir dalam pertemuan ini, dan ini menunjukkan bahwa kita sedang berkumpul bersama.”
Bahkan setelah seratus tahun, pada masa ini juga, kita telah melihat bahwa hari ini juga, dengan karunia Allah Taala, banyak orang dari berbagai bangsa dan agama ketika datang, mereka mengatakan bahwa di atas program Jemaat Ahmadiyah lah kita semua menjadi satu.
Di masjid ini, seperti yang Anda lihat, siapa saja yang pergi ke masjid Fazl, atau yang salat di Masjid Fazl akan melihat, dan mungkin juga telah melihat, bahwa Hazrat Khalifatul Masih II r.a. telah memasang sebuah plakat yang bertuliskan:
“Saya, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih II r.a., Imam Jemaat Ahmadiyah yang berpusat di Qadian, Punjab, India, demi meraih keridaan Allah, dan dengan tujuan agar Zikir Ilahi (mengingat Allah Taala) menjadi ditinggikan di Inggris raya, dan agar orang-orang Inggris juga dapat mendapatkan bagian dari keberkatan yang telah kami terima, maka pada hari ini, 20 Rabi’ul Awwal 1343 H, saya meletakkan pondasi masjid ini dan berdoa kepada Allah agar Allah Taala menerima usaha tulus dari segenap pria dan wanita di Jemaat Ahmadiyah ini, dan menciptakan sarana untuk kemakmuran masjid ini, dan untuk selamanya menjadikan masjid ini sebagai pusat penyebaran pemikiran-pemikiran kebaikan, ketakwaan, keadilan dan kasih sayang, dan semoga tempat ini menjadi matahari kerohanian untuk menyebarkan sinar-sinar nur Hazrat Muhammad Mustafa Khatamun Nabiyyin saw. dan Hazrat Ahmad Masih Mau’ud a.s., Nabi Allah secara buruzi/bayangan dan wakil Muhammad ‘alaihiṣ-ṣalātu was-salām ke penjuru negeri ini dan juga negeri-negeri lainnya. Ya Allah, kabulkanlah permohonan ini. 19 Oktober 1924.'”
Dengan karunia Allah Ta’ala, pondasi Masjid Fazl ini diletakkan dengan doa-doa ini, dan berbagai surat kabar menyebarkan berita ini secara luas, menerbitkan berbagai kutipan dari pidato Hadzat Muslih Mau’ud r.a. di surat kabar mereka, dan sangat memuji pekerjaan Jemaat. Saya telah menyampaikan beberapa hal, menyampaikan ringkasan dari pidato beliau r.a., yang mana rinciannya cukup panjang. Bagaimanapun, siapa saja yang ingin membacanya dapat membacanya dari sumber aslinya.
Pada akhirnya, masjid ini selesai dibangun dan diresmikan dua tahun kemudian pada tahun 1926. Raja Faisal, yang saat itu masih pangeran, seharusnya meresmikannya. Ayah beliau telah mengatakan bahwa beliau boleh pergi dan beliau telah mendapat izin untuk datang, tetapi kemudian karena adanya perlawanan dari beberapa orang Islam, raja lalu mencegahnya. Kemudian Sheikh Abdul Qadir yang hadir untuk meresmikannya, dan beliau menyampaikan dengan kata-kata yang sangat jelas, “Saya bukan seorang Ahmadi, tetapi meskipun demikian, kita ingin melayani Islam, karena itu kita harus saling membantu di atas perbedaan-perbedaan ini.” Alhasil, ini adalah keberanian dan kelapangan hati yang beliau tampakkan. Semoga Allah Taala juga memberi beliau ganjaran untuk ini.
Jadi, ini adalah sejarah singkat Masjid Fazl, dan inilah alasan pembangunan masjid ini, yaitu untuk menyebarkan Islam di Barat. Jadi hari ini, seperti yang saya sampaikan, kita tengah mengadakan perayaan untuk memperingati 100 tahun, perayaan ini bukan untuk tujuan duniawi, tetapi seperti yang telah dijelaskan oleh Hazrat Muslih Mau’ud r.a., sesuai dengan sabda dan petunjuk Hazrat Masih Mau’ud a.s., masjid ini adalah tempat di mana orang-orang berkumpul untuk beribadah kepada Allah Taala, beribadah kepada Tuhan Yang Esa, saling memenuhi hak satu sama lain, dan juga harus memperbaiki diri secara rohani dan meningkatkan akhlak.
Di zaman ini ketika orang-orang melupakan Tuhan, pentingnya masjid menjadi sangat meningkat. Menurut ajaran Allah Taala, tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah, dan manusia sedang semakin menjauh dari hal ini. Jadi hari ini kita harus berusaha untuk memenuhi hak ibadah dan juga mengarahkan perhatian orang-orang di sekitar kita, anak keturunan kita, menekankan mereka bahwa kehidupan sejati dan kelangsungan hidup kita terletak pada beribadah kepada Allah Taala, memenuhi hak-Nya, memenuhi hak makhluk-Nya, dan mengikuti perintah-perintah-Nya. Hanya dengan cara inilah kita dapat berhasil membawa dunia ke dalam kedamaian dan kerukunan, dan kita dapat menjalani hidup di dalamnya; jika tidak, tidak ada yang tersisa selain kekacauan dan perselisihan seperti yang kita lihat saat ini. Jadi setiap Ahmadi harus mengingat tujuan ini.
Rasulullah saw. bersabda, “Sukailah untuk orang lain, Apa yang kalian sukai untuk diri kalian sendiri.” Berdasarkan ajaran ini, maka menjadi kewajiban setiap Ahmadi untuk menyampaikan, memperkenalkan, dan menyebarkan pesan Islam ini, yang merupakan pesan cinta, kasih sayang, hidup dalam kedamaian, dan penyelesaian perbedaan ini, kepada dunia, karena inilah yang menjamin kelangsungan hidup manusia, tidak ada yang lain. Jika tidak, generasi mendatang akan terus jatuh ke dalam jurang kehancuran dan kemusnahan, dan karena peperangan ini, tidak mustahil generasi yang akan lahir di masa depan akan cacat, pincang, dan lumpuh. Jadi dari sudut pandang ini juga, penting untuk menyampaikan hal ini kepada segenap orang.
Semoga Allah Taala memberi kita semua kemampuan untuk memenuhi hak masjid ini dan juga hak setiap masjid. Bukan hanya Masjid (Fazl) ini, tetapi setiap Ahmadi di mana pun harus berusaha untuk memakmurkan setiap masjid dan memenuhi haknya, dan memenuhi kewajiban ibadah mereka. Kita harus memenuhi kewajiban menyampaikan pesan Allah Taala dan kewajiban tablig Islam, dan menjadi Muslim sejati yang untuk itu Allah Taala mengutus Rasulullah saw., dan di zaman ini Dia telah mengutus hamba sejatinya, agar era kebangkitan kedua Islam dapat dimulai kembali, dan pemerintahan Islam dan Tuhan Yang Esa dapat ditegakkan di dunia, dan bendera Rasulullah saw. dapat berkibar di dunia. Semoga Allah Taala memberi kita semua taufik untuk melakukannya.[1]
[1] Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Shd., Mln. Fazli Umar Faruq, Shd. Editor: Mln. Muhammad Hasyim