Yesus – Seorang Nabi Allah

Yesus nabi Allah

Oleh Muhammad Zafrullah Khan

Makalah ini dibacakan pada Konferensi Internasional tentang Selamatnya Yesus dari Salib, yang diadakan di Commonwealth Institute, London, pada tangal 2,3,4 Juni 1978

Pembukaan

Yesus adalah nabi terakhir Bani Israil. Beliau disebut anak Allah, sebagai ungkapan yang umum digunakan dalam kitab suci tetapi selalu digunakan secara metaforis dan tidak ada satu contoh pun yang berkonotasi pada Tuhan. Tidak ada dimanapun dalam Injil atau surat-surat yang dikatakan bahwa Yesus menyebut dirinya sebagai Tuhan atau menyiratkan bahwa Dia adalah Tuhan.  Kata ‘Tuhan’ ditujukan kepadanya tetapi tidak ada bukti bahwa orang-orang yang menggunakan kata ini untuk beliau karena mereka meyakini atau bermaksud menyampaikan, bahwa dia adalah Tuhan.  Kata itu digunakan sebagai sinonim untuk “Tuan”.

Lama setelah masa hidupnya, ungkapan anak Allah diubah menjadi Allah Putra, yang berarti Yesus menjadi pribadi kedua dalam Trinitas.  Seluruh konsep Trinitas adalah asing bagi pemikiran Yesus.

Yesus adalah seorang Nabi

Yesus selalu menyebut dirinya telah diutus oleh Tuhan yang berarti bahwa beliau adalah utusan Allah. Misalnya:

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3)

Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. (Yohanes 5:30)

Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat. (Yohanes 5:37)

Sudah jelas bahwa Yesus secara konsisten menempatkan dirinya sebagai Nabi Allah. Bahkan fungsinya sebagai Nabi telah ditetapkan bahkan sebelum kelahirannya melalui petunjuk Ilahi seperti yang dijelaskan dalam Injil maupun Al-Qur’an. 

Malaikat yang menampakkan diri kepada Maria memberitahunya bahwa dia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang harus ia beri nama Yesus. Malaikat juga memberitahunya bahwa Tuhan akan mengaruniainya Takhta bapa leluhurnya, Daud dan dia akan memerintah atas keturunan Yakub. (Lukas 1:32-33)

Al-Qur’an menegaskan bahwa Maria diberitahu  bahwa Allah akan mengajarkan kepada Yesus Kitab dan akan menjadikannya utusan bagi Bani Israil. (3:49:50)

Anak Allah – Arti Sesungguhnya

Memang benar bahwa dalam Lukas 1:32 dia disebut anak Yang Maha Tinggi dan dalam 1:35, anak Allah; tetapi ungkapan-ungkapan ini di dalam idiom Alkitab sama sekali tidak berkonotasi Ketuhanan atau kemitraan dalam Ketuhanan. Kita membaca:

Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. —(Mazmur 82:6)

Dalam banyak contoh, ungkapan anak Allah diterapkan kepada para nabi, kepada orang saleh dan kepada orang-orang beriman. Berikut ini adalah salah satu dari banyak contoh:

Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; (Keluaran 4:22)

Akupun juga akan mengangkat dia (Daud) menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi. (Mazmur 89:27)

Dialah (Solomon) yang akan menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Bapanya  (1 Tawarikh 22:10)

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:9)

Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah (1 Yohanes 3:1)

Yang lebih penting dari semua ini adalah penjelasan yang diberikan oleh Yesus sendiri yaitu sebagai berikut :

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” (Yohaes 10:31-33)

Sekarang,  pertanyaan krusial ditujukan pada Yesus.  Apakah dia mengaku sebagai Tuhan, Pribadi kedua dalam Trinitas, sebagaimana kemudian dia digambarkan? Jawabannya harus diterima oleh semua orang yang percaya kepadanya dan mengikutinya.

Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah–sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan–,masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? (Yohanes 10:34-36)

Hal ini memperjelas bahwa ungkapan anak Allah ketika diterapkan pada Yesus, baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, tidak memiliki arti apa-apa sebagaimana halnya dalam penerapannya kepada orang lain dalam kitab suci, yang telah kami sebutkan beberapa contoh di atas.

Beliau adalah anak Allah dalam pengertian tersebut, tetapi tetapi sama sekali bukan Tuhan Putra, pribadi kedua dalam Trinitas seperti yang sekarang diklaim.

Bapa dari semua

Namun ada yang berpendapat bahwa dalam konteks yang sama Yesus juga berkata Aku dan Bapa-Ku adalah satu (Yohanes 10:30) dan Bapa ada di dalam aku, dan Aku ada di dalam Bapa (Yohanes 10:39) dan pernyataan-pernyataan ini memberi dukungan kepada klaim yang dibuat atas namanya bahwa dia bukan sekedar anak Tuhan dalam idiom Alkitab, tetapi memiliki hubungan dengan Tuhan yang mengangkatnya pada Ketuhanan dan menjadikannya mitra dan rekan Tuhan yang setara.  Sekarang kita akan melanjutkan untuk menunjukkan bahwa dalam idiom Alkitab ungkapan yang diandalkan tidak membawa masalah lebih jauh dan tidak memberikan bukti sedikitpun tentang ketuhanan Yesus. Misalnya:

Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. (Yohannes 14:20)

Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. (Yohanes 17: 21-23)

Satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. (Efesus 4:6)

Yesus berbeda dengan Tuhan

Perbedaan antara Yesus dan Tuhan dipahami dengan baik di antara murid-murid dan orang-orang Kristen awal, seperti yang dapat dipahami dari hal berikut:

Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. (Filipi 3:3)

Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (1 Korintus 8:6)

Yesus sendiri sudah mengemukakan perbedaan secara jelas, dalam mengaitkan keilahian kepada Tuhan saja yang juga Tuhannya, seperti misalnya:

Terkait:   Nabi Isa Wafat Secara Alami

Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (Yohanes 20:17)

Tuhan itu Satu

Yesus tidak ragu sedikit pun dalam menegaskan ke-esa-an Allah. Misalnya

Lalu seorang ahli Taurat…  datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama? Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. (Markus 12:29-30 & 32)

Yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! (1 Timotius 6:15 – 16)

Yesus tidak Setara dengan Tuhan

Doktrin Trinitas tentu menyiratkan kesetaraan penuh dalam segala hal dari ketiga pribadi Trinitas. Jika ada ketidaksetaraan dalam hal apa pun di antara mereka, itu berarti keunggulan yang satu atas dua lainnya, dalam hal ini yang satu atau dua, yang tidak setara tidak dapat menjadi Tuhan. Yang memiliki keunggulan atas dua yang lain akan menjadi Tuhan alam semesta, termasuk dua yang lain. Bahkan studi sepintas tentang Injil dan Surat-surat Rasul pun mengungkapkan bahwa sehubungan dengan sifat-sifat yang tercatat, Bapa adalah yang tertinggi dan ada penyangkalan oleh Yesus tentang sifat-sifat tersebut.

Misalnya, hanya Tuhan yang merupakan sumber kehormatan sejati sebagaimana dikatakan :

Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? (Yohanes 5:44)

Hal ini didukung oleh Al-Qur’an:

Barangsiapa yang mencari kemuliaan, hendaklah ia mengetahui bahwa segala kemuliaan itu milik Allah (35:11)

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” (Matius 19: 16-17)

Yesus menyangkal kekuatan absolut. Ketika Zebedeus memintanya untuk mengabulkan agar kedua putranya dapat duduk, yang satu di sebelah kanannya dan satu di sebelah kirinya dalam kerajaannya, jawaban yang diberikan olehnya adalah:

Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya. (Matius 20:23)

Pengetahuan Yesus tidak seluas pengetahuan Tuhan mengenai hari dan jam kedatangannya yang kedua, setelah menetapkan tanda-tanda tertentu beliau berkata:

Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja. (Markus 13.32)

Rupanya tidak hanya Yesus yang tidak memiliki kesetaraan dengan Allah, dia juga tidak memiliki kesetaraan dengan pribadi ketiga dalam Trinitas, Roh Kudus seperti yang beliau katakan:

Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak. (Matius 12: 31-32)

Yesus berdoa pada Tuhan

Yesus memiliki kebiasaan berdoa, Misalnya:

Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. (Lukas 5:16)

Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. (Lukas 9:28)

Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.. (Luke 11:1-2)

Jadi sangat tepat semua permohonannya dan murid-muridnya ditujukan kepada Tuhan.  Oleh karena itu, jelaslah tidak ada kesetaraan antara pemohon dan Dia yang kepadanya permohonan ditujukan.  Tuhan memiliki kuasa untuk menjawab permohonan dan mengabulkannya.  Jelas Yesus tidak memiliki kuasa seperti itu, karena memang jika dia memiliki kuasa itu, permohonannya kepada Tuhan tidak akan ada artinya.  Seandainya Yesus adalah orang kedua dalam Trinitas, dia tidak akan membutuhkan permohonan, karena dia akan memiliki kekuatan untuk melakukan semua yang dia inginkan.  Hal ini diilustrasikan dengan baik dalam doanya yang berulang kali di taman Getsemani, ketika dia tersungkur, berdoa dan berkata :

Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39)

Hubungan antara Yesus dan Tuhan adalah hubungan antara hamba yang saleh dan tuannya yang pemurah. Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki; merupakan penegasan yang jelas tentang superemasi kehendak Ilahi atas kehendak Yesus yang berada di bawah kehendak Tuhan. Seperti yang beliau tegaskan sendiri, beliau diutus bukan untuk melakukan kehendaknya sendiri tapi untuk melakukan kehendak Tuhan (Yohanes 6:38); yang merupakan gambaran yang tepat tentang hubungan antara Tuhan dan seorang Nabi.

Sebaliknya, tidak ada satu pun kisah yang menceritakan bahwa Sang Bapa pernah memohon kepada Sang Anak, yang merupakan bukti yang jelas bahwa Bapa adalah yang tertinggi derajatnya dan anak lebih rendah dari-Nya seperti seorang hamba berada di bawah tuannya.

Kesetaraan dalam Trinitas?

Dengan asumsi bahwa terdapat kesetaraan penuh antara ketiga pribadi Trinitas dalam segala hal, status, pengetahuan, kekuasaan dan semua sifat Ilahi lainnya, hal ini hanya akan mengarah pada kebingungan dan konflik seperti yang kita baca dalam mitologi kredo tertentu, karena situasinya akan menghadirkan dilema yang tidak dapat diselesaikan.  Jika salah satu dari mereka memiliki kekuasaan untuk mengendalikan yang lain, hal itu berarti yang lain menjadi subordinasinya, sehingga dengan demikian kesetaraan akan dinegasikan.

Jika tidak ada kontrol, akan ada konflik. Jika ada kesamaan kehendak yang utuh dari antara ketiganya dan semua yang lainnya, akan ada redudansi seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

Dan sekiranya di dalam langit dan bumi  keduanya ada tuhan-tuhan selain Allah, pasti binasalah kedua-duanya. Maka Maha Suci Allah, Tuhan ‘Arasy itu, jauh di atas segala yang mereka terangkan. Tidak akan ditanya tentang apa yang Dia kerjakan, tetapi  merekalah yang ditanya. (QS Al-Anbiya, 21:23-24)

Nubuatan

Yesus menarik perhatian para lawannya pada fakta bahwa Musa (as) telah menubuatkan tetang kedatangannya. Beliau berkata:

Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?” (Yohanes 5:46-47)

Terkait:   Suku Bani Israil yang Hilang

Dikatakan bahwa ada beberapa nubuat dalam Taurat dan kitab-kitab lain dalam Alkitab tentang kedatangan Yesus, dan orang-orang Yahudi sedang menunggu kedatangan Mesiah ketika Yesus memulai dakwahnya.  Nubuatan-nubuatan itulah yang Yesus coba untuk menarik perhatian mereka ketika beliau merujuk pada tulisan-tulisan Nabi Musa (as). Apa yang penting untuk tujuan kita saat ini adalah semua nubuatan itu mengacu pada kedatangan seorang nabi dan bukan untuk kedatangan Tuhan dalam kapasitas pribadi kedua Trinitas.

Kebenaran dari masalah ini adalah Yesus adalah nabi terakhir dari Israel, seorang yang percaya kepada Musa dan semua nabi Israil yang mengikuti Musa. Yesus terikat oleh hukum Musa dan mematuhinya. Memang benar bahwa beliau sering mengemukakan arti sejatinya yang bertentangan dengan kalimatnya tetapi itu adalah pelaksanaan fungsi kenabiannya. Dia tidak bermaksud dan tidak memiliki wewenang untuk membatalkan hukum Musa atau bagian manapun darinya. Ini dia buat dengan jelas dalam pernyataan tegasnya.

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius: 1, 7-9)

Itulah sebabnya dia memberi tahu orang yang bertanya hal baik apa yang harus dia lakukan agar dia dapat memiliki hidup kekal, yaitu menaati perintah; yang dengan jelas beliau maksudnkan adalah perintah-perintah hukum Musa.

Nabi bagi Bani Israil

Pelayanan Yesus sebagai nabi terbatas pada Bani Israil. Ia adalah pewaris takhta Daud dan akan memerintah atas keluarga Yakub (Lukas 1:32-33). Konsepsinya sendiri tentang karakter pelayanannya dinyatakan dengan jelas dalam kejadian berikut:

Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak”. Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.  (Matius 15: 22-28)

Kisah ini menyatakan dengan jelas dan sungguh-sungguh bahwa Yesus adalah utusan Allah yang diutus kepada domba-domba yang hilang dari Bani Israil, dan ruang lingkup pelayanannya tidak melampaui bani Israil.  Wanita Kanaan dikatakan telah menyembahnya pada satu tahap tetap penyembahannya tidak lebih dari permohonan meminta bantuan, sehingga ungkapan “menyembah” telah digunakan sebagai ganti memohon.

Ayat itu bisa saja berbunyi: Maka datanglah wanit itu dan berdoa kepadanya agar menolongnya.  Bagaimanapun juga, pernyataan rasa hormat yang sangat besar dari wanita itu kepada Yesus tidak menjadikan Yesus sebagai tuhan dan tanggapannya terhadap permohonan wanita itu bahkan lebih tegas daripada tanggapan pertamanya yang menunjukkan tingkat penghinaan yang besar terhadap bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Dia tidak menganggap pantas untuk mengambil roti anak-anak, dan melemparkannya ke anjing.  Terlepas dari penghinaan itu, tidak ada ruang untuk berspekulasi bahwa misinya sebagai seorang utusan dapat mencakup setiap orang di luar Bani Israil.

Menyerahnya beliau pada permohonan wanita itu pada akhirnya bukanlah indikasi bahwa dia telah salah memahami ruang lingkup misinya dan sekarang dia memiliki pemahaman yang lebih baik tentang luasnya misi beliau.  Hal ini hanya berarti bahwa dia telah tergerak untuk berbelas kasih oleh kedalaman dan ketulusan iman wanita itu kepadanya. Misinya adalah misi yang baik dan bahkan jika orang non-Israil percaya kepadanya dengan tulus, itu tidak akan merugikannya, dan tidak ada yang dihasilkan darinya selain kebaikan.

Dikatakan bahwa pada kesempatan lain dia telah menasihati murid-muridnya untuk membawa pesannya ke semua kota dan desa dan kepada semua orang, tetapi tidak ada yang menunjukkan bahwa yang dimaksudkan beliau dengan semua kota, desa dan semua orang adalah lebih kepada semua kota dan desa Israil dan seluruh orang-orang Yahudi.

Dia dengan jelas mengarahkan murid-murid nya untuk hal itu seperti yang akan terlihat dari:

Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. (Matius 10:5-6)

Trinitas adalah Mitos

Dengan demikian, konsep Trinitas tidak didukung oleh apa pun yang dikatakan dikatakan Yesus. Ini adalah konsep yang membingungkan akal, menyinggung hati nurani, dan menghina keagungan Tuhan. Konsep ini sama sekali tidak konsisten dengan konsep Ketuhanan.

Sekelompok teolog Anglican terkemuka telah menggambarkannya sebagai mitos:

“Sebuah cerita yang dikisahkan tetapi tidak benar secara harfiah atau gagasan atau gambaran yang diterapkan pada seseorang atau sesuatu, tetapi tidak berlaku secara harfiah, tetapi mengundang  atribut tertentu dalam para pendengarnya bahwa Yesus adalah Tuhan, Putra yang berinkarnasi, tidak benar secara harfiah, karena tidak memiliki makna harfiah, tetapi merupakan penerapan pada Yesus yang fungsinya serupa dengan gagasan tentang keilahian anak yang diandaikan di dunia kuno kepada seorang raja. (The Myth of God Incarnate, Preface, hal. ix)

Para penulis buku ini yakin bahwa perkembangan teologis besar lainnya diperlukan pada bagian terakhir abad kedua puluh ini.  Kebutuhan itu muncul dari pengetahuan yang berkembang tentang asal-usul Kristen, dan melibatkan pengakuan bahwa Yesus adalah (seperti yang disajikan dalam kisah para rasul (2:22). ‘Seorang manusia yang disetujui oleh Tuhan’ untuk peran khusus dalam tujuan Ilahi, dan konsepsi selanjutnya tentang dia sebagai Tuhan yang Berinkarnasi, pribadi kedua Trinitas, yang hidup dalam kehidupan manusia, adalah cara mitologis atau puitis untuk mengungkapkan signifikansinya bagi kita.  Pengakuan ini diperlukan untuk kepentingan kebenaran; tetapi itu juga memiliki implikasi praktis yang semakin penting bagi hubungan kita dengan orang-orang dari agama-agama besar dunia lainnya. (Ibid, hlm. 178)

Al-Qur’an

Tuhan tidak tunduk pada kemungkinan kelahiran dan kematian.  Dia Maha Hidup dan tidak melahirkan juga tidak diperanakkan.  Al-Qur’an mengemukakan konsep sejati tentang Dia yang sama sekali tidak mengurangi, mengurung atau membatasi Dia. Al-Qur’an dengan tegas menolak konsep Trinitas. Misalnya:

Dia adalah Allah, Yang Maha Esa. Allah, Yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” (QS Al-Ikhlas, 112:2-5)

Terkait:   Nabi Isa Sudah Wafat! Berikut 30 Bukti dari Ayat-ayat Al-Qur'an

“Dan bertawakallah kepada Dia Yang hidup kekal dan Yang tidak mati, dan sanjunglah Dia dengan pujian-Nya.” (QS Al-Furqan, 25:59)

Dan mereka itu berkata, “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak laki-laki.” Sesungguhnya kamu telah mengucapkan sesuatu yang sangat mengerikan. Hampir-hampir seluruh langit pecah oleh karenanya, dan bumi terbelah, serta gunung-gunung runtuh berkeping-keping. Karena mereka menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai seornag anak lak-laki. Padahal tidaklah layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah, mengambil bagi diri-Nya sendiri seorang anak laki-laki. Tiada seorang pun di seluruh langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba. (QS Maryam, 19:89-94)

Segala puji bagi Allah, Yang telah menurunkan atas hamba-Nya Kitab ini dan tidaklah Dia menjadikan baginya kebengkokan. Dia sebagai penjaga, untuk memberi peringatan tentang siksaan yang dahsyat dari sisi-Nya, dan memberikan khabar suka kepada orang-orang mukmin, yang beramal shaleh bahwa bagi mereka ada ganjaran yang baik, mereka tetap di dalamnya selama-lamanya. Dan supaya memperingatkan orang-orang yang mengatakan, “Allah telah mengambil seorang anak lelaki.” Tidak ada bagi mereka ilmu mengenainya, dan tidak pula  bagi bapak-bapak mereka. Alangkah besar bahaya perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengucapkan selain dusta. (QS Al-Kahf, 18:2-6)

Dan tidak Kami utus seorang rasul sebelummu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku semata.” Dan mereka berkata, “Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak.” Maha Suci Dia. Bahkan mereka yang dianggap demikian hanyalah hamba-hamba-Nya  yang dimuliakan. Mereka tidak mendahului bicara sebelum Dia berfirman, dan mereka hanya melaksanakan perintah-Nya. Dia, Allah, mengetahui segala yang ada di hadapan mereka, dan apa yang ada di belakang mereka, dan tidaklah mereka itu memberi syafaat, melainkan kepada siapa yang Dia ridhai dan mereka gemetar karena rasa takut kepada-Nya. Dan barangsiapa berkata di antara mereka, “Sesungguhnya akulah tuhan selain Dia,” maka dialah yang akan Kami ganjar dengan Jahannam. Demikianlah Kami balas orang-orang aniaya. (QS Al-Anbiya’, 21:26-30)

Dan, ketika Allah berfirman, “Hai Isa ibnu Maryam, adakah engkau berkata kepada manusia, “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?” Ia menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak layak bagiku mengatakan apa yang bukan hakku; sekiranya aku telah mengatakannya tentu Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, dan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Tidak pernah aku mengatakan kepada mereka selain apa yang telah Engkau perintahkan kepada ku, yaitu, “Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku dan Tuhan-mu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, akan tetapi, setelah Engkau mewafatkan aku maka Engkau-lah Yang menjadi Pengawas atas mereka dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu; “Jika Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS Al-Maidah, 117-119)

Hai Ahlikitab, janganlah kamu melampaui batas dalam urusan agamamu, dan janganlah kamu berkata mengenai Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa Ibnu Maryam hanya seorang rasul Allah dan suatu khabar suka dari-Nya yang diturunkan kepada Maryam, dan rahmat dari-Nya, maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan janganlah kamu mengatakan, “Tuhan itu  tiga,” Berhentilah dari ucapan itu, ini lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah itu Tuhan Yang Maha Esa. Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di seluruh langit dan segala apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung. Al-Masih sekali-kali tidak akan merasa hina menjadi hamba bagi Allah dan tidak juga malaikat yang dekat kepada-Nya. Dan barangsiapa merasa hina karena beribadat kepada-Nya dan berlaku sombong, maka Dia akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. (QS An-Nisa, 4:172-173)

Sesungguhnya ingkarlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih ibnu Maryam,” padahal Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah Tuhan-ku dan Tuhan-mu.” Sesungguhnya, barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah,maka sesungguhnya Allah mengharamkan surga baginya dan tempat tinggalnya ialah Api. Dan tak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun. Sungguh ingkarlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu ketiga dari yang tiga;” padahal tiada Tuhan melainkan Tuhan Yang Esa. Dan jika mereka tidak berhenti dari apa yang dikatakan mereka, maka pasti azab yang pedih akan menimpa orang-orang yang ingkar di antara mereka. Apakah mereka tidak akan bertobat kepada Allah dan meminta ampun kepada-Nya, sedang kan Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang? (QS Al-Maidah, 5:73-75)

Al-Masih ibnu Maryam itu tidak lain melainkan seorang rasul; sesungguhnya telah wafat rasul-rasul sebelumnya. Dan ibunya adalah seorang yang benar. Keduanya dahulu makan makanan. Perhatikanlah, betapa Kami menjelaskan Tanda-tanda bagi mereka, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling. Katakanlah, “Apakah kamu menyembah selain Allah yang tak kuasa mendatangkan kemudaratan kepada kamu dan tidak pula keuntungan?” Dan, Allah adalah Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Katakanlah, “Hai Ahlikitab, janganlah kamu melampaui batas dalam urusan  agamamu dengan cara tanpa hak, dan janganlah kamu mengikuti keinginan kaum yang telah sesat sebelum ini dan menyesatkan pula banyak orang, dan mereka telah sesat dari jalan lurus.” (QS Al-Maidah, 5:76-78)

Subyek tentang Tuhan dan sifat-sifat Nya yang melaluinya konsep sejati tentang Dia dapat dibentuk, sangat luas dan tidak terbatas. Al-Qur’an mengemukakan banyak petunjuk tentang sifat-sifat Allah dan cara kerjanya. Tidak perlu untuk tujuan kita saat ini untuk memulai pembahasan terperinci tentang subyek ini. Namun sebagai ilustrasi perhatian dapat diarahkan pada bagian berikut yang harus dipelajari dan direnungkan dengan sangat seksama:

Dia-lah Allah, Yang tiada tuhan selain Dia, Mengetahui yang ghaib dan yang nampak, Dia-lah Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia, Maha berdaulat, Yang Maha Suci, Sumber segala kedamaian, Pelimpahan keamanan, Maha Pelindung, Maha Perkasa, Maha Penakluk, Maha Agung, Maha Suci Allah, dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah, Yang Maha Pencipta, Pembuat segala sesuatu, Pemberi bentuk, kepunyaan Dia-lah segala nama yang terindah.  Bertasbihlah kepada-Nya segala yang ada di seluruh langit dan bumi dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (QS Al-Hasyr, 59:23-25)

Kesimpulan

Manusia menginginkan keturunan yang baik untuk membantunya di usia tuanya, untuk meneruskan namanya dan keluarganya setelah kematiannya dan untuk memberikan kehormatan. Tuhan itu Maha Hidup, Maha Mandiri, serta Berdiri Sendiri. Semua yang ada di langit dan bumi adalah milik Nya, menaati-Nya  dan memuliakan-Nya. Apa perlunya bagi Dia seorang anak laki-laki?  Apa yang dapat dilakukan anak laki-laki bagi-Nya yang tidak dapat Dia lakukan sendiri?  Mengaitkan seorang putra kepada-Nya sebagai mitra dalam Ketuhanan akan merupakan penghinaan yang paling berat kepada-Nya.

Sumber: Alislam.org – Jesus A Prophet of God
Penerjemah: Natalia Damayanti Khalid

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.