Terorisme Agama, Penyebab dan Penanggulangannya

Download

Naseer Ahmad Qomar, Editor Al-Fazl Internasional, London, UK

Ahmadiyya Gazette USA

Saat ini, seluruh dunia memandang Islam sebagai agama teroris yang agresif. Seringkali, pembunuhan terhadap orang yang tidak bersalah, bom bunuh diri dan aksi terorisme dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai Islam, walaupun pada kenyataannya, tindakan pemberontakan tersebut tidak ada kaitannya dengan Islam. Sebaliknya, tanggung jawab atas semua kejahatan dan pemberontakan tersebut terletak pada mereka yang disebut sebagai ulama Islam tertentu, yang di masa setelah Kenabian dan Kekhilafahan, secara keliru memahami persoalan Jihad, dengan menganggap bahwa pembunuhan dengan pedang terhadap orang lain adalah sebuah tugas agama. Orang-orang ini, karena distorsi hati mereka, telah keliru menafsirkan beberapa ayat mutasyabihat Al-Quran dengan menyamakan Jihad Islam dengan pemberontakan, dan mengaitkan keyakinan yang tidak masuk akal itu terhadap Islam.

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Hazrat Masih Mau’ud) menjelaskan:

“Islam adalah sebuah agama, yang tidak membutuhkan dukungan pedang dalam penyebarannya. Sebaliknya keunggulan yang melekat pada ajarannya , kebenaran/makrifat, pencerahan, penalaran, argumen dan bantuan langsung dari Allah swt berupa tanda dan perhatian khusus-Nya adalah hal-hal yang selalu mendorong kemajuan dan perkembangannya… Risalah Islam tidak perlu adanyanya paksaan dalam penyebarannya… Menunjuk bahwa Ghazi [1]di Frontier Region (Daerah Perbatasan) [2] yang melakukan pemberontakan atas nama Jihad adalah pemikiran yang tidak masuk akal, tidak lain itu adalah kebodohan dan ketidaktahuan dengan menyebut para pemberontak ini dengan nama Ghazi. Jika orang-orang Islam tuna ilmu yang bahkan memiliki simpati sedikit saja kepada orang-orang ini dengan pertimbangan mereka telah melakukan Jihad, aku katakan yang sebenarnya, bahwa mereka – yang menyebut pemberontak itu sebagai ghazi dan memuji mereka yang membawa nama buruk kepada Islam – adalah musuh Islam…. Di Inggris, Perancis dan negara-negara Eropa lainnya, Islam sangat dikritik keras karena dianggap disebarkan dengan paksaan… Hal yang sebenarnya adalah pemberontakan ini telah disebarkan oleh para Maulwi, yang merupakan orang Muslim yang sembrono. Mereka tidak mengerti hakikat Islam, dan memberi kesempatan kepada orang lain mengajukan keberatan karena keyakinan yang mereka buat. Keyakinan yang diciptakan oleh mereka sangat sangat menyokong orang-orang Kristen. Jika mereka tidak menipu orang-orang lain tentang Jihad atau salah memahami makna Jihad, maka tidak akan ada yang dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengkritik Islam.” (Malfuzat, volume 3, p. 176, 177)

ھمہ عیسائیاں  رااز مقال خود مدد دادند           دلیری ہا پدید آمد پرستارران میّت را

Hameh  Isaaiyyan ra az maqal khood madad dadand

Dalairii ha padiid aamad parastaaran mayyat ra

Mereka membantu semua orang Kristen dengan keyakinan mereka, yang karenanya menjadi sebab keberanian para pemuja orang mati.

Tafsir Jihad Yang Keliru

Hakim yang Adil zaman ini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad telah membahas masalah ini secara rinci dalam bukunya Pemerintah Inggris dan Jihad, dan berbagai buku lainnya.

“Falsafah dan hakikat Jihad adalah masalah yang kompleks dan rentan. Kesalahan fatal telah dibuat di masa kita dan di abad pertengahan [Islam] karena orang-orang gagal dalam memahami masalah ini. Dengan sangat menyesal aku terpaksa mengakui bahwa kesalahan-kesalahan berbahaya tersebut telah menjadikan agama suci Islam, yang tidak lain merupakan cermin dari hukum alam dan manifestasi keagungan Allah, sasaran kritik para penentangnya. (Pemerintah Inggris dan Jihad,)

Sudah menjadi kebiasaan para orientalis dengan menerbitkan kutipan-kutipan tafsir umat Islam, dan kemudian mereka menghina Islam dan memprovokasi lawan mereka dengan menggunakan kutipan-kutipan tersebut.

Di masa sekarang, diantara saudara Muslim yang sembrono, Maulwi Abul A’la Maududi, pendiri Jamaat Islami, sangat menonjol. Maududi telah menghubungkan penafsiran keliru dan tidak tepat terhadap Al-Quran dan Rasulullah saw, sehingga gema penafsirannya itu sering didengungkan dalam tulisan-tulisan para penulis Barat dan musuh-musuh Islam. Beberapa tahun yang lalu, pada tahun 1999, sebuah buku yang berjudul God, Muhammad and the Unbelievers – A Quranic Study, yang diterbitkan oleh Curzon Press yang ditulis oleh seorang penulis Barat, David Marshal. Sang penulis menghubungkan pemaknaannya sendiri terhadap berbagai ayat Al-Quran yang sangat bertentangan dengan ayat Al-Quran, yaitu dengan menampilkan Islam sebagai agama yang kejam, dan ia menulis bahwa orang-orang Islam telah diajarkan untuk berperang melawan orang-orang kafir sampai mereka menerima Islam atau mereka akan dibunuh.

Untuk mendukung pandangannya, dia secara khusus mengutip tulisan dari buku MaulwiAbul A’la Maududi, yang menyatakan bahwa Maulwi Maududi adalah satu-satunya orang yang benar-benar memahami pesan Al-Qur’an. (God, Muhammad and the Unbelievers – A Qur’anic Study, pp.191-197)

Hadhrat Masih Mau’ud mengatakan:

“Orang-orang yang menyebut diri mereka Muslim, tetapi meyakini bahwa Islam harus disebarkan dengan pedang, ia tidak menyadari keunggulan inheren Islam, dan tindakan mereka layaknya seperti tingkah binatang. (Tiryaqul-Quluub, Ruhani Khaza’in, Vol.15, p.167)

Beliau menulis juga.

“Almasih yang dijanjikan datang ke dunia ini untuk menghapuskan gagasan mengangkat pedang demi agama… Pada saat ini Allah taala berkehendak untuk menghapuskan semua keberatan yang diajukan oleh orang-orang fasik terhadap agama Islam yang murni. (Malfuzat, Vol.3, p176, published in London)

Pada saat ini, dalam mengikuti langkah Hadhrat Masih Mau’ud dan penerus beliau, Khalifatul Masih ke-5, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad telah membuat gerakan besar untuk menghapuskan gagasan mengangkat pedang atas nama agama. Beliau telah terlibat dalam Jihad hakiki dengan penyebaran pesan damai Islam di seluruh dunia yang dengan bantuan Allah taala telah meraih keberhasilan dan pencapaian besar sesuai dengan ajaran Al-Quran, hadits dan teladan sejati Rasulullah saw. Huzur telah memberikan perhatian khusus pada persoalan ini sejak masa awal keKhilafatannya, dan berulang kali menyampaikan ajaran Islam yang damai dan hakikat Jihad dalam khutbah-khutbah dan ceramah kepada anggota Ahmadiyah maupun umum. Beliau juga menarik perhatian anggota Ahmadi untuk menyebarkan pesan perdamaian Islam di dunia. Adalah tugas kita untuk mengambil peran dalam skema besar ini dengan mengikuti langkah pemimpin kita, dan saat kita mengekspose musuh internal Islam kita seharusnya tidak hanya menerapkan ajaran Islam damai untuk diri kita sendiri, tetapi juga mengajak orang lain bergabung dalam Islam yang damai, dan terus melakukannya sampai ketika dunia yang diliputi oleh segala jenis kesalahan dan pembunuhan yang keji, dipenuhi dengan keadilan, kedamaian dan persahabatan.

Bantahan Konsep Jihad yang kejam

Secara singkat kami telah sebutkan bahwa alasan sebenarnya dari ekstremisme agama, penindasan, kekerasan dan terorisme oleh sebagian Muslim yang degil, adalah pemahaman yang keliru mengenai persoalan Jihad yang diadopsi oleh beberapa ulama Islam yang dikenal dengan sebutan Maulwi.

Sang Ma’mur zaman,  sang penengah dan hakim yang adil, Hadhrat Masih Mau’ud telah menjelaskan secara komprehensif dari berbagai aspek terhadap persoalan ini di dalam dua buku beliau, Pemerintahan Inggris dan Jihad’ dan ‘Damimah Risalah-e-Jihad‘. Dalam buku-buku tersebut, selain menjelaskan makna hakiki Jihad dengan mengacu pada Al-Quran, hadits dan sunnah Rasulullah saw, beliau juga menyangkal konsep Jihad yang keliru yang dilakukan oleh umat Islam tertentu. Demikian pula, ketika menjelaskan pelaku dari konsep Jihad yang keliru itu, beliau menjelaskan secara rinci metode kejahatan mereka, dan bahaya yang akan dihadapi umat Islam akibat ulah mereka, dan beliau memberi saran yang penting dan konkret untuk pemberantasan terorisme agama dan pembentukan perdamaian umum, tanpa itu, tidak mungkin memberantas fanatisme agama.

Beliau menulis:

“Mereka yang memiliki pandangan, bacalah hadits dan renungkanlah Al-Quran dan pahamilah bahwa jenis Jihad yang dipraktikkan oleh sebagian besar para barbar saat ini bukanlah Jihad Islam. Sebaliknya, aktifitas sesat yang telah menyebar di tengah-tengah umat Islam itu didorong oleh nafsu amarah (jiwa yang mengasut pada kejahatan) atau karena keinginan yang mudah untuk mendapatkan surga. (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Demikian pula Beliau menulis:

“… Praktik yang lazim di kalangan umat Islam yang menyerang para penganut agama lain, yang mereka sebut Jihad, itu bukanlah Jihad yang sesuai dengan hukum Syariat. Sebaliknya, ini adalah maksiat yang besar dan pelanggaran terhadap perintah yang jelas dari Allah dan Rasul-Nya (saw) (Pemerintah Inggris dan Jihad, Ruhani Khaza’in, Volume 17, p.17)

Selanjutnya  beliau menulis:

“Mereka harus ingat bahwa pemahaman mereka tentang Jihad sama sekali tidak benar, dan rasa simpati pada manusia adalah korban pertamanya. (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Beliau mengatakan:

“Dapatkah dikatakan sebagai tindakan yang baik, misalnya terdapat seorang yang berjalan di pasar yang tenggelam dalam pikirannya sendiri, ia benar-benar asing bagi kita, dan bahkan kita tidak tahu namanya, dan juga tidak mengenalnya, tetapi kita menembakkan pistol ke arahnya dengan maksud untuk membunuhnya? Apakah ini tindakan religius? Jika ini tindakan yang baik, binatang jauh lebih baik daripada manusia dalam hal melakukan perbuatan baik…Apakah Allah memerintahkan kita untuk membunuh seseorang tanpa bukti kejahatan, atau membunuhnya dengan pistol sementara kita tidak mengenalnya, dan dia juga tidak mengenal kita? Dapatkah agama semacam itu berasal dari Allah yang menganjurkan untuk membunuh orang-orang yang tak berdosa tanpa alasan atau persyaratan, dan bahkan kita belum menyampaikan pesan kepada mereka, apakah hal itu dapat membawa kita ke surga? Sungguh menyedihkan dan memalukan, bahwa seseorang, yang kita tidak memiliki permusuhan sebelumnya, dan benar-benar asing bagi kita, dan pada saat ia membeli sesuatu untuk anak-anaknya di sebuah toko, atau sibuk dalam aktifitas yang dibenarkan lainnya, tetapi kita, tanpa alasan apapun, menembakkan pistol kepadanya, sehingga membuat istrinya menjadi janda, anaknya menjadi yatim , dan rumahnya menjadi tempat berkabung. Hadits manakah yang menyebutkan praktik ini? Ayat Al-Quran mana yang menyebutkan hal ini? Adakah Maulwi yang dapat menjawabnya? Orang-orang bodoh mengetahui kata Jihad, dan menjadikannya sebagai alasan untuk memenuhi ego pribadi mereka yang sia-sia, atau melakukan tindakan kejam itu karena kegilaan mereka… Jika tidak ada muslim yang dibunuh karena alasan agama, aku bertanya-tanya, dibawah otoritas apa mereka membunuh orang-orang yang tidak bersalah? (Pemerintah Inggris dan Jihad, Ruhani Khaza’in, Volume 17, p.11-13)

Pada saat ini, pembunuhan terhadap orang yang tidak bersalah dan tidak berdosa di masjid-masjid, tempat ibadah, pesawat terbang, kereta api, bus, tempat-tempat umum, dalam pertemuan-pertemuan umum dengan menggunakan perangkat remot kontrol atau bom bunuh diri, atau penembakan membabi buta, juga merupakan wujud yang membayakan dan kejam dari terorisme tersebut.

Ulama Bertanggungjawab Atas Fanatisme Agama, terorisme dan pembantaian yang keji

Masih Mau’ud dalam bukunya yang terkenal telah menyebut para Ulama sebagai sosok yang bertanggung jawab atas fanatisme agama, terorisme, dan pembantaian yang tak dapat dibenarkan, baik Ulama Islam maupun pendeta Eropa. Dalam menyebutkan ulama Islam, beliau mengatakan:

“Perlu diingat bahwa ulama Islam saat ini (yang disebut dengan Maulwi) benar-benar keliru dalam memahami dan menggambarkan Jihad kepada masyarakat umum. Naluri kekerasan masyarakat telah berkobar, alhasil mereka telah menanggalkan nilai-nilai mulia kemanusiaan. Inilah fakta yang telah terjadi. Aku tahu dengan pasti bahwa para Maulwi yang gigih menyebarkan doktrin kejam itulah yang bertanggung jawab atas pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran sempit, egois yang tidak tahu menahu mengapa Islam terpaksa harus berperang dalam sejarah awalnya.” (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Demikian pula, Masih Mau’ud mengatakan:

“Semoga Allah membawa para Maulwi tersebut kembali ke jalan yang benar. Mereka telah menyesatkan orang-orang supaya percaya bahwa kunci surga itu terletak pada keyakinan yang menindas, kejam dan tindakan yang tak bermoral. (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Beliau mengatakan:

‘Semoga Allah swt membawa para maulwi yang sesat ini ke jalan yang benar.  Mereka telah menyesatkan umat dengan mempercayai bahwa kunci ke surga terletak pada kepercayaan yang menindas, kejam dan sangat tidak bermoral.

Lebih lanjut beliau mengatakan:

“Mereka menganggap Jihad sebagai kewajiban dalam hati mereka, hanya sedikit diantara mereka yang berpikir sebaliknya. Mereka sangat mematuhi doktrin Jihad mereka – yang benar-benar keliru dan bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits – dimana mereka menyebut ‘dajjal’ (Anti Kristus) dan menganjurkan pembunuhan kepada siapapun yang keberatan. Fatwa semacam ini telah diujukan terhadapku beberapa waktu yang lalu.” (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Pernyataan dan fatwa para maulwi semacam itu pada umumnya dipublikasikan dan dikenal luas, provokasi mereka, dan permainan mereka dalam memainkan perasaan publik untuk meyakinkan mereka dalam menumpahkan darah adalah fakta yang nyata. Kini, selain media pers, video dan pernyataan mereka juga tersedia di media elektronik. Oleh karena itu kita tidak perlu untuk memuatnya disini.

Rasulullah saw telah menggambarkan jenis fitnah dan perilaku ulama sebagai ‘babi’ (Lihat hadits Kanzul Ummal)[3], yang merujuk pada sifat mereka, seperti babi yang menghancurkan tanaman – dan disamping sebagai hewan herbivora babi kadang-kadang memakan bayinya sendiri – begitu juga para ulama tersebut, sama halnya dengan Yahudi, mereka juga akan menghancurkan taman Islam. Meskipun begitu orang-orang akan menjadi musuh mereka karena tindakan mereka sendiri. Bukannya memperlihatkan kesabaran, keteguhan dan toleransi yang baik, mereka telah memenuhi dengan kecerobohan, ketidaktahuan, dan akhlak yang buruk.

Sumber Pemberontakan

Seratus tahun yang lalu peringatan tentang tindakan pemberontakan para musuh masyarakat ini (para ulama) telah dikatakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud:

“Mereka adalah sumber pemberontakan yang dihadapi oleh setiap pemerintahan. Mereka memiliki kendali atas masyarakat awam dan dapat menciptakan kekacauan dengan mengubahnya ke arah manapun yang mereka inginkan. (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Kebenaran analisa Ma’mur zaman ini, telah terbukti nyata seperti terangnya siang. Tidak diragukan lagi, bagi setiap pemerintahan (Muslim atau non-Muslim), penyebab pemberontakan adalah orang-orang ini. Mereka mengeluarkan api ketika berbicara. Tulisan-tulisan mereka adalah adalah gambaran pancaran api. Melalui pidato-pidato yang berapi-api mereka memicu kebencian sehingga dapat membakar kedamaian sosial menjadi abu.

Teroris Global

Imam Akhir Zaman, Hadhrat Masih Mau’ud 100 tahun yang lalu telah menunjukkan bahaya penyebaran paham mereka di seluruh dunia. Beliau mengatakan bahwa orang-orang ini berpikiran:

“Sayangnya, umat Islam – khususnya para Maulwi – mengabaikan semua peristiwa ini dan menganggap seluruh dunia sebagai mangsa mereka. Sebagian para Maulwi, laksana pemburu yang merunduk diam-diam mengintai rusa di hutan, dan menembakkan senapannya di saat yang tepat. Mereka tidak tahu menahu tentang belas kasihan terhadap umat manusia. Menurut mereka, menembakkan pistol atau senjata kepada orang yang tidak bersalah merupakan tindakan kebajikan dalam Islam.” (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Kebohongan, kemunafikan Ulama Bermuka Dua

Hadhrat Masih Mau’ud dalam buku singkatnya Pemerintah Inggris dan Jihad, menunjukkan bahwa ular-ular melata ini, merupakan musuh bagi umat manusia, beliau memperingatkan kita supaya waspada terhadap gelagat buruk para Mullah tersebut; berbohong, munafik, sifat bermuka dua. Beliau menasihati kita:

Terkait:   Terorisme Tidak Pernah Dibenarkan oleh Rasulullah

“Saat para Maulwi ini berjumpa dengan penguasa saat ini, mereka membungkukkan badan seakan siap untuk bersujud; tetapi di kalangan mereka sendiri, mereka berulang kali menegaskan bahwa negara ini adalah ‘darul harb’ (zona perang). Mereka menganggap Jihad sebagai kewajiban dalam hati mereka, hanya sedikit dari mereka yang berpikir sebaliknya. (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Kebenaran pernyataan Huzur tersebut merupakan fakta yang nyata, dan karakter yang disebutkan oleh Huzur itu memudahkan kita untuk mengidentifikasi orang-orang seperti ini. Demi kepentingan pribadi atau materi, atau karena takut tertangkap atau karena tekanan, terkadang ulama-ulama ini membuat pernyataan di hadapan pihak yang berwenang atau media-media internasional bahwa mereka bukanlah pendukung konsep Jihad yang kejam, atau fanatisme dan ekstremisme agama. Namun di belakang layar hal itu adalah bagian kepercayaan mereka. Anda akan menjumpai doktrin-doktrin tersebut disebutkan dan diajarkan di buku-buku, pidato dan sekolah mereka.

Oleh karena itu, selama doktrin mereka belum berubah atau selama buku dan sekolah mereka tetap mengajarkan konsep Jihad Islam yang keliru, penyataan mereka tidak dapat dipercaya. Karena antara doktrin dan praktiknya memiliki hubungan yang kuat satu sama lain. Sebuah ideologi dan doktrin yang kejam tidak akan pernah dapat melahirkan tindakan yang benar. Oleh karena itu, tanpa adanya reformasi ideologi, doktrin dan hati, perdamaian dan reformasi suatu bangsa tak lebih hanya hayalan semata.

Disini, perlu ditekankan, bahwa kami tidak mengatakan bahwa semua ulama Islam mengikuti pandangan jahat seperti ini, sebagaimana dikatakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud, “Terdapat minoritas orang-orang yang tidak memiliki pandangan seperti itu.”

Memang sangat disayangkan, mayoritas ulama memiliki pandangan pemberontakan seperti ini, atau dibawah pengaruh pemikiran ini, dan orang-orang yang tidak meyakini konsep Jihad yang berdarah tersebut, sangat sedikit yang memiliki keberanian untuk mengkonfrontasi para Mullah Jihadis, dan menyebarkan konsep Jihad Islam yang benar.

Musuh Tersembunyi Pemerintah

Masih Mau’ud telah menyatakan bahwa para Mullah, yang yakin akan ideologi Jihad yang kejam merupakan musuh tersembunyi pemerintah, dan penjahat, begitupun mereka dianggap tidak taat dihadap Allah taala. (Pemerintahan Inggris dan Jihad)

Sayangnya, pada saat itu pihak berwenang tidak menaruh perhatian pada kata-kata Sang Penengah dan Hakim Adil zaman ini, dan mereka tidak melakukan identifikasi musuh-musuh tersembunyi di waktu yang tepat. Akibatnya, musuh-musuh ini terus mendapatkan kekuatan. Lebih jauh lagi, terjadilah ketidakadilan saat pemerintahan suatu negara menjalin hubungan yang dekat dengan para penghasut pemberontakan ini, dan memanfaatkan mereka tanpa batas untuk kepentingan pribadi dan tujuan politik mereka. Mereka mendukung para Mullah ini dalam skema penghasutan dan pemberontakan mereka, sehingga semakin menambah kemampuan jahat mereka. Akibatnya, orang-orang buas ini memainkan permainan yang dipenuhi darah orang-orang yang tak bersalah dan secara terbuka menyebabkan kekacauan di masyarakat.  Ketika orang-orang ini yang kecanduan terhadap penumpahan darah menyerang pemerintahan dan pendukung mereka sendiri dalam mencari kesempatan, hal ini membuka mata mereka, mereka menyatakan diri sebagai binatang buas yang haus darah, ancaman terbesar terhadap kemanusiaan dan memutuskan untuk menghabisi dan membunuh mereka.

Misionaris Eropa: Bertanggung Jawab Atas Tindakan Pembantaian

Hakim Adil, Hadhrat Masih Mau’ud dalam bukunya Pemerintahan Inggris dan Jihad dan Damimah Risalah-e-Jihad, telah menjatuhkan putusan bersalah terhadap pembunuhan tak berdasar dan insiden terorisme, meletakkan tanggungjawab ini kepada para misionaris Kristen Eropa, yaitu para pastor selain para Maulwi dan sebagaimana seratus tahun yang lalu analisa beliau berdasarkan kebenaran, dan hal itu juga sangat sesuai dengan dengan situasi saat ini. Huzur mengatakan:

‘Pada titik ini, dengan sangat menyesal aku katakan bahwa, meskipun para Maulwi jahil telah menyerukan kepada masyarakat umum untuk merampas dan membunuh dengan menyebutnya sebagai tindakan Jihad, para Misionaris Kristen juga telah melakukan hal serupa. Yaitu dengan membuat ribuan publikasi, jurnal dan selebaran dalam bahasa Urdu, Pashto dan bahasa lainnya, yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan pedang. Literatur ini, yang mereka sebarkan di India, Punjab dan Daerah Perbatasan, secara keliru menyatakan bahwa Islam identik dengan kekerasan. Ketakutan masyarakat akan meningkatnya kekerasan meningkat sebagai akibat dari paduan pernyataan para Maulwi dan Misionaris Kristen.” (Pemerintah Inggris dan Jihad).

Masih Mau’ud menulis bahwa penyebab dari berbagai pembunuhan adalah karena konsep Jihad yang salah karena perbedaan agama, dan lebih lanjut, dalam mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab akan hal ini, Huzur mengatakan:

“Aku sangat yakin bahwa praktik barbar di Perbatasan Afganistan, yang mengakibatkan hampir setiap hari pembunuhan kepada orang-orang yang tak bersalah memiliki dua sebab:

  • Pertama, para Maulwi tersebut, yang sangat yakin bahwa membunuh orang dari agama lain – terutama umat Kristiani – adalah tindakan kebajikan yang besar dan tindakan pembunuhan tersebut membuka pintu surga yang tak dapat dicapai melalui Shalat, Haji, Zakat atau perbuatan baik lainnya. Aku menyadari betul para Maulwi ini diam-diam menyebarkan paham ini kepada orang-orang. Ketika masyarakat awam mendengar khutbah-khutbah seperti ini siang dan malam, hati mereka – yang berbeda tipis dengan hewan – menjadi sangat terpengaruh. Mereka menjadi laksana binatang pemangsa, yang tanpa belas kasih dalam diri, melakukan tindakan mengerikan yang membuat bulu kuduk Meskipun Afganistan dan Daerah Perbatasans penuh dengan MaulwiMaulwi yang terus menyebarkan paham seperti ini, menurutku Punjab dan India juga tidak terluput dari para Maulwi semacam itu. Pemerintah kita harus berpikir ulang jika meyakini bahwa para Maulwi negeri ini bersih dan tidak memiliki pandangan seperti itu. Menurut pendapatku bahwa sebagian besar ulama Jahil dan dan pemarah yang tinggal di masjid- masjid tidak luput dari pandangan jahat seperti itu.

Aku akan memandang mereka tidak bersalah apabila pendapat mereka sesuai dengan Kitab Suci Al-qur’an, karena sebenarnya seseorang memang lemah dalam hal keimanan. Bagaimanapun, apa yang aku  katakan ini adalah kebenaran bahwa mereka mengabaikan kebaikan pemerintah ini dan dalam cara yang sama juga sebagai musuh tersembunyi dimana mereka merupakan penjahat dan pelanggar di hadapan Allah. Aku telah menjelaskan secara rinci bahwa Firman Tuhan sama sekali tidak memerintahkan kita untuk menumpahkan darah orang yang tidak bersalah. Mereka yang memiliki pendapat seperti ini mereka telah berpaling dari Islam.

  • Menurut pendapatku, penyebab kedua – yang menyebabkan pertumpahan darah yang dilakukan adalah karena adanya harapan ingin menjadi ghazi – adalah khotbah para Misionaris Kristen yang mempublikasikan secara luas pernyataan bahwa Jihad adalah wajib dalam Islam. Mereka mengklaim bahwa membunuh penganut agama lain merupakan kebajikan yang besar dalam Islam. Aku yakin bahwa orang-orang di Daerah Perbatasans bahkan tidak mengetahui doktrin ini sampai para Misionaris Kristen menanamkannya dalam pikiran mereka.

Pandanganku ini didukung oleh fakta bahwa peristiwa-peristiwa semacam ini tidak ada sebelum para Misionaris Kristen mulai menyebarkan jurnal, surat kabar dan buku mereka di Daerah Perbatasans. Sebenarnya, Muslim awam dan orang-orang dari Daerah Perbatasan sangat senang ketika Inggris menggantikan Pemerintahan Sikh sebelumnya. Pada tahun 1849, Pendeta Pfander menerbitkan bukunya, Mizan-ul-Haq, di India, Punjab dan Daerah Perbatasan. Di dalamnya ia menggunakan bahasa yang kasar untuk menyerang Islam dan Nabi Muhammad saw dan menyebarkan klaim bahwa membunuh orang dari agama lain bukan hanya diizinkan bahkan hal itu dianggap sebagai pahala yang besar di dalam Islam. Hal ini menarik perhatian orang-orang barbar di Daerah Perbatasan (yang kurang memiliki ilmu agama) dan mereka mulai meyakini bahwa Islam menganjurkan untuk melakukan pembunuhan terhadap non-Muslim.

Setelah melalui pertimbangan yang cermat, aku menyimpulkan bahwa sebagian besar insiden di Daerah Perbatasan, dan permusuhan yang sengit yang telah menyeruak di tengah-tengah masyarakat, adalah karena buku para pendeta, yang menggunakan bahasa yang sangat kasar dan berulang-ulang mengarahkan perhatian terhadap Jihad…. Tulisan kasar dan menyakitkan selanjutnya adalah dari Pendeta Imad-ud-Din dari Amritsar, dan beberapa pendeta lain yang bermulut kotor, yang merusak niat baik dan rekonsiliasi di dalam negeri. Buku-buku dari pendeta lain, yang kiranya tidak perlu kita sebutkan secara rinci, juga menaburkan benih kebencian di dalam hati masyarakat…” (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Lebih lanjut beliau mengatakan:

“Kami menyadari dengan penuh penyesalan bahwa para Maulwi Islam bertumpu pada definisi Jihad yang tidak benar dan mengajarkan masyarakat Daerah Perbatasan untuk berbuat tidak benar kepada pemerintah yang ramah ini dengan menumpahkan darah para pejabatnya. Namun demikian, kami juga kecewa dengan para ‘Mullah‘ Eropa – yaitu Misionaris Kristen – karena mereka telah menyulut emosi massa yang awam dengan publikasi yang kasar dan keji. Dengan menyebarkan isu Jihad ribuan kali, mereka telah menyebabkan umat Islam meyakini hal tersebut bahwa Jihad adalah jalan yang mudah menuju surga.” (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Bahkan jika kita beranggapan bahwa sebagian besar para Maulwi bertanggung jawab atas tindakan menghasut masyarakat kepada Jihad, rasa keadilan memaksa kita untuk mengatakan bahwa literatur para pendeta, yang memuat penghinaan setiap hari kepada umat Islam, juga berperan besar. Sangat menyedihkan bahwa setelah melakukan tindakan jahat tersebut, orang-orang jahil itu diam saja di satu sisi, dan membiarkan Pemerintah Inggris mengatasi kesulitan yang terjadi. ” (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Pada intinya, Masih Mau’ud juga menekankan bahwa para misionaris Kristen sama-sama bertanggung jawab seperti seperti halnya para Maulwi Islam yang menghasut masyarakat untuk melakukan tindakan pembantaian dan terorisme serta mengganggu ketenangan umum.[4]

Beliau mengatakan:

‘Sungguh celaka umat Islam di masa ini, yang telah kehilangan bagian kedua dari Syariah, yaitu simpati kepada umat manusia, cinta dan amal shaleh. Mereka mengaku beriman kepada Allah taala, tetapi mereka terlibat dalam perbuatan yang keji, yang memalukan … Tetapi yang disayangkan adalah mereka menghadapi hasutan itu sehingga membangkitkan kembali perasaan semangat jahat mereka; yaitu tulisan-tulisan dari beberapa pendeta yang tidak masuk akal yang beracun, yang memuat penghinaan ekstrim dan kecaman terhadap Nabi Muhammad saw.  Buku-buku semacam itu jika dibaca oleh Muslim yang tidak memiliki kesabaran dan toleransi yang tinggi, ia akan terdorong untuk marah, karena buku-buku tersebut penuh dengan bahasa kasar yang jauh dari tulisan akademis. Dan Muslim awam tidak memiliki kesabaran terhadap mereka..

Bahkan saat ini, para pendeta sering menerbitkan tulisan-tulisan yang gampang menyulut emosi umat Islam yang tidak sabar terhadapnya. Ini adalah tindakan yang sangat berbahaya, di satu sisi para pendeta terus melemparkan tuduhan palsu bahwa Al-Qur’an berisi petunjuk untuk melakukan Jihad sepanjang waktu, seolah-oleh mereka mengingatkan umat Islam akan praktik Jihad, dan di sisi lain mereka menghasut dengan tulisan-tulisan kasar mereka. Aku tidak dapat mengerti betapa sempitnya pemikiran orang-orang ini, mereka tidak memahami bahwa paduan dua hal ini akan menghasilkan dampak berbahaya … Intinya pada saat ini bagaimana kita dapat mengkritisi para Maulwi, dan disaat yang sama kita juga mengkritisi para misionaris, karena mereka tidak mengambil jalan kebenaran yang baik. (Damimah Risalah-e-Jihad, Ruhani Khaza’in, pp. 30-32)

Uraian yang dipenuhi nur samawi dan bashirat Ilahi, yang berdasarkan keadilan sejati dari Hadhrat Masih Mau’ud ini benar-benar relevan untuk kondisi sekarang, bahwa tanggung jawab akan fanatisme agama, ektremisme, dan terorisme yang terjadi saat ini juga terletak pada dua kelompok tersebut. Pembaca tentu mengetahui pada tahun lalu, Paus juga memicu kebencian terhadap kaum Muslimin, tidak hanya di barat tetapi di seluruh dunia. Beliau membuat pernyataan yang tidak pantas, ceroboh, tidak benar, palsu dan menyakitkan, perihal Islam, Rasulullah saw dan Al-Quran. Pada zaman sekarang ini, propaganda palsu tentang Islam telah disebarkan secara terang-terangan oleh para pendeta dan jaringan mereka dengan mengatakan (naudzubillahi min dzaalik) Islam sebagai agama tiran yang mengajarkan pemaksaan, kekejaman, pertumpahan darah, penghancuran dan terorisme, baik melalui radio, televisi, buku, surat kabar, jurnal, internet dan sarana komunikasi lainnya. Demikian pula, mereka melemparkan keberatan yang tidak benar dengan tujuan untuk melukai perasaan orang Islam dengan mendeskreditkan Islam, Pendirinya dan Al-Quran, dengan bahasa yang tidak patut, absurd, dan tidak senonoh. Para misionaris Eropa, dan kroni-kroni mereka, atau orang-orang yang berada di bawah kendali dan pengaruh mereka, termasuk para penulis, seniman dan produser film, serta para murtadin – yang katanya disebut sebagai intelektual dan penulis terkemuka yang hidup dengan kemunafikan – terus menghasut para Mullah maghulubul ghodob yang jahil dan malang, yang tidak memahami kebijaksanaan perang Islam, dan juga para Muslim yang berangasan, dengan membuat sketsa yang menghina tokoh suci Islam atau dengan memproduksi film tentang Islam yang sangat memalukan.

Disini, kita tidak perlu menyebutkan nama mereka atau mendiskusikan hal-hal rinci lainnya tentang mereka. Setiap orang yang bijak tentu tahu betul bahwa kapan saja para misionaris Kristen atau penulis anonim melakukan tindakan penghinaan ini, hal itu pasti akan menimbulkan dampak yang mengerikan. Tindakan mereka, dan reaksi yang menyertainya menimbulkan dampak berbahaya, yang dapat merusak ketenangan masyarakat, dan orang-orang yang tak berasalah akan terbunuh. Bersamaan dengan umat Islam yang jahil dan sembrono itu, para pastur dan penulis barat sama-sama bertanggung jawab atas semua hal itu, karena mereka membakar api kebencian melalui tulisan-tulisan mereka yang beracun.

Intinya, sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud, Ma’mur zaman ini, Sang Hakim adil, mengatakan bahwa saat ini, yang bertanggung jawab atas tindakan terorisme dan pembantaian terletak pada dua kelompok ini, jika dunia barat dan timur tulus untuk membangun perdamaian hakiki, maka para ulama, umat Islam, pemerintah Barat, Misionaris dan para cendikawan dan masyarakat umum harus mereformasi pemikiran mereka sesuai dengan jabaran dari Ma’mur zaman ini, dan mengubah tindakan mereka.

Peran yang Dimainkan oleh Kamp Jihadi di Afganistan dan Daerah Perbatasan dalam Penyebaran Ekstremisme dan Terorisme Agama

Tidaklah layak menyebutkan peran mengerikan yang dimainkan oleh ideologi Jihad para Maulwi – yang bertentangan dengan Quran dan Rasulullah, yang direkayasa sendiri, tidak manusiawi, tidak berperikemanusiaan dan kejam (yang disebabkan oleh nafs ammarah dan kejahilan) – dalam meletakkan bentuk paksaan, kebrutalan, terorisme dan serangan terhadap Al-Quran, dan menjatuhkan umat Islam ke dalam lubang aib, kehinaan secara intelektual, fisik, moral, ekonomi, fiskal, sosial, akademis, praktis dan setiap perspektif lainnya. Saat ini, dimanapun di dunia ini, mereka yang menyebut dirinya Islam telah terlibat dalam insiden-insiden serangan bunuh diri dan terorisme, sebagian besar dari mereka diketahui memiliki kaitan dengan kamp Jihadi yang ada di Afganistan atau Daerah Perbatasan yang berdampingan.

Terkait:   Benarkah Nabi Muhammad Mengajarkan Terorisme dan Jihad dalam Menyebarkan Islam?

Pemerintah Pakistan sendiri mengakui adanya kamp pelatihan di Daerah Perbatasan Utara dan Afganistan, tempat para pembom bunuh diri dilatih, dan dari sana mereka pergi ke berbagai tempat untuk melakukan kegiatan teroris. Dengan kata lain, tempat ini merupakan sumber berkembangnya orang-orang yang menyebarkan terorisme atas nama Jihad.

Dan sungguh tak diduga bahwa lebih dari 100 tahun yang lalu, di masa Hadhrat Masih Mau’ud as, tanah yang sama itu merupakan pusat kegiatan jahat dan tanpa belas kasihan, dan mereka banyak menumpahkan darah orang-orang tak bersalah yang berasal dari tanah itu sendiri, karena permasalahan agama.

Saran Penting Bagi Penguasa Kabul

Jadi, dengan menunjuk kesalahan para ulama dan masyarakat yang terkait dengan isu Jihad, Hadhrat Masih Mau’ud menarik perhatian Amir dan Penguasa Kabul guna mengambil langkah-langkah reformatif yang diperlukan. Sebagaimana ditulis dalam buku beliau Pemerintah Inggris dan Jihad,:

“Karena masyarakat umum mengetahui bahwa Islam tidak mengajarkan Jihad yang dilancarkan tanpa izin dari penguasa, mungkin sebagian mereka yang tidak mengetahui akan menyalahkan Amir atas kejadian semacam itu. Oleh karena itu, Amir harus melakukan upaya terbaik untuk mencegah dikeluarkannya Fatwa yang keliru ini. Dengan cara ini Amir akan membebaskan diri dari kesalahan dengan cara yang anggun. Allah akan mengganjarnya dengan kebaikan, karena selain mematuhi kewajiban kepada Allah, tidak ada kebaikan yang lebih besar dari membebaskan orang-orang yang tertindas dari pedang para penindas. Amir telah diberi kesempatan oleh Allah untuk membuat reformasi besar ini sebagai bagian dari warisannya, karena penduduk Afganistan lah yang banyak melakukan tindakan tersebut dan mengangkat pedang dengan niat menjadi Ghazi, dan sebagian besar dari mereka tinggal di negerinya. Praktik barbar ini mencemarkan nama baik Islam dan Amir harus melakukan upaya terbaik untuk membersihkan negeri Afganistan dari mereka.”(Pemerintah Inggris dan Jihad,)

Perhatikan, betapa jelasnya ucapa Ma’mur zaman ini yang sangat bersesuaian dengan situasi zaman sekarang.

Saran yang disampaikan Hadhrat Masih Mau’ud saat itu masih memiliki urgensi, kegunaan, dan kepraktisannya, tidak hanya untuk Afganistan, tetapi juga bagi penguasa Muslim di seluruh dunia. Huzur mengatakan:

“Seperti yang telah aku jelaskan secara terperinci dalam buklet ini, tradisi yang lazim di kalangan umat Islam untuk menyerang para penganut agama lain, yang mereka sebut sebagai Jihad, bukanlah Jihad yang berdasarkan Syariat. Sebaliknya, ini adalah dosa yang menyedihkan dan pelanggaran terhadap perintah nyata dari Allah dan Rasul-nya (saw). Mungkin tidak mudah bagi umat Islam tertentu untuk meninggalkan kebiasaan ini karena sudah menjadi kebiasaan diantara beberapa suku. Dan bahkan, dikarenakan mereka membayangkan diri mereka sebagai Ghazi, mereka mungkin akan menjadi musuh abadi bagi orang-orang yang memberi nasihat yang bertentangan dengan praktik ini dan akan berusaha membunuhnya. Salah satu opsi yang dapat aku pikirkan mengenai masalah ini adalah, Yang Mulia, Amir Kabul, yang memiliki pengaruh terhadap suku-suku Afghanistan yang mungkin melebih Amir-amir sebelumnya, harus mengumpulkan para tokoh besar agama dan mengadakan diskusi tentang sifat hakiki Jihad. Para tokoh agama ini dapat mendidik masyarakat tentang kekeliruan mereka. Bahkan ulama negeri ini harus mengumpulkan beberapa pamflet dalam bahasa Pashto dan menyediakannya untuk masyarakat umum. Aku percaya bahwa langkah ini akan memiliki pengaruh yang luar biasa kepada orang-orang. Hasrat yang ditanamkan oleh para Maulwi jahil itu berangsung-angsur mereda.” (Pemerintah Inggris dan Jihad,)

Saran ini – yang penuh dengan cahaya samawi dan petunjuk Al-Quran – membawa hikmah yang besar dan bisa menjadi sarana reformasi yang nyata lagi abadi.

Pemberontakan dan Pertikaian yang Diakibatkan oleh Ideologi Jihad yang Keliru, Tidak Bisa Dibasmi hanya dengan Kekuatan

Pendapat yang mengatakan bahwa pemberontakan dan pertikaian yang disebarkan oleh para Mullah yang meyakini ideologi Jihad yang kejam dapat diberantas dengan penggunaan kekerasan adalah pikiran yang keliru. Memang benar di banyak kesempatan, hukuman atas kejahatan yang dilakukan kepada para penganiaya, pemberontak dan kriminal itu diperlukan, sebagaimana menurut ayat berikut:

وَجَزاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثلُها

Dan pembalasan terhadap suatu keburukan adalah keburukan semisalnya.. (42: 41)

فَمَنِ اعتَدىٰ عَلَيكُم فَاعتَدوا عَلَيهِ بِمِثلِ مَا اعتَدىٰ عَلَيكُم

Maka, barangsiapa menyerang kamu, seranglah dia sepadan dengan serangannya kepadamu… (2: 195)

Tetapi kebijakan dengan jalan paksaan diatas sebuah tindakan pemaksaan tidak selalu menghasilkan kedamaian hakiki di masyarakat. Khususnya perbaikan tindakan yang didasarkan pada ideologi dan keyakinan palsu tidak mungkin dilakukan tanpa adanya reformasi ideologi dan kepercayaan palsu yang mendasarinya. Jalan pemaksaan hanya dapat menangani pertikaian jangka pendek, tetapi ini tidak akan pernah dapat menciptakan kedamaian jangka panjang. Keberhasilan jangka pendek dapat dicapai dengan menggunakan pedang, tetapi hati tidak bisa ditaklukkan olehnya. Pemaksaan dapat menundukkan kepala, tetapi tidak dapat memerintah hati. Untuk alasan inilah Al-Qur’an telah memperingatkan agar tidak menggunakan paksaan dalam penyebaran agama, dan mengubah suatu ideologi dan keyakinan yang telah mengajarkan:

لا إِكراهَ فِي الدّينِ

Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan… (2: 257)

Di lain tempat dikatakan:

لِيَهلِكَ مَن هَلَكَ عَن بَيِّنَةٍ وَيَحيىٰ مَن حَيَّ عَن بَيِّنَةٍ

“Supaya binasa-lah dia yang telah binasa dengan keterangan yang jelas, dan supaya hiduplah dia yang telah hidup dengan keterangan yang jelas. (8: 43)

Jadi, hanya mereka yang memiliki keterangan yang jelas (bayyinah) yang akan hidup dan mereka yang tidak memiliki keterangan jelas bagi dirinya ia ditakdirkan untuk binasa.

Jadi, jika ideologi dan keyakinan palsu dicerabut dengan bantuan argumen yang terang dan meyakinkan, dan di posisi mereka, ideologi dan keyakinan yang berdasarkan realitas dan kebenaran berakar dalam hati mereka, maka ini akan menghasilkan reformasi yang luar biasa dari masyarakat dengan efek jangka panjang. Oleh karena itu, berdasarkan ajaran Al-Quran:

وَجادِلهُم بِالَّتي هِيَ أَحسَنُ

“Bertukar-pikiranlah dengan mereka, dengan cara yang sebaik-baiknya.(16: 126)

Hadhrat Masih Mau’ud memberikan usulan yang bagus untuk hal ini yaitu dengan mengadakan pertemuan para ulama terkemuka dan membahas masalah Jihad, dan meminta para ulama untuk menjelaskan kepada publik tentang kekeliruan mereka.

Perlunya Dialog Pada Tingkat Internasional dengan semangat sepenuh hati.

Sangat penting untuk melibatkan para ulama terkenal dan berpengaruh dalam diskusi ini, dan mengarahkan mereka untuk mendidik masyarakat tentang kesalahan mereka, karena para ulama inilah yang telah mengajarkan isu yang palsu di masyarakat umum, yang mendorong mereka menumpahkan darah dan menyebarkan pertikaian dan pemberontakan dengan menyalahgunakan kecintaan mereka pada agama. Oleh karena itu perlu membawa mereka kembali pada kebenaran.

Selanjutnya, sangat penting juga untuk menerbitkan jurnal dalam bahasa lokal yang menjelaskan realitas dan hakikat Jihad Islam dalam bahasa mereka, dan menanamkannya di hati masyarakat. Di masa ini, selain media pers, radio, TV, internet dan semua sarana komunikasi lainnya harus dimanfaatkan dalam upaya memberantas ideologi Jihad yang salah.

Disamping para tokoh agama dan masyarakat Afganistan dan Daerah Perbatasan, para tokoh agama dan masyarakat dari negara-negara dan daerah lain harus diikutkan dalam gerakan ini, dengan menyorot pemalsuan ideologi Jihad yang kejam dan realitas kebenaran Jihad Islam yang hakiki. Ketika pesan yang sama disebarkan dari segala arah, maka hal tersebut akan membuahkan hasil yang lebih baik dengan berkat karunia Allah. Oleh karena itu, di zaman ini, Hadhrat Masih Mau’ud juga memberikan saran yang mengarah kepada hal ini:

‘…Jika para Maulwi Punjab dan India benar-benar menentang paham Jihad seperti ini, mereka harus menerbitkan tulisan tentang hal ini, menerjemahkannya ke dalam bahasa Pashto dan menyebarkannya kepada suku-suku di Daerah Perbatasan, karena hal itu pasti akan sangat efektif. Namun, semua ini harus dilakukan dengan hati dan semangat yang tulus, bukan dengan kemunafikan. (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Disini, tepat kiranya untuk menyebutkan bahwa guna mengetahui kebenaran tentang masalah Jihad dan memahaminya berdasarkan ajaran Al-Quran dan Hadits, dan untuk mempelajari argumen yang mengandung pelajaran, perlu mencari petunjuk dari tulisan-tulisan dan ucapan-ucapan Imam Mahdi, Hakim Yang adil, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, dan perkataan-perkataan para Khalifahnya; karena mereka adalah hamba Allah yang diutus oleh Allah taala di zaman ini untuk kebangkitan kembali agama dan penegakan syariat. Selanjutnya, Masih Mau’ud dan Mahdi Mau’ud adalah orang yang suci dan diberkati, dimana Rasulullah saw menjelaskan bahwa melalui dia lah dunia akan dipenuhi dengan keadilan, kebenaran, kedamaian dan kejujuran. Oleh karena itu, agar upaya mewujudkan perdamaian sejati dapat berhasil, sangat perlu mendapatkan argumentasi yang ditawarkannya, karena janji keberhasilan dari Allah taala telah diberikan kepada pendekar Ilahi ini.

Bahaya Mengabaikan Perbaikan Tafsir Jihad yang Keliru

Bahaya besar yang ditunjukkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud jika abai terhadap ideologi Jihad palsu, saat ini telah nampak nyata. Beliau menyampaikan tentang Amir dari Kabul:

“Warga masyarakat Amir akan menderita jika dia tidak memperhatikan perbaikan penting ini. Pemerintah yang mengabaikan Fatwa-fatwa dari para Mullah itu akhirnya akan menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri, karena suatu hari para Maulwi itu akan dengan mudah memberi cap kepada orang-orang sebagai kafir atas perbedaan agama yang remeh, dan akan menerapkan kepada mereka semua fatwa lain sebagaimana yang mereka tujukan pada orang-orang kafir. Dalam hal ini bahkan Amir sendiri tidak dapat menghindarkan diri dari fatwa-fatwa ini.  Sangat mungkin para Maulwi itu dapat mengeluarkan Amir dari Islam karena tersinggung dengan masalah-masalah sepele, dan kemudian melemparkan fatwa Jihad yang sama sebagaimana mereka terapkan kepada yang lainnya. Sebuah kelompok yang memiliki otoritas untuk menyatakan orang lain sebagai Islam atau kafir adalah berbahaya, dan Amir seharusnya tidak usah menghargai mereka. Mereka adalah sumber pemberontakan yang dihadapi oleh setiap pemerintah. Mereka memiliki kendali atas masyarakat awam dan dapat menciptakan kekacauan dengan menggerakkan mereka sesuai keinginan mereka. Oleh karena itu, bukanlah suatu dosa membebaskan orang-orang dari pengaruh mereka melalui edukasi yang lembut tentang hakikat Jihad. Pemerintah Inggris dan Jihad,)

Betapa tepat, nyata dan terbukti dengan benar analisa dari seorang yang dipenuhi dengan kebenaran samawi dan pandangan masa depan. Kita telah menyaksikan di masa lalu dan masa sekarang juga, siapa saja yang tidak sependapat dengan ideologi Jihad yang berdarah-darah dari para Mullah, mereka menjadikannya sebagai sasaran kemurkaan, dan secara terbuka mengumumkan Jihad untuk menentang dia.

Peringatan (Sebuah Doa)

Lebih dari 100 tahun yang lalu, Hadhrat Masih Mau’ud menasihati para penguasa untuk melakukan program edukasi tentang isu Jihad guna membebaskan kaum Muslimin dari praktik barbar ini. Beliau mendesak mereka untuk melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan ini, dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka lebih baik melakukannya, dan kemudian beliau mengatakan:

“…waktu kedatangan Almasih yang dijanjikan telah tiba… sekarang Tuhan yang Maha Agung akan menciptakan jalan samawi, dimana dunia yang dipenuhi dengan penindasan, penumpahan darah yang tidak dibenarkan, sekarang akan dipenuhi dengan keadilan, kedamaian, dan rekonsiliasi. Diberkatilah para penguasa dan raja yang berperang dalam mencapai tujuan ini. (Pemerintah Inggris dan Jihad)

Bagian terakhir dari peringatan dan doa ini, “Diberkatilah para penguasa dan raja-raja yang mengambil peran dalam mencapai tujuan ini” berisi sebuah doa. Berdasarkan keterangan ini, masih harus dilihat, siapa penguasa yang beruntung itu, yang bertindak berdasarkan nasihat Hadhrat Masih Mau’ud dengan membuktikan kepalsuan ideologi Jihad yang berdarah ini, dan menjadi penerima doa-doanya, dan keberkatan dari Allah.

Sayangnya, upaya mengedukasi masyarakat untuk mengubah pandangan mereka dari ideologi Jihad yang mengerikan itu tidak dilakukan oleh Amir atau penguasa Kabul, dan dia tidak menghargai nasihat Masih Mau’ud. Akibatnya, bangsa ini, seperti orang-orang Yahudi yang ingkar dan pendusta di masa awal kristiani, tetap dengan kekerasan hati mereka, dan terus melakukan berbagai tindakan tirani dan penindasan. Ini adalah tanah yang sama, dimana sahabat Masih Mau’ud yang mukhlis, disyahidkan secara brutal dikarenakan perbedaan keyakinan yang dipengaruhi oleh ideologi Jihad para Mullah yang keliru. Hadhrat Maulwi Abdul Rahman menjadi syahid dengan kain terlilit di lehernya sampai ia mati lemas, sedangkan Hadhrat Sahibzada Abdul Laatif, seorang pemimpin Khost, pertama-tama ia dirantai dan diborgol, dan disiksa di sebuah penjara, hidungnya dilubangi dan dicucukkan tali ke dalamnya, lalu ia diseret dengan penuh hinaan, cemoohan, pelecehan dan kutukan menuju tempat eksekusi pembunuhannya. Dia kemudian digali di tanah sampai ke pinggang, kemudian secara brutal ia diilempari batu sampai tumpukan batu itu melewati kepalanya. Itu adalah kekejian yang membuat hati kita menangis, dan membuat tubuh ini gemetar. Selain beliau, istri dan anak-anaknya juga disiksa secara kejam dan beberapa diantaranya menjadi syahid.

Kami melihat bahwa tidak ada seorangpun penguasa Afganistan ataupun Pakistan yang membantu mencela ideologi Jihad para Mullah kejam ini, justru mereka, mencap Masih Mau’ud sebagai seorang yang mendustakan Jihad, mereka membangkitkan penentangan, permusuhan dan pertikaian terhadap jamaahnya yang mengakibatkan penganiayaan hebat terhadap Ahmadiyah dengan didukung oleh para penguasa dan konstitusi. Puluhan pengikut Ahmadiyah mati syahid secara brutal, dan ratusan, malah ribuan orang harus menanggung kesulitan dalam penjara. Aset dan harta benda mereka dijarah dan dibakar, dan mereka melakukan kekejian melalui segala cara, dan hal ini terus berlanjut sampai saat ini. Hadhrat Masih Mau’ud as ketika menyebut kesyahidan Hadhrat Sahibzada Abdul Latif yang sangat mengerikan di dalam bukunya Tadzkiratu Syahadatain menulis:

“Tanah Kabul akan menyaksikan, jenis buah apa yang dihasilkan oleh darah ini. Darah ini tidak akan sia-sia. Sebelumnya, Abdur Rahman yang malang, dari Jemaatku telah dianiaya dan dibunuh, Tuhan masih diam. Tetapi sekarang Dia tidak akan diam terhadap darah ini, hal itu akan memiliki konsekuensi besar.” (Tazkaratush Shahadatain, Roohani Khaza’in, Volume 20, p.74)

Sejarah menjadi saksi bahwa Tuhan tidak tinggal diam terhadap darah ini. Tanah ini telah mengalami banyak kesengsaraan yang mengerikan, tetapi tanda-tanda darah suci itu belum habis. Saat ini, penyebab kesengsaraan yang dialami tanah ini adalah penolakan terhadap ideologi Jihad yang hakiki yang disebutkan oleh Al-Quran dan Rasulullah saw, dan karena tidak acuh pada peringatan Almasih zaman ini, dan karena menumpahkan darah orang yang tak berdosa yang dilakukan atas nama agama. Sungguh benar pernyataan Masih Mau’ud berikut ini.

Terkait:   Jihad Dengan Al-Qur'an

“Mengapa hukuman Allah bangkit? tanya diriku. Hari-hari penyangkalan terhadapku telah memicunya.”

Perilaku Provokatif dan Tidak Adil Sebagian Pendeta Kristen dan Penulis Barat

Pendeta Kristen dan penulis barat yang berpikiran sama seringkali menyebarkan propaganda palsu terhadap Islam bahwa (Naudzubillah min Dzaalik) Islam adalah agama terorisme, Islam mengajarkan umat Islam menumpahkan darah orang yang tak bersalah atas nama Jihad untuk Allah, dan menyebarkan pertikaian dan pemberontakan, semata karena perbedaan agama.

Untuk membuktikan klaim palsu mereka, pendeta-pendeta ini dan mereka yang disebut cendikiawan atau peneliti tersebut mengabaikan konteks ayat-ayat Al-Quran, dan fakta-fakta sejarah yang telah terbukti nyata, dan mereka mendistorsi suatu peristiwa dengan segala kecurangan dan salah tafsir. Mereka juga melakukan pelanggaran serius dengan menghubungkan pemikiran mereka sendiri dengan Al-Quran. Untuk mendukung pandangan ini, mereka juga menyajikan ucapan dan penafsiran dari ulama Islam tersebut, yang dikuasai oleh dorongan nafs-ammarah (manghasut diri) dan lapar akan kekuasaan, dan menghubungkan komentar mereka sendiri dengan Al-Quran, dan menyebarkan ideologi Jihad yang mengerikan dengan dalih slogan suci Jihad atas nama Allah, dan menyebarkan pertikaian dan pemberontakan. Praktik para pendeta ini tidak sesuai dengan kebenaran dan keadilan. Hal ini jelas keliru menganggap Islam bertanggung jawab atas tindakan munafik beberapa orang yang salah jalan.

Kami menyadari bahwa Nabi Isa berbicara kepada para pengikutnya:

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (Matius 5: 39-45)

Tetapi hari ini kita menyaksikan para penguasa yang menghubungkan diri dengan hamba Pilihan Tuhan ini telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran tersebut, dan menjadikan musuh mereka sebagai target penganiayaan dan perlakuan buruk dengan dalih yang bermacam-macam, dan menjatuhkan bom yang mengerikan dan sangat merusak kepada mereka, dan melakukan tindakan barbar. Adilkah jika kita mengaitkan tanggung jawab dari tindakan orang-orang Kristen yang sesat ini kepada Nabi Isa as atau ajaran agungnya? Jika tidak, dan tentu saja tidak, maka apakah adil menyalahkan Islam dan pendirinya atas tindakan teroris sebagian kecil umat Islam?

Islam dan pendirinya, Muhammad Rasulullah saw menyatakan rasa jijik kepada orang-orang yang memiliki pandangan terorisme ini dan orang-orang yang melakukan tindakan semacam itu. Al-Quran menyatakan beberapa kali bahwa Allah taala tidak menyukai orang yang memberontak. Dia tidak menyukai orang-orang yang tidak adil, dan tidak menyukai pertikaian.  Nabi Muhammad saw adalah rahmat bagi seluruh dunia, segala ucapan sucinya, dan contoh-contoh sejati yang tak terhitung banyaknya berkilauan dalam buku-buku sejarah dan buku-buku riwayat tentang hidup beliau menunjukkan bahwa bahkan penderitaan dari musuh-musuh bebuyutannya sekalipun akan membuat beliau resah. Beliau memiliki rasa simpati, keadilan yang sangat tinggi kepada manusia dan akhlak-akhlak lainnya. Dan banyak para cendikiawan dan peneliti Barat yang berpikiran adil juga memberikan penghormatan atas keunggulan ajaran Islam dan perkataan-perkataan penuh hikmah Rasulullah saw, hal ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang damai, dan mencela penganiayaan atas nama Islam dan bentuk penyiksaan itu benar-benar keliru dan tidak berdasar.

 Sebaliknya, kita menyaksikan di masa sekarang, penguasa pemerintahan Kristen – yang secara membabi buta menjatuhkan bom di beberapa negara Muslim dengan dalih terorisme dan ekstremisme Islam,  dan mereka yang terlibat dalam tindakan sewenang-wenang dalam menghilangkan ribuan nyawa orang-orang yang tak berdosa – juga terpaksa menyatakan bahwa pandangan orang-orang yang terlibat dalam aktifitas teroris atas nama Jihad didasarkan pada ajaran Islam yang menyimpang, dan mereka telah mencemarkan Islam; ajaran Islam sejati tidak ada kaitannya dengan orang-orang ini. Mereka juga mengakui bahwa mayoritas umat Islam adalah cinta damai dan ramah, mereka membenci dan menolak tindakan para teroris. Tetapi kita melihat bahwa setiap kali mereka mendapatkan kesempatan, mereka mengabaikan perbedaan ini, dengan menyebarkan propaganda bahwa Islam itu keras, kejam, teroris dan bertentangan dengan perdamaian. Media barat mengulang propaganda ini dengan intensitas yang tinggi. Tindakan mereka itu tidak berdasarkan kebenaran dan rasa keadilan, dan sama sekali tidak membantu dalam menciptakan perdamaian sosial, sebaliknya, hal itu memprovokasi orang-orang dan menyebabkan pertikaian.

Nasihat kepada para Pendeta dan Penguasa Kristen

Lebih dari 100 tahun yang lalu, Hadhrat Masih Mau’ud telah menasihati orang-orang Kristen dan penguasa Kristen supaya bertindak adil dan menjauhi provokasi. Beliau mengatakan:

“Aku berulang kali menulis bahwa Jihad bukanlah perintah Al-Quran. Hal yang sebenarnya dari masalah ini adalah pada periode awal Islam, sebagian musuh Islam berusaha menghentikan atau memberantas Islam. Islam mengangkat pedang melawan mereka hanya untuk membela diri. Hanya untuk musuh seperti itu mereka diperintahkan bahwa mereka dapat dibunuh kecuali mereka menerima Islam. Izin ini untuk kondisi tertentu dan tidak bersifat selamanya. Islam tidak bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh kerajaan monarki yang keliru, setelah masa Rasulullah saw. Siapapun yang mengangkat isu Jihad untuk menipu umat Islam yang awam sebenarnya mereka ingin menyebarkan kebiasaan beracun ini. Akan lebih baik lagi jika para pastur Kristen, setelah memeriksa sejarah, menekankan bahwa tidak ada doktrin Jihad semacam itu dalam Islam, dan tidak ada perintah untuk mengajak orang ke dalam Islam secara paksa. Al-Quran adalah kitab yang berisi ayat berikut:

Tidak ada paksaan dalam masalah agama (QS 2: 257)

Maksudnya adalah seharusnya tidak ada paksaan dalam masalah agama. Bisakan kita menyimpulkan bahwa kitab semacam ini mengajarkan peperangan? Keluhan apa yang bisa kita sampaikan terhadap para Maulwi saat pendeta Kristen juga gagal mengadopsi jalan kebenaran, yang bermanfaat untuk menciptakan kebijakan pemerintah. (British Government and Jihad,, Roohani Khaza’in, Volume 17, p.31,32)

Dan, Huzur menarik perhatian pemerintah Inggris pada masa itu dengan mengatakan:

“Kebohongan berbahaya dari pendeta Kristen akan menciptakan keresahan dan pemberontakan, dan menurut pendapatku, penting bagi pemerintah untuk melarang mereka. Umat Islam tidak akan pernah meninggalkan Islam karena rekayasa yang tak masuk akal ini. Dengan berulang kali menyerukan perhatian mereka pada doktrin Jihad, pidato-pidato ini justru akan menyebabkan umat Islam bangkit dari tidurnya.” Pemerintah Inggris dan Jihad, Ruhani Khaz-a’in, Volume 17, p.9)

Huzur berulang kali menulis surat kepada penguasa:

“Untuk masa percobaan beberapa tahun, setiap kelompok dilarang keras menggunakan bahasa-bahasa buruk terhadap agama lain, baik secara eksplisit atau implisit, dalam tulisan atau khotbah-khotbah mereka.” (Pemerintah Inggris dan Jihad,)

Hadhrat Masih Mau’ud lebih jauh menguraikan nasihat ini dengan mengatakan:

“Menurut pendapatku, praktik yang baru saja diterapkan pemerintahan Ottoman itu bagus. Jadi, untuk masa percobaan beberapa tahun, setiap kelompok dilarang secara langsung atau tidak langsung menyebutkan agama lain dalam tulisan atau ceramahnya, namun mereka dapat menjelaskan keistimewaan agama mereka sendiri sesuai keinginan hati mereka. Dengan cara ini, prasangka baru tidak akan tersemai, dan cerita lama akan terlupakan, orang-orang akan beralih menuju cinta dan hidup rukun. Dan ketika orang-orang barbar di Daerah Perbatasan menyadari bahwa banyak cinta dan kasih sayang yang dapat diciptakan diantara bangsa-bangsa lain, mereka akan terpengaruh olehnya dan mulai memperlakukan orang-orang Kristen dengan simpati sebagaimana seorang Muslim memperlakukan saudaranya. (Pemerintah Inggris dan Jihad,)

Demikian pula huzur mengatakan:

“Aku dengan rendah hati meminta Yang Mulia untuk melarang praktik yang menyerang kepercayaan orang lain untuk jangka waktu setidaknya lima tahun. Praktik-praktik ini menyebabkan kekacauan di negara ini, sehingga pertemuan persahabatan kelompok-kelompok berbeda telah berhenti berjalan. Kadang satu kelompok dengan sedikit pengetahuan hakiki membuat tuduhan tak berdasar dan menyinggung perasaan orang lain. Terkadang hal ini menimbulkan kerusuhan. Kritik terhadap konsep Islam tentang Jihad adalah contoh dari fenomena ini. Kritik semacam itu akan menyegarkan kembali pikiran sensitif dan berakibat pada kekacauan. Aku percaya bahwa rasa iri hati dan dengki yang beracun, yang secara diam-diam berkembang, akan segera hilang jika pemerintah bijak kita mengeluarkan sebuah undang-undang bahwa: a) melarang semua pihak, termasuk pendeta Gereja, dari melakukan serangan-serangan negatif terhadap agama-agama lain untuk jangka waktu lima tahun. b) meminta semua pihak untuk hidup bersama dengan penuh cinta dan kesopanan dan c) mendorong semua kelompok untuk berfokus pada hal-hal positif dari agama mereka sendiri. Tindakan semacam itu dari pihak pemerintah akan dihargai, memberikan dampak menguntungkan bagi masyarakat di Daerah Perbatasan dan juga mendorong perdamaian dan persahabatan. ” (Pemerintah Inggris dan Jihad,)

Hadhrat Masih Mau’ud mengatakan:

“Jika suatu agama terdapat kebenaran maka itu harus ditampilkan. Seseorang seharusnya tidak terus menceritakan kekurangan agama lain. Tidak setiap penguasa atau administrator dapat menerapkan atau menerima saranku. Hanya seorang administrator yang sangat cerdik yang akan mengerti arti sebenarnya.” (Pemerintah Inggris dan Jihad,)

Sayangnya, tidak ada yang menindaklanjuti saran visioner dari utusan Allah di zaman ini, Sang juru damai dan hakim yang adil, Hadhrat Masih Mau’ud untuk menciptakan toleransi, kedamaian dan persahabatan antar agama. Sehingga akibatnya saat ini, 100 tahun kemudian, aktivitas teroris telah menjadi biasa, dan setiap hari, seluruh dunia semakin tenggelam ke dalam rawa perselisihan dan pertentangan.

Para pendeta Krsiten mungkin tidak dapat menerima saran-saran ini karena sangat sulit bagi mereka menunjukkan kebenaran agama mereka dari kitab-kitab mereka untuk membandingkannya dengan Islam. Mereka tidak dapat membuktikan kebenaran dari kepercayaan terhadap ketuhanan Yesus, Trinitas dan Penebusan dosa dari kitab-kitab agama mereka. Oleh karena itu, mereka berpikir tepat kiranya mengajukan keberatan atas falsah Jihad oleh sebagian umat Islam, karena:

“Kaidahnya adalah ketika seseorang tidak dapat menyerang agama lain dengan dasar kebenaran dan keadilan, kebanyakan orang mulai menyerang dengan tuduhan yang tidak benar.” (Chashma Masih, Ruhani Khaza’in, Volume 20, p.337)

Mungkin karena alasan yang sama, dalam upaya menjauhkan umat Islam dari Islam, musuh-musuh Islam telah menimbulkan keberatan yang salah terhadap Al-Quran, mereka sibuk dalam rencana kotor dengan melemparkan penghinaan keji, merendahkan, mencaci maki, merekayasa dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan terhadap Islam dan pendirinya, Hadhrat Muhammad Mustafa saw.

Keputusan Ilahi

Tetapi rencana itu tidak akan berlangsung lama, karena Masih Mau’ud, yang diutus oleh Allah taala untuk menyelesaikan pertikaian dengan Kristen, telah datang. Ia mengatakan:

“Aku telah diutus di zaman ini untuk menyelamatkan Islam dari serangan agama-agama palsu, dan untuk menyajikan argumen-argumen kuat untuk kebenaran Islam. Aku katakan bahwa Islam akan menang, dan tanda-tanda itu sudah muncul. Tidak ada pedang atau senjata yang dibutuhkan untuk kemenangan ini, tidak juga Allah taala mengutusku dengan senjata. Siapa saja yang berpikir seperti ini, dia adalah saudara Islam yang degil. Tujuan agama adalah untuk menaklukkan hati, dan tidak bisa dilakukan dengan pedang. Sebagaimana telah aku tunjukkan berkali-kali bahwa pedang yang diangkat oleh Rasulullah saw hanya untuk kepentingan perlindungan dan pembelaan diri, dan hal itu dilakukan hanya ketika kekejaman lawan dan orang-orang yang mendustakan telah melampaui batas, dan bumi telah memerah dengan darah umat Islam yang malang. Intinya, sebab kedatanganku adalah untuk kemenangan Islam diatas agama-agama lain.” (Lecture Ludhiana, Ruhani Khaza’in, Volume 20, p.293, 294)

Jadi dengan kedatangan Almasih di zaman ini, angin persatuan Ilahiah untuk mendukung kebenaran mulai bertiup dari langit, dan para malaikat mulai turun kepada orang-orang yang berhati baik yang menciptakan petunjuk kepada mereka. Orang-orang mulai melepaskan doktrin-doktrin palsu. Saat ini, karya penyajian argumen di seluruh dunia sedang dilakukan oleh kekuatan besar dibawah pimpinan agung Khilafat Ahmadiyah Islam yang didirikan setelah kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud as

Terakhir, kami sampaikan nasihat agung dan penuh simpatik dari sang Hakim Adil, Hadhrat Masih Mau’ud as kepada umat Islam di seluruh dunia:

“Umat Islam harus menghargai pencerahan dan berkah yang turun dari surga di zaman ini, dan bersyukur kepada Allah taala. Tetapi jika mereka tidak menghargai karunia dari Allah taala ini, maka Dia tidak akan peduli kepada mereka sama sekali, dan pasti akan menyelesaikan tugas-Nya. Allah taala berkehendak memberantas agama-agama lain, dan memberikan kemenangan dan kekuatan kepada Islam. Sekarang, tidak ada tangan atau kekuatan yang dapat menghalangi kehendak Allah yang Maha Agung.” (Lecture Ludhiana, Ruhani Khaza’in, Volume 20, p.290)


Note:

[1] Ghazi (Arab: غازى), sebuah gelar yang diberikan kepada prajurit  atau pejuang Muslim dan digunakan oleh beberapa Sultan Ottoman, dapat merujuk pada: Ghazi (pejuang), sebuah istilah Islam untuk orang yang berpartisipasi dalam peperangan agama.

[2] Frontier Region (Daerah Perbatasan) mengacu pada Propinsi India North Western Frontier yang sekarang sudah lepas menjadi Pakistan dan wilayah yang berdekatan dengan Afganistan.

[3]  “Akan ada dalam umatku orang-orang yang kurang percaya diri, lalu manusia kembali kepada ulama mereka, ternyata mereka itu kera-kera dan babi-babi” (HR Al Hakim dalam Al Mustadrak dari Hazrat Abi Ummah r.a: dan Kanzul-Umal, Juz XIV/38727).

[4] Pembaca harus mencatat, bahwa tuduhan ini tidak berlaku kepada semua orang Kristen dan para tokoh agama mereka. Pernyataan beliau tersebut mengarah kepada sebagian tokoh-tokoh agama yang secara aktif berupaya untuk mendistorsi pesan sejati Islam.

Sumber      :     Alislam.org – Religious Terrorism, Cause and Remedies 

Penerjemah: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah

Editor         : Damayanti Natalia

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.