73 Golongan Dalam Islam
Dr. Ijaz A. Rauf (1996-97)
- Pendahuluan
- Nubuat Islam Terpecah 73 Aliran
- Keaslian Hadits
- Pemenuhan Nubuatan secara Harfiah: Adanya 73 Golongan
- Pendapat dari Beberapa Ulama Islam
- Kesamaan 72 Golongan dalam Umat Yahudi
- Satu Golongan Yang Memiliki Kesamaan dengan Rasulullah dan Para Sahabat
- Lampiran I: Aliran-aliran Yahudi di masa Nabi Isa as.
- Lampiran II: Aliran – aliran dalam Islam
- Catatan dan Ucapan Terima Kasih
Di Pakistan, saya dan beberapa teman Ahmadi sering berdiskusi tentang hadits yang menyebutkan bahwa umat Islam terbagi menjadi 73 golongan, dan hanya satu yang benar. Sebagai seorang Ahmadi tentu saja kami percaya bahwa Jamaah Ahmadiyah adalah satu golongan yang selamat itu.
Pembahasan saya tentang hadits ini adalah ketika Dr Nadeem Malik (saat itu beliau di Swiss) mengutip hadits ini selama diskusi di Internet, Nadeem berdebat dan dimintai bukti 73 golongan itu. Untungnya saya ingat bahwa hal ini pernah dipublikasikan di koran Pakistan sehingga saya bisa ikut berdiskusi dan membantu Nadeem dan mengutip referensi dan mengatakan bahwa jika kami (sebagai Muslim Ahmadi) memberi tahu anda bahwa memang ada 73 golongan tetapi Anda mengatakan kami telah mengarangnya, maka saya berikan referensi yang mungkin memuaskan Anda. Namun perdebatan ini keluar dari pembahasan dengan ia bertanya apa bukti bahwa Muslim Ahmadi adalah satu golongan yang selamat.
Setelah diskusi pertama ini, pada beberapa kesempatan, setiap kali hadits ini dikutip oleh seorang Muslim Ahmadi di internet, para penentangan mengajukan sejumlah keberatan. Beberapa mengatakan bahwa hadits tersebut dhaif, beberapa lagi yang menerima keaslian hadits, meminta nama-nama semua golongan, sebagian lagi mengatakan bahwa aliran Islam itu sebenarnya lebih dari 73. Pernyataan seperti itu yang mengatakan ada lebih dari 73 golongan sama seperti orang Yahudi saat kedatangan Yesus yang mengatakan bahwa jumlah golongan jauh lebih banyak. Namun perdebatan di internet ini mendorong saya untuk melakukan riset dan menghasilkan tulisan yang cukup teliti yang membahas semua keberatan yang diajukan tentang hadits ini selama dalam perdebatan. Penelitian ini tentunya belumlah lengkap dan belum membahas semua aspek persamaan Ahmadiyah dengan Rasulullah dan para sahabat. Namun saya berharap dan berdoa semoga ini dapat menyediakan materi yang dapat memuaskan jiwa para pencari yang saleh. Aamiin.
Pendahuluan
Secara umum dapat dikatakan bahwa agama lebih merupakan penyebab perpecahan daripada persatuan bagi umat manusia. Pertanyaanya adalah jika semua agama berasal dari Tuhan yang satu, apakah Tuhan harus disalahkan atas keadaan dunia yang menyedihkan ini? Tidaklah mengherankan, yang ada justru sebaliknya. Tuhan selalu menjadi sumber persatuan bagi manusia, tetapi manusialah yang berulang kali melepaskan diri dari persatuan ini. Ajaran-ajaran Allah selalu memberi petunjuk yang sempurna untuk masyarakat yang adil dan damai, dan ketika orang-orang menjauh dari ajaran-ajaran itu dan tidak lagi dipraktikkan, saat itulah keimanan sejati meninggalkan hati orang-orang. Melalui rahmat Allah, Dia mengirimkan para reformer untuk membangun kembali keimanan sejati itu di bumi, para reformer ini selalu dihadapkan pada penentangan dan permusuhan dari orang-orang sekitar mereka. Sejarah penuh dengan contoh-contoh seperti itu.
Pembaharuan yang sama telah dimulai oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad di anak benua India-Pakistan pada akhir 1800an. Beliau mendirikan Jamaah Muslim Ahmadiyah dan menyatakan diri bahwa Beliau adalah Imam Mahdi dan Nabi Isa yang dijanjikan bagi umat Islam. Tujuan pendirian gerakan itu adalah adalah untuk memperbaiki dan mempersatukan hamba-hamba Allah yang mempersembahkan diri mereka untuk melayani sesama manusia dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Namun, para pemuka agama pada zamannya menganggap hal ini sebagai ancaman bagi keimanan mereka, dengan demikian meningkatlah pertentangan terhadap pesan yang Beliau sampaikan. Pertentangan dan penganiayaan terbesar justru datang dari sesama muslim. Para ulama dan pemuka kelompok-kelompok Islam menganggap pengikut Ahmadiyah telah keluar dari Islam.
Tetapi permusuhan mereka tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun 1953, beberapa Mullah memanfaatkan kekuatan politik untuk mengeksploitasi isu tentang Jamaah Ahmadiyah yang berakibat meningkatnya kekerasan dari masyarakat. Pergolakan ini dilakukan oleh Majlis-e-Ahrar yang tidak memiliki posisi politik di Pakistan karena sikap anti-Pakistan selama partisi (dengan India). Mereka mencoba menggunakan isu ini untuk mencari kedudukan politik di negara Muslim yang baru didirikan itu dengan cara memanfaatkan sensitifitas keagamaan masyarakat. Yang kemudian keluarlah ‘Munir Report’.
Pada tahun 1974, melihat posisi dalam pemerintah melemah, partai yang berkuasa kembali mengadakan drama dan memanfaatkan isu yang sama supaya dapat menguntungkan mereka. Di bawah tekanan yang luar biasa dari Raja Faisal (menurut The Guardian, Inggris, 9 September 1974) Bhutto melancarkan insiden Rabwah dan membawa masalah itu ke Majelis Nasional yang berubah menjadi komite khusus. Komite ini kemudian mengundang para pemimpin dari semua aliran yang dianggap terkait dengan Islam (72 aliran) untuk mengadakan perdebatan mengenai masalah ‘tertutupnya kenabian dengan pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah (Apakah setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam masih bisa datang seorang nabi atau tidak). Proses dari pertemuan ini tidak pernah dipublikasikan. Akhir dari pertemuan-semu ini, semua pemimpin dari 72 aliran dengan suara bulat menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah non-Muslim, yang kemudian diadopsi oleh komite khusus sebagai amandemen konstitusi tahun 1973. Dengan demikian, pemerintah dari sebuah negara Islam telah telah melanggar perintah Al-Quran:
“Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan. (QS 2:257)
Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa membaca syahadat sudah cukup untuk menjadikan seseorang sebagai Muslim, sebagaimana kita baca dalam hadits berikut:
Dari Usamah bin Zaid ra, beliau mengatakan; Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutus kami ke Huraqah untuk menyerang suku Juhainah. Suatu pagi kami menyerbu mereka, aku dan seorang sahabat Anshor berpapasan dengan seorang dari mereka. Ketika kami berhasil mengepungnya, dia mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah. Temanku melepaskannya, tetapi kemudian aku tikam dia dengan tombakku hingga tewas. Setelah kembali ke Madinah, kejadian tersebut telah diketahui oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau memanggilku dan bersabda, “Usamah, mengapa engkau bunuh oran gitu padahal dia telah mengucapkan kalimat tauhid?’ Saya menjawab, ‘Rasulullah, sungguh dia hanya berusaha untuk menyelamatkan diri saja.’ Beliau bersabda, ‘Mengapa engkau membunuhnya, padahal dia telah mengucap kalimat tauhid?’ Beliau mengulang-ngulang pertanyaan tersebut sampai-sampai aku merasa belum masuk Islam pada saat itu. (Muttafaqun alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya,
“Bukankah dia sudah membaca kalimat laa ilaaha illallah, baru engkau membunuhnya?” Aku menjawab, “Rasulullah, sebenarnya dia mengucapkan kalimat itu karena takut pedang.” Beliau bertanya, “Apakah engkau sudah membelah dadanya sehingga engkau mengetahui isi hatinya saat mengucapkan kalimat itu dengan tulus hati atau tidak?” Beliau mengulang-ulang pernyataan itu sehingga aku merasa baru masuk Islam pada hari itu. (Riyadh as-Salihin, HR. Bukhari: Kitab ad-diyat dan Muslim: Kitab al-iman).
Pemerintah menyatakan bahwa keputusan ini berdasarkan pada keyakinan bahwa Rasulullah adalah nabi terakhir. Meskipun Muslim Ahmadi percaya bahwa mereka adalah satu-satunya yang percaya pada makna hakiki Khatamun Nubuwwah pada saat ini, tetapi Al-Quran tidak menetapkan syarat seperti itu untuk menjadi seorang mukmin. Al Qur’an menyatakan:
“Hai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan Kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan Kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Dan siapa yang ingkar kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya dan Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya sesatlah ia dengan kesesatan yang sangat jauh. (QS. An- Nisa:137)
Jadi menurut Al-Qur’an satu-satunya hal yang membuat seseorang keluar dari Islam adalah jika ia tidak beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, atau hari pembalasan. Bukannya dengan tidak mempercayai terjemahan apapun dari kata Khatamun Nubuwwah. Al-Qur’an telah menjelaskan pasan-pasal keimanan secara jelas, bahkan mengajak non-muslim bersepakat pada keyakinan yang sama dengan Islam:
“Katakanlah, ‘Hai Ahli-kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah’. Tetapi, jika mereka berpaling, maka katakanlah, ‘Jadilah saksi bahwa kami orang-orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan’. (QS Ali Imran: 65)
Jadi jelas, menurut Al-Qur’an cara untuk mencapai kerukunan beragama adalah dengan mempraktikkan prinsip-prinsip umum dalam setiap kelompok yang berbeda, dan hal itu akan menjadi langkah pertama menuju sebuah kesepahaman dalam keyakinan beragama.
Pemerintah Pakistan di bawah kepemimpinan Zulfiqar Ali Bhutto dan para pemimpin 72 golongan Islam lainnya (selain Muslim Ahmadiyah) secara terang-terangan menentang ajaran-ajaran Al-Qur’an, sunnah, dan perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tapi uniknya, keputusan ini memberikan perbedaan yang menarik pada satu golongan Muslim dari 72 golongan lainnya yang memenuhi nubuat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, di mana beliau telah menyebutkan 73 perpecahan di kalangan Muslim berbanding dengan dengan 72 perpecahan di antara Orang Yahudi.
Nubuat Islam Terpecah 73 Aliran
Di antara banyak nubuat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebut satu nubuat dalam satu hadits; sebuah nubuat yang kita melihat sudah tergenapi dalam kehidupan kita. Lebih dari 1400 tahun yang lalu, Nabi kita tercinta, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam membuat suatu nubuat dengan kata-kata berikut:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh akan terjadi pada ummatku, sebagaimana telah terjadi pada apa yang telah umat bani Israil seperti sepasang sepatu, sehingga jika ada di antara mereka yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi 72 golongan, semuanya di Neraka kecuali satu golongan saja dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di Neraka kecuali satu. Para Shahabat bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Apa yang aku dan para Sahabatku berada di atasnya.” (Tirmidzi, Kitabul Iman)
Dalam hadits ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, hadits ini menyebutkan kemiripan umat Islam dengan Bani Israel (yaitu bangsa Yahudi). Dalam hadits lain (Abu Daud, Vol 2, p241) kemiripan ini disebutkan dalam kata-kata bahwa sebagaimana di antara umat Yahudi, seorang nabi akan diutus di setiap abad maka di kalangan umat Islam juga seorang mujaddid akan dibangkitkan; dan sebagaimana di antara umat Yahudi di akhir masa kenabian akan dibangkitkan seorang Almasih (juru selamat), maka dalam Islam juga akan dibangkitkan seorang juru selamat.
Di antara kaum Yahudi masing-masing terdapat 12 suku dari enam aliran sehingga berjumlah 72 golongan di masa Almasih (yaitu Yesus) dikirim kepada Bani Israel (Daftar lengkap sekte Yahudi pada masa Yesus terdapat dalam lampiran I). Setelah kemunculan Almasih di kalangan kaum Yahudi, jumlah sekte meningkat secara drastis. Jadi, ketika berbicara tentang 73 golongan dalam Islam dan melihat kemiripan umat Islam dengan kaum Yahudi yang disebutkan dalam kedua hadits di atas, nampaknya kedua hadis ini berhubungan dengan masa Almasih yang Dijanjikan.
Keaslian Hadits
Selain Tirmidzi, Ibnu Majah (Ibn-e-Majah Vol 1, p163) memberikan tiga riwayat tersendiri tentang hadits yang sama. Berbicara tentang keaslian hadits ini, Abu Mansur Abd al-Kahir ibn-Tahir Al-Baghdadi mengatakan:
“Ada banyak isnad untuk hadits yang terkait dengan terbaginya Islam. Beberapa sahabat telah menyatakan hadits itu berasal dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam : Anas ibn-Malik, Abu-Hurairah, Abu-l-Darda, Jabir, Abu-Sa’id al-Khidri, Ubai ibn-Ka’b, Abd-Allah ibn-Amr ibn-al-‘As, abu-Imamah, Wathilah ibn-al-Aska’, dll. Juga telah diriwayatkan bahwa para khalifah telah menyebutkan bahwa Islam terpecah setelah mereka, hanya ada satu golongan yang akan selamat, dan sisanya dari mereka merupakan golongan yang sesat dan kebinasaan di akhirat.” 1
Jadi, sudah jelas bahwa tidak ada keraguan tentang kesahihan hadits ini dan Ulama besar Islam seperti al-Baghdadi menganggap hadits ini sebagai hadits yang otentik. Sementara berbicara tentang jenis perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam, Abu Mansur al-Baghdadi mengatakan:
“Setiap orang yang cerdas di antara para penulis risalah telah mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menyebutkan tentang perpecahan yang dikecam itu dan tentang orang-orang yang telah ditakdirkan masuk neraka, tidak berarti bahwa berbagai aliran yang sah, yang meskipun mereka tidak setuju dengan turunan Institusi Hukum, sepakat tentang dasar-dasar agama…. Dan sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dalam menyebutkan golongan-golongan yang tidak selamat itu, hanya tertuju pada orang-orang yang memegang pendapat keliru, yang berbeda dengan satu golongan yang akan diselamatkan, dalam hal-hal seperti etika dan persatuan, janji dan peringatan (menyangkut kehidupan masa depan), takdir dan kebebasan, penentuan kebaikan dan keburukan, petujuk yang benar dan salah, kehendak dan keinginan Tuhan, wahyu kenabian dan pengetiannya, sifat-sifat Allah, Nama dan sifat-sifat-Nya, pertanyaan tentang apa yang diperintahkan dan apa yang diizinkan, [tanda-tanda] nubuatan dan syarat-syaratnya, dan pertanyaan-pertanyaan serupa.”
Pemenuhan Nubuatan secara Harfiah: Adanya 73 Golongan
Setelah menyebutkan kemiripan antara umat Islam dengan kaum Yahudi, dan terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda bahwa semua akan masuk neraka kecuali satu golongan. Artinya 72 golongan akan dimasukkan ke dalam neraka dan hanya satu golongan yang akan selamat. Ketika ditanya siapakan satu golongan yang selamat itu, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam menjawab “Mereka adalah orang-orang yang akan sepertiku dan para sahabat-sahabatku”. Ini menunjukkan bahwa 72 golongan menyerupai Bani Israel sedangkan hanya satu golongan yang menyerupai beliau dan para sahabat-sahabatnya.
Setelah mengatatakan itu, seharusnya pasti ada cara untuk membedakan satu jamaah tersebut dengan 72 golongan yang lain. Jadi pasti ada beberapa cara yang mana akan terbentuk dua kelompok dalam umat Islam, ada yang menjadi golongan yang satu (yang disebutkan oleh Rasulullah menyerupai beliau dan para sahabat), sedangkan satu lagi akan berupa 72 golongan yang menyerupai umat Yahudi.
Untuk melangkah lebih jauh, kita harus menetapkan tiga hal disini. Pertama, ada 73 golongan umat Islam dalam satu waktu. Kedua, ke 73 golongan tersebut terdiri dari dua bagian, satu bagian terdiri dari satu Jamaah dan bagian yang lain terdiri dari 72 golongan. Yang ketiga, satu golongan yang merupakan jamaah yang mengikuti seseorang yang mengaku sebagai Almasih yang dijanjikan.
Syarat ketiga harus dipenuhi karena seperti yang saya katakan di atas bahwa kita mengacu pada zaman Almasih yang dijanjikan; hanya para pengikut Almasih lah yang dapat membentuk suatu Jamaah yang menyerupai Nabi Besar Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat-sahabatnya.
Untuk memastikan bahwa ketiga persyaratan tersebut telah terpenuhi, saya akan menyajikan sebuah terjemahan dari sebagian editorial yang diterbitkan dalam bahasa Urdu di surat kabar harian Pakistan “Nawai Waqt”.
“Satu hal yang istimewa dari keputusan ini adalah bahwa kesepakatan Ummah secara substansial adalah benar. Dalam sejarah Islam, ijma yang luar biasa seperti itu belum pernah ada dalam hal permasahalan penting lainnya. Selain para ulama besar, pemegang syariat, semua pemimpin politik dan pemimpin dari masing-masing kelompok telah menyetujui keputusan ini. Selain itu, semua sufi, para arif billah, para pemimpin tasawuf dengan bulat telah sepakat. Kecuali Qadianis, semua 72 aliran yang dianggap Muslim setuju dan senang pada solusi dari permasalahan ini. Di antara para pemimpin bangsa dan masyarakat luas, nampaknya tidak ada kelompok manapun yang tidak bergembira atas keputusan ini. Negara harus memperhatikan ini.” (Harian “Nawai Waqt”, Lahore Pakistan, 10th October 1974 p4.)
Dan ini bukan satu-satunya surat kabar yang memberi keterangan tentang terbaginya Islam ke dalam 72 golongan. Terdapat keterangan lain dari sebuah surat kabar Inggris yang diterbitkan di UK.
“Dengan amandemen konstitusi, Majelis Nasional telah melucuti setengah juta anggota Jamaah Ahmadiyah dari status mereka sebagai Muslim. Pengucilan sejumlah besar orang yang mengaku sebagai Muslim oleh sebuah lembaga politik adalah peristiwa unik dalam 1400 sejarah Islam. Beban mengambil tindakan ada pada Majelis Nasional karena Islam menolak imamah, dan umat Islam, meskipun terbagi menjadi 72 golongan, tidak memiliki pusat kepemimpinan. Fatwa yang dikeluarkan oleh para mufti atau ulama agama tidak mengikat individu atau organisasi Islam mana pun.” (Harian “The Guardian” (UK), 9th September 1974)
Jadi jelas, menurut surat kabar di atas terdapat 73 golongan dalam Islam, satu Jamaah Ahmadiyah dan sisanya 72 (Daftar lengkap golongan dalam Islam terdapat dalam lampiran II). 72 golongan itu bersatu dan bersuka cita dengan membentuk sebuah kelompok dengan mengecualikan satu golongan lain dari Islam. Meskipun mereka semua mengeluarkan fatwa yang menyatakan satu sama lain sebagai kafir, tetapi ketika terkait dengan Ahmadiyah mereka semua bersatu, sehingga tidak ada keraguan mengenai identitas 72 dan 1 ini, sehingga berjumlah 73. Saya telah menjelaskan umat Yahudi terpecah menjadi 72 golongan pada masa Yesus, sehingga hadits ini akan mencerminkan masa Almasih di kalangan umat Islam, yang diyakini oleh semua Muslim juga waktu bagi turunnya Imam Mahdi.
Pendapat dari Beberapa Ulama Islam
Sekarang saya ingin menyajikan beberapa kutipan dari tulisan-tulisan dan ucapan beberapa ulama Islam tentang penerapan dan nama bagi Jamaah pengikut Imam Mahdi dan Nabi Isa.
Ali ra berkata: 2
Mahdi Mau’ud (Mahdi yang dijanjikan) akan diwarnai dengan kemuliaan Muhammadiyyah dan memiliki kejayaan Ahmadiyya.”
Muhammad bin Faris Misri menulis:3
“Para ulama kita akan menjadi nabi dan dari antara mereka yang menyeru pada kebenaran ia akan memiliki kedudukan kenabian, dan para ‘Aarif kita yang berada pada periode Ahmad, akan berasal dari kalangan ulul azmi (mereka yang memiliki tekad kuat) dan akan menerima kebesaran.”
Mujaddin Alif Tsani menulis:4
“Sekitar seribu dan beberapa tahun setelah kewafatan Nabi Muhammad, haqiqat Muhammadiyyah akan naik dari kedudukannya dan bersatu dengan Haqiqat Ka’bah. Pada saat itu Haqiqat Muhammadi akan disebut Haqiqat Ahmadi.
Imam Ali Qari menulis:5
“Jadi di antara 73 golongan semuanya akan masuk neraka dan firqah najiyya (golongan yang masuk surga) akan menjadi satu di antara Ahlu Sunnah (Sunni) yang akan memiliki kemuliaan Muhamadiyyah dan akan mengikuti Tariqah suci Ahmadiyyah.”
Abdur Raheem Grohri menulis:6
“Hadhrat Mahdi Mau’ud memiliki penampilan Muhammadi dan akan turun seperti seorang pemimpin, ia akan memiliki tahi lalat di dekat salah satu matanya. Ia akan menegakkan kembali Dinul Ahmadi, ia terang layaknya matahari dan akan dicintai semua orang. Dia terpelajar, cerdas, raja kebijaksanaan dan orang suci. Wahai Mir Muhammad Sahah, Mahdi akan dihiasi dengan jubah kenabian.”
Semua orang suci dan sufi Islam di atas mengerti bahwa di masa Imam Mahdi Tariqatul Ahmadiyya akan ditegakkan kembali sehingga para pengikut Mahdi akan menjalankan Kemuliaan Islam Ahmadiyya atau akan disebut Jamaah Ahmadiyyah.
Kesamaan 72 Golongan dalam Umat Yahudi
Menurut hadits yang telah disebutkan di awal, selain menjadi 72 golongan, mereka akan menyerupai umat Yahudi dalam hal perilaku mereka layaknya sepasang sepatu yang mirip satu sama lain. Namun saya tidak akan membahas secara rinci perilaku 72 golongan ini, saya hanya ingin menyebutkan kemiripan golongan-golongan ini dengan kaum Yahudi di zaman Almasih (Yesus) dalam keyakinan mereka.
Orang-orang Yahudi pada masa itu yakin bahwa nabi bani Israil sebelumnya, Elia (Ilyas as) telah diangkat ke surga dengan kereta tempurnya dan sebelum kedatangan Almasih, ia akan turun dari langit dengan keretanya dan akan mempersiapkan jalan untuk munculnya Almasih, barulah kemudian Almasih turun. (Raja-raja II 2:11 dan Maleakhi: 4:5)
Tetapi ketika Yesus mengaku bahwa beliau adalah Almasih itu, mereka kemudian menolaknya dengan mengatakan bahwa kami belum melihat Elia (Ilyas as) turun dari langit. Ketika Yesus menjelaskan bahwa sesungguhnya Yohanes Pembaptis (Yahya as) adalah sosok Elia yang Dijanjikan itu (Matius 17:10-13), orang-orang Yahudi bersikeras bahwa ia seharusnya turun dari langit jika ia memang Elia. Jadi mereka menolak Yesus maupun Yohanes.
72 golongan dalam Islam di masa kedatangan Mirza Ghulam Ahmad juga memiliki keyakinan bahwa Nabi Isa as naik ke langit dengan tubuh kasarnya dan nabi Isa yang sama itulah yang nanti akan menjadi Almasih (juru selamat) bagi umat Islam. Mereka berpendapat ia akan turun dari langit dengan bepegangan pada dua sayap malaikat di Menara putih.
Sama seperti umat Islam di masa sekarang, orang-orang Yahudi di Zaman Yesus sedang menunggu datangnya dua sosok, seorang Almasih (sama dengan Imam Mahdi dalam Islam) dan seorang prajurit Almasih, seorang raja yang akan datang dan membebaskan bani Israil dari perbudakan.
Lawrence H. Schiffman dalam artikelnya ‘Jewish Sectarianism in Second Temple Times’ menulis:7
“Mereka percaya bahwa zaman yang akan datang memang akan ditandai dengan perang dan musibah yang hebat, namun mereka menujukan pandangan pada kepemimpinan rakyat di tangan dua sosok Mesias. Seorang Mesias akan datang lebih dahulu dan membangun kembali kesucian Yerusalem. Bersamaan dengannya seorang Mesias Ilahi akan memerintah kerajaan yang didirikan kembali itu.”
Jadi ketika Yesus menyebarkan perdamaian, toleransi dan tanpa kekerasan, orang-orang Yahudi mengejek dan menolaknya. Saat ini umat Islam yang sangat mengerti kekeliruan yang telah dibuat oleh orang-orang Yahudi itu, tetap berkeyakinan tentang datangnya seorang Mahdi untuk mereformasi agama Islam dan sebagai pembantu Nabi Isa. Mereka menunggu Juru selamat yang tugas utamanya adalah memimpin umat Islam dalam perang suci melawan semua kekuatan dunia dan menumpahkan darah, membunuh Dajjal. Itulah sebabnya sebagian besar umat Islam saat ini percaya bahwa Nabi Isa akan menyelamatkan mereka.
Satu Golongan Yang Memiliki Kesamaan dengan Rasulullah dan Para Sahabat
Sekarang saya ingin menganalisas satu Jamaah, yaitu Jamaah Ahmadiyah yang dikucilkan oleh 72 golongan lain, untuk melihat apakah mereka memiliki kesamaan dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat seperti yang dinubuatkan dalam hadits. Saya yakin kesamaan yang disebutkan dalam hadits harus tercermin dalam segala segi kehidupan para pengikut Jamaah yang satu ini.
Seseorang dapat merasakan ketakwaan mereka sendiri sebagaimana perilaku nyata dalam kehidupan mereka. Karena kepribadian yang berbeda mempersepsikan akhlak yang berbeda pula sehingga sulit menyediakan bukti yang kuat tentang kesamaan akhlak dengan yang lain dan hanya dapat diamati dan dinilai oleh individu, jadi saya tidak akan membahas hal ini.
Namun saya ingin meyakinkan semua orang tentang Ahmadi muslim, jika mereka mengamati dengan seksama, mereka akan melihat perwujudan Abu Bakar dan Utsman untuk laki-laki, dan Khadijah untuk perempuan dalam hal pengorbanan harta, mereka akan melihat teladan Bilal dalam hal kesabaran, mereka akan melihat perwujudan Umar ra dan Ali ra terkait dengan keberanian.
Sejauh menyangkut ketakwaan, saya yakin hanya Allah satu-satunya Hakim mengenai takwa, jadi saya akan meninggalkan dan membiarkan orang memutuskan sendiri apa yang mereka lihat dari segi takwa ketika mereka bergaul dengan Muslim Ahmadi.
Terdapat banyak peristiwa yang meliputi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat dan tercatat dalam sejarah dan sebagian lagi dalam Al-Quran. Semuanya ingin saya bahas dalam artikel ini dan menunjukkan kepada para pembaca bagaimana peristiwa-peristiwa itu terulang dalam sejarah Ahmadiyah, yang masing-masing memiliki kemiripan dengan peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
1. Dilempari Batu karena Keimanan
Saya yakin para pembaca setuju dengan saya bahwa penganiayaan terhadap Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam dan para sahabat sangatlah berat. Namun ada satu peristiwa dalam kehidupan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang tidak luput dari perhatian para sejarawan manapun. Bahkan sejarawan barat, seperti Sir William Muir8 dan W. Montgomery Watt9, yang tidak percaya penganiayaan mejadi begitu parah, telah mencatat peristiwa itu dan telah menyatakan keaslian peristiwa itu. Ini adalah peristiwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pergi ke Thaif untuk berdakwah. Perlakuan keji kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari penduduk Thaif telah dijelaskan oleh banyak sejarawan dan penulis biografi. Saya ingin mengutip tulisan Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad dalam bukunya ‘Life of Muhammad”.10
“Berita tentang beliau telah sampai ke Thaif dan sekarang beliau datang ke situ tanpa senjata dan tanpa pengikut atau pengawal, seorang diri dan hanya ditemani oleh Zaid. Rakyat kota memandang beliau sebagai pengacau yang harus dihentikan kegiatannya, walaupun hanya sekedar menyenangkan hati para pemimpin mereka. Para gelandangan dan anak-anak nakal dilepaskan agar mereka melempari batu dan mengusir beliau ke luar kota. Zaid luka-luka dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam banyak mengeluarkan darah.”
Satu hal jelas dalam peristiwa itu adalah junjungan kita tercinta, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dilempari batu hanya karena memiliki keyakinan yang berbeda dengan kepercayaan masyarakat pada waktu itu.
Perlakuan semacam ini telah diterima oleh beberapa Muslim Ahmadi, dan kesamaan para pengikut Ahmadiyah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersama dengan Zaid dalam saat dilempari batu oleh para penentang, telah menjadi contoh bagi setiap generasi sejak didirikannya Jamaah Muslim Ahmadiyah.
Pertama, kemiripan yang nampak adalah seorang Ahmadi dirajam dengan dilempari batu karena syahadat. Peristiwa ini dijelaskan secara rinci oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dalam bukunya ‘Tadzkiratush Shahadatain’11. Friedmann, seorang sejarawan independen juga mencatat peristiwa ini dalam kata-kata berikut:12
“Abdul Latief sendiri, yang telah menerima pendakwahan Mirza Ghulam Ahmad tahun 1900 setelah ia membaca beberapa bukunya, datang ke Qadian pada tahun 1902 dan tinggal di sana beberapa bulan. Sekembalinya ke Kabul pada Januari 1903 ia ditangkap. Perdebatan agama terjadi di antara dirinya dengan beberapa ulama ortodoks. Cukup bisa ditebak, bahwa pandangan Ahmadiyah tidak dapat diterima, dan mereka yang beriman kepadanya adalah orang kafir. Ketika Abdul Latif berulang kali menolak untuk melepaskan keyakinannya, ia dilempari dengan batu sampai mati pada bulan Juli 1903.”
Kemudian di India, pendiri Jamaah ini juga memiliki kesamaan dengan peristiwa ini yang terjadi pada tahun 1905 ketika Hazrat Mirza Ghulam Ahmad melakukan perjalanan ke Amritsar dan dicatat oleh Friedmann13 dan juga Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad yang akan saya kutip dari bukunya ‘Hazrat Ahmad, Almasih yang Dijanjikan’.14
“Kendaraan didatangkan ke pintu samping gedung, dan Masih Mau’ud keluar menaiki kendaraan itu. Orang-orang yang mengadakan keributan tersebut mengetahui bahwa beliau akan berangkat, maka mereka serentak keluar dari gedung tempat pertemuan dan maju ke arah beliau. Seorang dari mereka menyerang Hazrat Ahmad dengan tongkat besar. Tetapi seorang murid yang berada di dekat beliau segera menghalangi untuk mencegah serangan itu. Untungnya pintu kendaraan terbuka benda itu mengenainya sehingga orang itu melarikan diri dan hanya meninggalkan luka ringan. Segera setelah kendaraan Hazrat Ahmad Kendaraan berangkat. Massa menghujani mereka dengan batu.”
Generasi berikutnya menjadi saksi terulangnya peristiwa serupa di masa Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud AHmad, Khalifatul Masih II. Setelah Hazrat Khalifatul Masih II mengumumkan diri sebagai ‘Putera yang Dijanjikan’ dari Masih Ma’ud, beliau mengadakan beberapa kuliah umum dan pertemuan di berbagai kota di India, awal 1940-an. Dan pada beberapa kesempatan massa melempari Muslim Ahmadi dengan batu. Yang paling parah adalah ketika sejumlah Muslim Ahmadi terluka karena dilempari batu di panggung.15 Pada salah satu kesempatan ini, Syekh Ijaz Ahmad Sahib (Keponakan Sir Muhammad Iqbal) juga hadir untuk menentang gerakan Ahmadiyah itu. Namun ketika ia melihat para penentang melempari pengikut Ahmadi dengan batu, ia memutuskan untuk beriman pada Islam Ahmadiyah dengan mengatakan bahwa ini memang cara para penentang memperlakukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. 16
Di masa sekarang, kita kembali menyaksikan kesamaan ini dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada peristiwa Shab Qadar, Pakistan, baru-baru ini di mana tiga Ahmadi dilempari batu hanya karena keimanan mereka. Kejadian ini dilaporkan oleh berbagai komisi HAM dan kantor berita.17 NETNEWS (Berita Internasional) 10 April 1995 menulis:18
“Pendukung ‘orang kafir’ dirajam sampai mati.
Abdullah Jan, PESHAWAR: Massa yang marah melempari seseorang dengan batu sampai mati, sedangkan yang lainnya mengalami luka serius, pada Minggu, karena diduga menerima keyakinan Ahmadiyah, di Shab Qadar, 45 kilometer dari sini. Satu orang lagi berhasil menyelamatkan diri.”
Selain peristiwa di atas sejauh ini sudah lebih 100 Muslim Ahmadi telah dibunuh oleh para penentang hanya karena keimanan mereka pada Almasih dan Al-Mahdi zaman ini.
2. Kesamaan dalam Bentuk Penganiayaan Lain
Selanjutnya saya ingin membahas beberapa penganiayaan yang diterima oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat di tangan para penentang, dan saya akan menunjukkan penganiayaan yang sama yang dialamai Ahmadiyah oleh semua 72 golongan Islam.
Salah satu tindakan yang dilakukan orang-orang Mekkah untuk menekan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat dan mencoba memaksa mereka untuk meninggalkan keimanan dan dakwah mereka, dijelaskan oleh Watt19 sebagai berikut:
“Dengan pembentukan aliansi besar, boikot terhadap suku Hasyim dan al-Mutallib dilembagakan. Suku lain tidak boleh melakukan urusan bisnis dengan mereka dan tidak boleh ada pernikahan dengan mereka.”
Aliansi dan boikot seperti ini juga sama dengan apa yang ditulis oleh Munir Report20 dan Friedmann21. Friedmann menulis:
“Konvensi Partai Muslim Pakistan diadakan di Karachi pada Januari 1953. Pertemuan ini dihadiri oleh ulama-ulama Islam terkemuka. Beberapa dari mereka mewakili organisasi seperti Jamaat Islami, Jamiyyat al-ulama-i Islam dan lainnya. Pertemuan ini memutuskan untuk menggunakan ‘aksi langsung’ menuntut pengunduran diri perdana menteri Pakistan dan menyatakan boikot total terhadap para Ahmadi.”
Pemboikotan sosial terhadap Ahmadi juga diumumkan dan dilaksanakan pada 1974 di seluruh Pakistan22. Harga untuk Bilal ra karena membaca Syahadat telah diketahui semua Muslim. Sir William Muir23 mencatat:
“Di dalam penderitaannya yang berat, para penganiaya bisa memaksa dirinya, kecuali satu perkataan, AHAD! AHAD! ‘SATU, SATU (hanya Allah). Pada kondisi seperti itu, Abu Bakar datang, dan memberikan jaminan kebebasan beragama kepada budak yang setia itu dengan membayar tebusan untuk kebebasannya.”
Berikut ini beberapa pendapat independen tentang harga yang dibayar oleh Muslim Ahmadi karena telah membaca kalimah Syahadat.
“Sejauh ini lebih dari 100 orang dari Jamaah ini yang telah terbunuh atas nama agama di berbagai belahan dunia. Sejak 1984, selama kampanye pembersihan Kalimah (oleh pemerintah Pakistan), Jamaah ini memiliki kesempatan untuk mempersembahkan kurban seperti para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sekitar 50 ribu Ahmadi tinggal di Rabwah dan masing-masing mereka telah dikasuskan dalam daftar orang-orang yang berbuat kesalahan karena membaca Kalima Syahadat.” (Harian Nawai Waqt 21 December 1989)
“Dalam periode yang berbeda selama satu milenium setengah sejarah Islam, umat Islam dituduh telah memaksa orang kafir untuk membaca syahadat. Tetapi tidak ada contoh yang ditemukan tentang peristiwa di mana seseorang yang membaca syahadat dihentikan oleh pedang.” (Islam or Mulla-ism oleh Asghar Ali Ghral Advocate Highcourt, p146)
“Pernah ada suatu masa ketika umat Islam menyebar ke seluruh dunia untuk mengajarkan Kalimah Syahadat, puasa dan shalat; tetapi sekarang ada masa di mana seorang Qadiani tidak boleh membaca syahadat sekalipun mereka ingin melafalkannya dengan hati yang tulus dan ikhlas. Hal ini disebabkan mereka dilarang untuk melakukan itu. Karena bagi mereka jika melakukan hal itu akan dianggap pelangaran yang dapat dihukum.” (A’amiriyyat kay saiy (Shadows of dictatorship) oleh Hussain Shah advocate p384)
Orang-orang Mekkah tidak suka menyebut Muslim kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya, melainkan menyebutnya sebagai Sabian.24 Hari ini, suatu hal yang ilegal bagi orang Ahmadi di Pakistan menyebut diri mereka Muslim, dan para Muslim Ahmadi diberi sebutan seperti Mirzais, Qadianis dll. Sejauh ini teradapat 729 kasus telah didaftarkan terhadap Ahmadi Muslim karena telah mengumandangkan Azan, berdakwah dan menyebut diri sebagai Muslim.25
Sudah diketahui orang-orang Mekkah mencoba upaya sekuat tenaga untuk menghentikan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat dari menyebarkan dan menjalankan agama mereka. Segala cara telah mereka upayakan untuk menghentikan mereka. Mereka dilarang shalat dan kita mendapati hal itu di dalam Al-Quran yang menurut para ahli tafsir hal itu merujuk pada tindakan Abu Jahal.
“Apakah engkau melihat orang yang melarang, seorang hamba Kami ketika ia shalat?” (QS 96: 11-12)
Sekarang terdapat suatu masa ketika orang-orang Ahmadi dianggap melakukan pelanggaran jika mereka mengerjakan shalat karena dengan melakukan itu mereka dianggap ‘berpura-pura menjadi Muslim’ dan hal itu merupakan pelanggaran pidana dan dihukum di Pakistan. Sejauh ini 19 kasus telah didaftarkan terhadap Muslim Ahmadi di Pakistan karena shalat.26
3. Sekilas tentang Pengorbanan Para Ahmadi
Antara Aril 1984 sampai 31 Oktober 1992 Jemaat Ahmadiyah mendapat kehormatan untuk membuat pengorbanan di jalan Allah.27
- Jumlah Ahmadi Muslim yang dibunuh karena keyakinan mereka di Pakistan: 22
- Jumlah Muslim Ahmadi yang diserang dengan percobaan pembunuhan: 37
- Peristiwa menggali kembali kuburan Muslim Ahmadi yang sudah meninggal: 12
- Insiden melakukan gangguan dalam pemakaman Muslim Ahmadi di pemakaman umum: 19
- Muslim Ahmadi dihukum mati: 7
- Jumlah Muslim Ahmadi yang dituntut karena memakai lencana syahadat: 71
- Didakwa karena mengumandangkan Azan, bertabligh dan dianggap berpura-pura menjadi Muslim: 729
- Didakwa karena mengucapkan Assalamu alaikum: 4.
- Didakwa karena shalat (membaca bacaan shalat Islam): 19
- Didakwa karena membaca Alquran: 10
- Didakwa karena mencetak ayat-ayat Alquran di kartu undangan: 48
- Tuntutan terhadap majalah Muslim Ahmadi: 103
- Penyitaan buku-buku, Alquran dan majalah: 462
- Para Ahmadi yang dihukum melalui persidangan karena pelanggaran-pelanggaran di atas: 112
- Masjid-masjid Ahmadiyah yang dihancurkan total: 11
- Masjid-masjid yang dihancurkan sebagian: 7
- Masjid yang disegel: 11
- Masjid Ahmadiyah yang disita: 2
- Masjid yang dihalangi dalam pembangunannya: 11
- Masjid yang dihapus kalimah syahadatnya oleh non-Ahmadi: 66
- Muslim Ahmadi yang dipecat dari pekerjaan karena keyakinan mereka: 31
- Total tanah Ahmadi yang disita oleh penentang dari Rabwah: 148.225 meter persegi.
4. Tuduhan-Tuduhan yang Serupa
Tuduhan tuduhan yang diarahkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terekam di banyak tempat di dalam Al-Quran. Saya akan mengetengahkan dan mendiskusikan dua buah saja. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya hanya seorang manusia yang mengajarnya. Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan mengajarkannya tidak fasih, dan Alquran ini adalah bahasa Arab yang jelas.” (QS 16: 104)
“Dan berkata orang orang yang ingkar: ‘Ini tiada lain melainkan dusta yang telah ia mengadakannya, dan membantu atasnya suatu kaum yang lain’. Sesungguhnya, mereka telah berbuat aniaya dan dusta”. Dan mereka berkata: ‘kisah kisah orang orang dahulu – yang ia suruh tulis dari seseorang, maka kisah ini dibacakan kepadanya pagi dan petang.” (QS 25: 5-6)
Ayat ayat ini mengacu pada tuduhan dari orang orang kafir bahwa budak-budak orang Kristen dan Yahudi yang masuk agama Islam secara rahasia telah membantu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam mengumpulkan Al-Qur’an dan karenanya ada tangan asing di balik konspirasi ini. Tuduhan-tuduhan terus dilancarkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahkan sampai hari ini oleh kekuatan-kekuatan Anti Muslim.
Tuduhan-tuduhan yang serupa juga telah ditujukan kepada Jemaat Ahmadiyah oleh para penentang. Pertama, para Ahmadi Muslim dituduh telah dibantu oleh umat Hindu. Ehsan Elahi Zaheer, salah penentang Ahmadiyah menulis:28
“Umat Hindu mendukung gerakan Ahmadiyah melalui pena, pers, dan panggung.”
Seberapa besarnya dukungan ini dapat dipahami oleh siapa saja melalui nubuatan-nubuatan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad tentang Pundit Lek Ram dan mubahalah dan juga debat terbuka yang dilangsungkan beliau dengan orang-orang Arya Samaj.
Yang kedua, tuduhan yang sama tidak masuk akalnya dan tidak berdasar terhadap Ahmadiyah adalah teori mengenai sponsor dari negara Inggris. Hampir setiap orang yang memusuhi Ahmadiyah menuduh bahwa Jamaah Muslim Ahmadiyah berhutang budi terhadap pendirian, keberadaan dan keberhasilannya kepada Pemerintah Kerajaan Inggris29. Sedangkan di sisi lain pendiri Jamaah ini mengirimkan pesan kepada Ratu Inggris dalam buku ‘Ainah Kamalati Islam’ yang diakhiri dengan kata kata berikut: 30
“Wahai Ratu dunia! Terimalah Islam dan engkau akan selamat. Jadilah seorang Muslim. Tuhan akan memberikan persediaan kepada engkau sampai hari akhir dan Dia akan menyelamatkan engkau dan melindungi engkau dari musuh-musuh engkau.”
Yang ketiga, para Ahmadi dituduh telah dibantu oleh orang orang Yahudi persis seperti yang telah dituduhkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam31:
“Orang orang Yahudi membantu para Ahmadi secara akademis dan melengkapi mereka dengan argumen-argumen dan dokumen-dokumen yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang benar.”
Tuduhan selanjutnya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tercatat dalam Al Qur’an sebagai berikut:
“Dan berkata orang orang yang ingkar: ‘Mengapakah Al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya seluruhnya sekaligus? Seperti itulah Kami telah menurunkannya supaya senantiasa kami dapat meneguhkan hatimu dengannya. Dan Kami telah menyusunnya dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS 25:33)
Tuduhan-tuduhan di atas tidak berbeda jauh dengan tuduhan- uduhan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad oleh para musuh dengan mengatakan bahwa, mengapa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad tidak menyatakan pendakwahannya sekaligus? Mengapa beliau pertama-tama mengaku sebagai Mujaddid, kemudian Muhadits, kemudian Imam Mahdi dan kemudian Al-Masih. Jawaban serupa adalah perlu untuk memperkuat hati Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sendiri mengenai misi beliau, dengan demikian beliau mendakwahkan status beliau setiap kali Allah mengabarkan pada beliau dan memerintahkan untuk melakukannya.
5. Hijrah karena Penganiayaan
Sudah diketahui bersama, baik di dunia Islam maupun non-Muslim bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para Sahabat harus berhijrah ke luar kampung halamannya dan mencari tempat perlindungan ke berbagai negeri asing, disebabkan penganiayaan yang sangat hebat di Mekah. Hijrah pertama adalah ke Abessinia seperti yang dicatat oleh Ibnu-e-Hisham32 dan Sir William Muir33:
“Untuk menghindari penghinaan dan bahaya perbuatan keji ini, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menyarankan para pengikut beliau yang tidak memiliki perlindungan untuk mencari suaka di negeri asing. Ini disebut Hijrah pertama atau perjalanan Abessinia, yang membedakan dari hijrah yang lebih besar selanjutnya pada kuartal yang sama.”
Dan kemudian akhirnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri yang harus hijrah ke Madinah sekitar bulan April 62234:
“Dua atau tiga minggu setelah perjanjian Aqabah, yakni sekitar permulaan bulan Muharam, hijrahpun dimulai.”
Banyak Muslim Ahmadi di masa sekarang harus mengikuti Sunnah Rasulullah dan para Sahabatnya ini hanya karena keyakinan yang mereka pegang dan karena penganiayaan yang sangat hebat di Pakistan. Berikut ini adalah perkataan para pembela HAM kepada PBB35:
“Para Muslim Ahmadi dipaksa keluar dari Pakistan. Ketika mereka mencari perlindungan di negara negara lain, mereka memiliki ‘prime facie’ menunjukkan penganiayaan berdasarkan agama. Hak-hak suaka dan hak non-regoulement juga termasuk. Negara yang yang secara paksa mengembalikan seorang Ahmadi Muslim ke Pakistan sementara Ordonansi XX masih berlaku berarti telah melanggar hukum internasional.”
Mereka yang telah menganiaya para Ahmadi dengan tidak malunya mengakui bahwa tujuan dari penganiayaan tersebut adalah untuk memaksa para Muslim Ahmadi keluar dari Pakistan atau untuk memusnahkan mereka, seperti yang diungkapkan oleh Dr. Karren Parker36:
“Ulama pro-pemerintah terkemuka mengatakan kepada pembicara bahwa tujuan mereka adalah untuk mengusir para Ahmadi keluar dari Pakistan, menangkap mereka yang masih masih tinggal dan menghancurkan atau merebut properti keagamaan orang-orang Ahmadi.”
Dan pada akhirnya, hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam itu sendiri mirip dengan hijrahnya Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV. Hijrah beliau layaknya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam kapasitas sebagai pemimpin orang-orang mukmin yang terjadi pada tahun 1984 setelah pengumuman dari Ordonansi XX di Pakistan.
Dan seperti di masa Rasulullah, selain dari hijrah-hijrah individu dikarenakan penganiayaan, ada dua hijrah besar yang dilakukan sebelum junjungan tercinta kita Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. Demikian pula, di masa kini, ada dua hijrah besar Muslim Ahmadi keluar dari Pakistan karena penganiayaan sebelum hijrahnya Hazrat Mirza Tahir Ahmad. Salah satu hijrah besar ini adalah pada tahun 1953 dan satunya lagi pada tahun 1974.
6. Kesaksian Netral atas Berbagai Kesamaan
Berikut ini saya akan mengetengahkan beberapa kutipan dari berbagai sumber yang menyatakan bahwa para Muslim Ahmadi serupa dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para Sahabatnya dalam hal akhlak, perjuangan, antusiasme kecintaan mereka terhadap agama, dan penganiayaan yang ditimpakan kepada mereka.
“Di masa kini, semua aliran Islam terpengaruh dengan satu cara atau lainnya oleh Bangsa Inggris, Hindu, atau bangsa bangsa lainnya. Hanya Jemaat Ahmadiyah saja yang selayaknya Muslim awwalin yang tidak terpengaruh oleh para individual ataupun kelompok dan melaksanakan pekerjaan Islam yang murni”
(Harian “Mashriq” 23 September 1927)
“Kami masih mempertahankan ketakwaan dan semangat Islam di India karena di sini pelayanan-pelayanan yang tak terungkap dari para pemimpin rohani terus berjalan. Dan selalu ada beberapa ulama dengan status seperti itu yang tidak menyembah kekayaan. Dan jika kalian bertanya yang sebenarnya, pekerjaan ini dilakukan oleh para pengikut Mirza Ghulam Ahmad dengan pola yang sama seperti yang dilakukan oleh Muslim awwalin.”
(Harian Mashriq 24 Januari 1929)
“Adalah fakta yang nyata bahwa cara Muslim Ahmadi berdakwah atau menyiarkan agama dan upaya-upaya keras yang mereka lakukan dalam upaya ini hampir tak dapat disejajarkan dengan Jamaah Islam lainnya, setelah masa Khulafaur Rasyidin.”
(Bulanan “Punjabi Jeevan Preetee” Patyalla, edisi Maret 1963)
Taj Muhammad Bhatti, Nazim-e-Aala dari Majlis Tahafze Khatme Nubuwwat (organisasi yang didirikan untuk menganiaya Ahmadi), Quetta, Pakistan memberikan kesaksian berikut pada sebuah pengadilan37:
“Memang benar bahwa pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ketika orang orang sholat, mengumandangkan adzan atau membaca Kalimah Syahadat, kaum kafir memperlakukan mereka persis sama seperti kami memperlakukan para Ahmadi saat ini.”
7. Kesamaan dalam Hal Ganjaran
Ganjaran dari berbagai pengorbanan umat Islam di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak terhitung banyaknya, sehingga tidak dapat kami catat semua dalam dalam artikel ini. Namun ganjaran besar yang Allah berikan tergambar dalam Surah Nasr sebagai berikut:
“Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia akan masuk agama Allah berbondong-bondong” (QS 110: 2-3)
Dan sudah menjadi fakta sejarah bahwa setelah Hijrah, Islam tersebar dengan sangat cepat dan orang-orang masuk Islam dalam kelompok-kelompok besar. Suku demi suku bergabung ke dalam Islam. Khususnya setelah Fattah Mekah, jumlah orang yang masuk Islam begitu banyak. Benarlah bahwa orang-orang memasuki Islam dengan berbondong-bondong pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para Sahabat.
Berikut ini adalah sebuah bagian yang disalin dari sebuah laman di situs internet dari gerakan Anti Ahmadiyah. Seperti halnya di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para Sahabatnya, para musuh Islam yang paling memusuhi pun bersaksi akan keberhasilan dan ganjaran yang Allah berikan pada umat Islam waktu itu. Begitu juga saat ini, musuh yang paling sengitpun bersaksi akan ganjaran yang diberikan oleh Allah kepada Ahmadiyah dengan kata-kata sebagai berikut:38
“Gerakan Ahmadiyah dalam Islam adalah sebuah korporasi Perdagangan Agamis-Politis. Gerakan ini memiliki cabang-cabang di seluruh negara dan kota-kota besar di dunia yang mana payung Qadiani/Ahmadi secara sistematis menjebak umat Islam, yang tidak mengetahui rencangan jahat mereka. Apakah di Amerika, Eropa ataupun Asia Tengah, atau pada komunitas-komunitas kurang mampu terlantar seperti Afrika, pengungsi Bosnia, semuanya orang yang tidak mengetahui motif sebenarnya Gerakan Ahmadiyah terjebak oleh mereka atas nama Islam. 50,000 Muslim di Mali, 24.000 Muslim di Pantai Gading, 100,000 Pengungsi Bosnia di Eropa dan 45,000 orang Albania adalah sedikit dari korban-korban serangan Qadiani.”
Tidakkah kita melihat bahwa janji Allah dalam firman: “Dan engkau melihat manusia memasuki agama Allah dengan berbondong-bondong”, telah tergenapi lagi melalui Gerakan Ahmadiyah dalam Islam?
8. Catatan Penutup
Terakhir, untuk pembaca yang mungkin telah melihat kesamaan antara satu golongan (di luar 72 golongan Islam) dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat, saya ingin mengutipkan beberapa hadits sebagai bahan renungan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diriwayatkan pernah bersabda:
“Seseorang yang wafat tanpa menerima Imam zaman (yang ditunjuk oleh Allah), maka kewafatannya adalah wafat jahiliyah.” (Musnad Ahmad bin Hambal)
Berkaitan dengan Imam Mahdi, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila engkau melihatnya (Imam Mahdi), maka segeralah bai’at kepadanya, meskipun engkau harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifah Allah Al-Mahdi.” (Mastadarrak Hakim Kitab al-Fitn Wal Malaham Bab Khuroojal Mahdi.)
“Seseorang yang menaati Imam Mahdi berarti menaatiku, dan siapa yang tidak menaatinya, berarti tidak menaatiku.” (Biharul Anwaar Vol. 13 p17)
“Seseorang yang menolak Imam Mahdi, berarti ia kufur”. (Hajj Al-Kiramah p351, juga Lawaih Al-Anwaar Al-Baheema Vol. 2 p88)
Lampiran I: Aliran-aliran Yahudi di masa Nabi Isa as.
Literatur Yahudi tidak memiliki daftar semua aliran-aliran agama Yahudi di zaman Nabi Isa. Tiap penulis memiliki definisi yang berbeda tentang sekte. Sebagian penulis menganggap satu kelompok terlalu kecil untuk kriteria sebagai sekte, sementara yang lain memasukkannya sebagai sekte. Namun, mereka semua mengakui keberadaan semua sekte dan sub-sekte pada daftar di bawah ini yang ada pada masa Nabi Isa as. Daftar ini telah dikumpulkan dari karya para penulis.39
- Farisi
- Sadiki
- Essenes/Ossenes
- Kelompok Covanent
- Karaite
- Zealots
- Therapeutae
- Kabbalah
- Qumranite
- Hasmoneans
- Amme ha ‘arez
- Yahwists
- Rechabites
- Nazirite
- Hellenists (Pengikut of Stephen)
- Maccabees
- Hasideans
- Eleazarite
- Hyrcanusites
- Epicureans
- Stoics
- Pythagoreans
- Zadokites
- Enochites
- Zakaites
- Beth Hillel
- Beth Shammai
- Pengikut Bar Cochba
- Habakkukites
- Ebionites
- Levites
- Ezekielites
- Herodians
- Scribes (Soferims)
- Galileans
- Hemerobaptists
- Baptists
- Masbothei
- Genistae
- Meristae
- Hellenians (Pengikut of Hellene)
- Nasaraioi
- Introversionists
- Yahudi Alexanderian
- Philos
- Hezekiah
- Josiah
- Canaanites
- Samaritans
- Aaronides
- Yahudi Gnostic Qumran
- Boethusians
- Conversionists
- Gerakan Josianic
- Yahudi Baolehlonian
- Elephantinites
- Oniasites
- Judeans
- Ein Fashka
- Antiochusians
- Selecudins
- Sicarii
- Zedekiahs
- Pengikut Simon Bar Giora
- Pengikut John Giscala
- Pengikut Simon Bar Kosiba
- Patriarchate
- Apocalypticians
- Gerakan Shabbatai Zevi
- Adventists
- Epiphanesians
- Yahudi Palestina
Lampiran II: Aliran – aliran dalam Islam
Daftar yang memuat nama-nama aliran dapat dilihat dalam Islamic Encyclopedia40,
Kitab Al-Farq baina Al-Firaq 41dan Kitab Lajawwab Masmay ba-Mazhab al-Islam. 42 Dua sumber yang saya gunakan untuk membuat daftar berikut adalah Ensiklopedia Islam yang diterbitkan oleh Munshi Mehboob ‘Alim dan Al-Farq baina Al-Firaq Abu Mansur al Baghdadi.
Daftar dari Abu Mansur al Baghdadi dibuat sekitar abad 10 M dan ia telah memasukkan sejumlah gerakan politik sebagai aliran yang berbeda. Gerakan-gerakan seperti itu berbeda satu sama lain dalam hal kepemimpinan dan tidak ada perbedaan secara teologis, jadi saya yakin tidak dapat dianggap sebagai aliran yang independen. Jadi dalam daftar saya, saya tidak memasukkan gerakan politik sebagai aliran tersendiri. Sementara itu Munshi Mehboob ‘Alim telah memasukkan dalam daftar beliau aliran-aliran yang menolak beberapa keyakinan dasar Islam sedangkan abu Mansur al Baghdadi tidak menganggap mereka sebagai bagian dari Islam. Sebagai contoh Ghullat dan semua cabang-cabangnya percaya pada keilahian Ali, Zanadiqiyah dan beberapa aliran lain tidak percaya pada Hari Kiamat, dll.
Saat menyiapkan daftar ini saya setuju dengan Baghdadi dengan tidak memasukkan aliran-aliran seperti itu. Akhirnya, Munshi Mehboob ‘Alim telah memasukkan dua aliran yaitu ‘Aliviyah dan Ajariyah untuk membedakan satu mempercayai kenabian Ali sedangkan yang satunya percaya bahwa Ali adalah pembantu kenabian. Saya menganggap dua kepercayaan ini sebagai satu aliran.
Selain dari perbedaan-perbedaan yang telah disebutkan di atas, dua daftar yang saya sebutkan adalah identik kecuali bahwa Munshi Mehboob ‘Alim membagi seluruh umat menjadi 6 cabang besar: 1.Rafidiya, 2.Kharijiya, 3.Jabariyah, 4.Qadriyah, 5.Jahmiyah and 6. Marjiyah. Sedangkan Aabu Mansur memuat Jahmiyah di bawah golongan Marjiyahn dan Jabariyah di bawah golongan Qadriyah, sehingga membagi umat menjadi hanya 4 golongan besar yaitu: 1.Rafidiyah, 2.Kharijiya, 3.Qadriya and 4. Marjiyah.
Perbedaan lain lainnya yang ditemukan adalah dua penulis tersebut terkadang menggunakan nama yang berbeda untuk aliran yang sama, hal itu terlihat jika kita melihat keyakinan yang terkait dengan mereka. Saya yakin hal ini terjadi karena kedua penulis tinggal di wilayah yang berbeda (satu di wilayah Arab dan satu lagi di wilayah India Pakistan) di waktu yang berbeda – sehingga barangkali aliran-aliran yang sama mungkin dikenal dengan nama atau sebutan yang berbeda di wilayah yang berbeda. Saya telah berusaha untuk memasukkan berbagai nama yang sama yang ditulis oleh kedua penulis tersebut jika memungkinkan.
- Jarudiyah:Para pengikut Abu’l-Jarud. Mereka percaya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menunjuk Ali (ra) sebagai Imam berdasarkan karakteristiknya, tapi tidak namanya
- Sulaimaniah / Jaririyah:Para pengikut Sulaiman ibn-Jarir al-Zaidi. Mereka percaya Imamat adalah perkara musyawarah dan dapat dikonfirmasi oleh 2 orang Muslim terbaik
- Butriyah / Hurariyah: Mereka tidak menolak Khilafat Usman, tidak juga mereka menyerang atau memuji beliau.
- Yaqubiyya: Mereka menerima Kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, tapi tidak menentang pihak-pihak yang menolak kekhalifahan mereka. Mereka juga percaya bahwa umat Islam pelaku dosa-dosa besar akan berada di neraka selamanya.
- Hanafiyah:
- Para pengikut dari Imam Muhammad ibn-al-Hanifah. Mereka percaya bahwa Allah mungkin memiliki awal.
- Karibiyah: Mereka percaya bahwa Imam Muhammad ibn-al-Hanifah tidak wafat dan ia merupakan Imam Ghaib (yang menghilang) dan Mahdi yang dinantikan
- Kamiliyah: Para pengikut Abu Kamil. Mereka mempercayai bahwa para sahabah adalah sesat karena mereka meninggalkan kesetiaan pada Ali dan mengecam Ali karena beliau berhenti memerangi mereka. Mereka percaya pada kebangkitan orang yang sudah mati sebelum hari kiamat dan setan benar dalam memilih api daripada tanah liat.
- Muhammadiyyah / Mughairiyah: Para pengikut Muhammad ibn-‘Abdullah ibn-al-Hassan. Mereka tidak percaya bahwa Imam Muhammad ibn-‘Abdullah telah wafat tetapi beliau adalah Imam Ghaib dan Mahdi yang dinantikan.
- Baqiriyah: Para pengikut Muhammad ibn-‘Ali al-Baqir. Mereka percaya bahwa beliau adalah Imam Ghaib dan Mahdi yang dinantikan.
- Nadisiyah: Mereka percaya bahwa orang-orang yang menganggap bahwa diri mereka lebih baik dari orang lain adalah Kafir.
- Sha’iyah: Mereka percaya bahwa orang yang telah membaca Laa Ilaaha Illallah, apapun yang ia lakukan, ia tidak akan pernah dihukum.
- Ammaliyah: Mereka percaya bahwa iman seseorang adalah yang ia amalkan dengan ikhlas.
- Ismailiyah: Mereka percaya pada keberlanjutan dari Imamah di antara keturunan Ismail ibnu Ja’far
- Musawiyah / Mamturah: Mereka percaya bahwa Musa ibnu Ja’far adalah Imam Ghaib dan Mahdi yang dinantikan
- Mubarikiyah: Mereka percaya akan keberlanjutan Imamah di antara keturunan Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ja’far
- Kathiyah / Ithn ‘Ashariya (Kedua belas): Mereka percaya bahwa Mahdi yang dinantikan adalah Imam ke-12 dari keturunan Ali Bin Abi Talib
- Hashamiya / Taraqibiyah: Mereka mendasarkan sebuah tubuh pada Allah dan juga menuduh Rasulullah tidak taat kepada Allah
- Zarariyah: Mereka percaya bahwa Allah tidak hidup atau memiliki sifat-sifat sampai Dia menciptakan untuk diri-Nya sendiri kehidupan dan sifat-sifat-Nya
- Younasiyah: Para pengikut dari Younas ibnu Abdul Rahman Al Kummi. Mereka percaya bahwa Allah diangkut oleh pembawa Arasy-Nya, meskipun Dia lebih kuat dari mereka.
- Shaitaniyah / Shireekiyah: Mereka percaya pada pandangan bahwa amalan para hamba Allah adalah zat; dan seorang hamba Allah dapat benar-benar menghasilkan zat.
- Azraqiah: Para pengikut Nafi ibnu al Azraq. Mereka tidak mempercayai mimpi yang benar dan wahyu dan menganggap bahwa semua bentuk wahyu telah berakhir.
- Najadat: Para pengikut dari Najdah Ibnu Amir al Hanafi. Mereka menghapuskan hukuman meminum anggur dan mereka juga percaya bahwa para pendosa dari aliran mereka tidak akan dimasukkan ke api neraka namun di tempat lain sebelum mereka diperbolehkan masuk surga.
- Sufriyah: Para pengikut dari Ziyad ibnu al Asfar. Mereka percaya bahwa para pendosa adalah musyrik.
- Ajaridah: Para pengikut dari Abdul Karim Ibnu Ajrad. Mereka percaya bahwa seorang anak seharusnya diajak ke dalam Islam setelah mereka mencapai kedewasaan. Mereka juga percaya bahwa barang rampasan perang adalah tidak sah sampai pemiliknya terbunuh.
- Khazimiyah: Mereka percaya Allah mencintai manusia dari semua agama, walaupun jika seseorang itu kafir sepanjang hidupnya.
- Shuaibiyah / Hujjatiyah: Mereka percaya bahwa yang Allah kehendaki akan terjadi meski apapun yang terjadi. Dan jika sesuatu tidak terjadi, maka itu berarti Allah tidak mengkehendakinya
- Khalafiyah: Para pengikut Khalaf. Mereka tidak percaya pada peperangan kecuali di bawah kepemimpinan seorang Imam
- Ma’lumiyah / Majhuliyah: Mereka percaya bahwa siapapun yang tidak mengetahui Allah dengan seluruh asma-Nya ia tidak mengenal Allah, dan siapa yang tidak mengenal Allah adalah kafir.
- Saltiya: Para pengikut dari Salt ibnu Usman. Mereka percaya bahwa masuk ke agama Islam hanya pada orang dewasa saja. Dan jika seorang Ayah telah masuk Islam, anak-anaknya dianggap kafir hingga mereka mencapai dewasa.
- Hamziyah: Para pengikut dari Hamzah ibnu Akrak. Mereka percaya bahwa anak-anak orang musyrik adalah terkutuk ke neraka.
- Tha’libiyah:Para pengikut dari Tha’labah ibnu Mashkan. Mereka percaya bahwa orang tua tetap merupakan wali anak-anak mereka terlepas dari berapapun usianya, kecuali anak-anak tersebut mengatakan dengan jelas bahwa mereka sudah berpaling dari agama.
- Ma’badiyah: Mereka tidak percaya dalam menerima atau memberi sedekah kepada atau dari para budak.
- Akhnasiyah: Mereka tidak setuju dalam hal mengobarkan peperangan kecuali mempertahankan diri atau ketika musuh telah dikenal secara pribadi.
- Shaibaniyah / Mashbiyah: Para pengikut Shaiban ibnu Salamah al Khariji. Mereka percaya Allah menyerupai makhluk-Nya
- Rashidiyah: Mereka percaa bahwa tanah yang diairi oleh mata air, kanal atau sungai sungai yang mengalir harus membayar setengah dari zakat, sedangkan tanah yang diairi oleh hujan harus membayar zakat penuh.
- Mukarramiyah / Tehmiyah: Para pengikut Abu Mukarram. Mereka percaya bahwa kejahilan merupakan ketidakberimanan. Juga, bahwa permusuhan atau persahabatan Allah tergantung pada keadaan keimanan seseorang pada saat kewafatannya.
- Ibadiyah / Af’aliyah: Menganggap Abdullah ibnu Ibad sebagai Imam mereka. Mereka percaya melakukan perbuatan baik tanpa niat diridhoi Allah.
- Hafsiyah: Menganggap Hafs ibnu abi-l-Mikdam sebagai Imam mereka. Mereka percaya bahwa hanya dengan mengenal Allah maka hal tersebut akan membebaskan seseorang dari kemusyrikan.
- Harithiya: Para pengikut dari Harith ibnu Mazid al Ibadi. Mereka percaya bahwa kepandaian melebihi amalan
- Ashab Ta’ah:
- Mereka percaya bahwa Allah dapat mengirim nabi tanpa memberikan ia tanda-tanda untuk membuktikan kenabiannya.
- Shabibiyah / Salihiyah:
- Para pengikut dari Shahib ibnu Yazid al Shaibani. Mereka percaya dalam ke-Imaman seorang wanita bernama Ghazalah
- Wasiliyah:
- Para pengikut dari Wasil ibnu Ata al-Ghazza. Mereka percaya bahwa mereka yang melakukan dosa-dosa besar akan dihukum dalam neraka, namun tetap merupakan orang-orang beriman.
- ‘Amriyah: Para pengikut dari Amr ibnu Ubaid ibnu bab. Mereka menolak kesaksian hukum dari para pendukung kedua belah pihak dalam perang Jamal.
- Hudhailiyah / Faniya: Para pengikut dari Abu al Hudhail Muhammad ibnu al Hudhail. Mereka percaya bahwa baik Neraka maupun Surga akan musnah dan bahwa takdir Allah dapat berhenti, pada saat itu Allah tidak lagi Maha Kuasa
- Nazzamiyah: Para pengikut dari Abu Ishaq Ibrahim ibnu Saiyar. Mereka tidak percaya pada sifat kemukjizatan Quran, pun mereka tidak percaya pada mukjizat-mukjizat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam seperti membelah bulan.
- Mu’ammariyah: Mereka percaya bahwa Allah tidaklah menciptakah kehidupan maupun kematian namun kedua hal tersebut merupakan hal alami dari tubuh yang hidup.
- Bashriyah: Para pengikut dari Bashar ibnu al Mu’tamir. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mengampuni dosa manusia tetapi dapat berubah pikiran dengan menghukumnya jika ia kembali tidak patuh.
- Hishamiyah: Para pengikut dari Hisham ibnu Amr al Futi. Mereka percaya bahwa jika sebuah jamaah Muslim mencapai satu kesepakatan maka ia perlu imam. Dan jika ada pemberontakan dan imam terbunuh maka tidak boleh seorangpun yang dipilih sebagai imam selama berlangsungnya pemberontakan
- Murdariyah: Para pengikut dari Isa ibnu Sabih. Mereka percaya bahwa selalu berkomunikasi dengan Sultan (penguasa) membuat orang kafir
- Ja’friyah: Para pengikut dari Ja’far ibnu Barb dan Ja’faribnu Mubashir. Mereka percaya bahwa meminum anggur mentah tidak dapat dihukum, dan hukuman neraka dapat disimpulkan dari proses mental
- Iskafiyah: Para pengikut dari Muhammad ibnu Abdallah al Iskafi. Mereka percaya bahwa Allah memiliki kekuatan untuk menindas anak-anak dan orang gila; namun tidak kepada mereka yang berakal sehat.
- Thamamiyah: Para pengikut dari Thamamah ibnu Ashras al Numairi. Mereka percaya bahwa ia yang Allah tidak memaksanya untuk Mengenal-Nya, ia tidak wajib untuk tahu dan dikelompokkan menjadi binatang yang tidak memiliki tanggung jawab.
- Jahiziayh: Para pengikut dari Amr ibnu Bahr al Jahiz. Mereka percaya bahwa Allah dapat menciptakan sesuatu namun tidak dapat memusnahkannya.
- Shahhamiyah / Sifatiyah: Para pengikut dari Abu Yaqub al Shahham. Mereka percaya bahwa segala sesuatu ditentukan oleh dua penentu. Yang satu adalah Sang Pencipta, sedangkan yang satunya lagi adalah pemilik.
- Khaiyatiyah / Makhluqiyah: Para pengikut Abu al Husain al Khaiyat. Mereka percaya bahwa segala sesuatu yang tiada adalah sebuah yang belum muncul, seperti manusia sebelum lahir adalah tubuh dalam ketiadaan. Dan juga setiap sifat menjadi ada ketika ia membuat rupanya.
- Ka’biyah: Para pengikut dari Abu Qasim Abdullah ibnu Ahmad ibnu Mahmud al Banahi yang dikenal sebagai al Ka’bi. Mereka percaya bahwa Allah tidak melihat diri-Nya sendiri ataupun yang lain kecuali dalam artian bahwa Dia mengenal diri-Nya sendiri dan yang lainnya.
- Jubbaiyah: Para pengikut dari abu Ali al Jubbai. Mereka percaya bahwa Allah menuruti para hamba-Nya ketika Dia memenuhi keinginan dan harapan mereka.
- Bahshamiyah: Para pengikut abu Hashim. Mereka percaya bahwa seseorang yang berniat melakukan perbuatan buruk, meskipun tidak melakukannya, sesungguhnya sudah tidak taat dan pantas dihukum.
- Ibriyah:
- Mereka percaya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah seorang yang bijaksana, namun bukanlah seorang Nabi
- Muhkamiyah:
- Mereka percaya bahwa Tuhan tidak memiliki kendali terhadap ciptaan-ciptaan-Nya
- Qabariyya:
- Mereka tidak percaya pada siksa kubur
- Hujjatiya: Mereka tidak percaya pada hukuman atas segala perbuatan, karena segala sesuatu telah ditentukan sehingga apapun yang dilakukan oleh seseorang ia tidak bertanggungjawab atasnya.
- Fikriyya: Mereka percaya bahwa melakukan zikir dan fikir (Mengingat dan berpikir tentang Allah) adalah lebih baik dari ibadah.
- ‘Aliviyah / Ajariyah: Mereka percaya bahwa Ali berbagi kenabian dengan nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
- Tanasikhiya: Mereka percaya pada reinkarnasi jiwa.
- Raji’yah: Mereka percaya bahwa Ali bin Abi Thalib akan kembali ke dunia ini.
- Ahadiyah: Mereka percaya pada kewajiban-kewajiban agama tetapi menolak sunnah.
- Radeediyah: Mereka percaya bahwa dunia ini akan ada selamanya
- Satbiriyah: Mereka tidak percaya pada penerimaan taubat.
- Lafziyah: Mereka percaya bahwa Quran bukanlah firman Tuhan namun arti dan esensinya yang merupakan firman Tuhan. Teks Alquran hanyalah kata-kata dari narator.
- Ashariyah: Mereka percaya melakukan Qiyas itu adalah salah, dan sama dengan kafir.
- Bada’iyah: Mereka percaya bahwa taat kepada Amir adalah kewajiban tidak peduli apapun yang ia perintahkan.
Catatan dan Ucapan Terima Kasih
1. Pada awalnya judul dari artikel ini mengadung kata ‘sekte’ bukannya ‘jamaah’ dan kata yang sama telah digunakan di beberapa bagian dalam artikel ini. Namun, Tuan Rafiq Tschannan, Amir Ahmadiyah Thailand mengemukakan bahwa kata yang digunakan di dalam Hadis juga adalah ‘Jamaah’, untuk itulah Ahmadiyah disebut Jamaah Ahmadiyah. Meski kata ‘sekte’ tidak negatif dalam Bahasa Urdu atau Bahasa Arab, dalam Bahasa Inggris, kata tersebut memberikan konotasi negatif dan karena itulah kata tersebut harus dihindari. Amir Ahmadiyah Kanada, Maulana Naseem Ahmad Mehdi juga mengemukakan bahwa kata ‘Jamaah’ digunakan hanya untuk mereka yang diselamatkan, dan hal itu dianggap sebagai cara lain untuk mengenali yan benar, bahwa mereka akan membentuk jamaah yang terorganisir, sedangkan untuk selain itu digunakan kata ‘Tafriiq’ (pembagian/golongan). Saya mengambil saran dari kedua ulama yang terhormat dan merubah kata ‘sekte’ menjadi Jamaah untuk yang diselamatkan dan mencoba menggunakan kata-kata ‘bagian/golongan’ bagi yang lainnya.
2. Bantuan besar telah diberikan kepada hamba yang lemah ini oleh Tuan Masood Nasir dari Allama Iqbal Town Lahore, Pakistan. Semua referensi yang dikutip pada bagian 3, 5.3 dan 5.6 disediakan oleh beliau dalam format aslinya (yaitu Bahasa Arab dengan terjemahan Bahasa Urdu dan bahasa Urdu). Beliau juga menyediakan daftar aliran-aliran oleh Munshi Mehboob ‘Alim. Referensi-referensi ini memberikan bobot tersendiri bagi artikel ini.
3. Terima kasih juga kepada adik saya Tuan Ifzal A. Rauf, Murabbi Ahmadiyah Baddomali, Pakistan, yang menyediakan saya fotokopi editorial asli yang diterbitkan di koran Pakistan Nawai Waqt.
4. Terima kasih yang sebesar-besarnya pada istri saya tercinta Najiba Rauf dan dua anak saya Shahrukh (4 tahun) dan Sherjeel (2 tahun), yang meskipun membutuhkan dan sangat menginginkan kehadiran saya untuk menemani mereka, tetapi mengizinkan saya untuk mengunci diri dalam sebuah ruangan di akhir pekan dan setelah jam kerja agar dapat menyelesaikan artikel-artikel yang telah saya tuliskan sebagai respon terhadap tuduhan-tuduhan terhadap Islam dan Ahmadiyah dan sekaligus respon atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pencari kebenaran hakiki lewat internet.
5. World wide web (www) adalah sarana yang berkembang untuk berkomunikas dan bertukar informasi di internet. www terdiri dari jaringan komputer yang terkoneksi satu sama lain seperti layaknya telepon di seluruh dunia yang terkoneksi satu sama lain. Kadang kadang seorang pengguna juga menggunakan saluran telepon untuk terkoneksi ke komputer di belahan dunia lain. URL adalah alamat tujuan, seperti layaknya nomor telepon bagi komputer atau website yang ingin dikunjungi. Menggunakan URL dari sebuah situs, seseorang dapat terkoneksi dan membaca konten-konten yang muncul pada sebuah situs di bagian belahan dunia lain. Selain situs www, ada juga yang kami sebut secara teknis ‘newsgroups’ di internet. Newsgroups ini seperti koran elektronik. Di sanalah terkadang muncul berbagai pertanyaan dan tuduhan terhadap agama. Dan pada tempat yang sama seseorang dapat menulis respon-respon terhadap pertanyaan dan tuduhan-tuduhan tersebut, dan juga artikel artikel tentang keindahan ajaran-ajaran agama.
6. Mereka yang berkeinginan untuk menggunakan terjemahan dari buku abu-Mansur oleh Kate C. Seelye harus diketahui bahwa Kate telah membuat daftar aliran Islam yang menurutnya diekstraknya dari karya abu-Mandur yang ia terjemahkan. Daftar ini memiliki kesalahan serius di dalamnya dengan hanya membandingkan daftar tersebut dengan daftar abu-Mansur yang ia sajikan dalam bab 2 buku “al-Faraq bain al-Firaq”.
Terjemahan Kate tidak terlalu bagus dan secara jelas merefleksikan prasangka dan dugaan-dugaan yang mungkin dipunyainya selama ia mengerjakan terjemahan tersebut. Ia juga tidak memiliki salinan yang bagus dari tulisan tulisan abu-Mansur yang ia gunakan untuk diterjemahkan. Pada banyak tempat ia mengatakan bahwa tulisannya tidak terlalu jelas, dan pada tempat lain ia mengatakan bahwa beberapa halaman hilang dll. Jadi siapapun yang ingin menindaklanjuti ini hal ini harus memiliki karya asli abu-Mansur atau secara berhati-hati menelaah terjemahan dari Kate Seelye untuk mendapatkan kebenaran.
Sumber: https://www.alislam.org/library/book/73-divisions-islam-one-true-jamaat/
Penerjemah: Arina Afiyati Shadikah & Ratu Gumelar
Sumber:
1Abu-Mansur ‘abd-al-Kahir ibn-Tahir al-Baghdadi, “Al-Farq Bain Al-Firaq”, Terjemahan Bahasa Inggris oleh Kate Chambers Seelye, diterbitkan oleh AMS Press, New York (1966) p22-23.w
2“Yanabaiul Muwadat” Part III page 58, oleh Allama Fazil Saheikh Suleman Ibn Sheikh Ibrahim Alma’aroof NaKhawajah Kalan (Wafat 1877) Matba’a Al Irfan Saida Bairoot.
3“Al-Maddad Al Faidh” diterbitkan oleh Sharah Deewan Sayedee Umar bin Al-Faridh, Maktabaa Hazrat Al-Sheikh Ahmad Ali Aimlenji Al-kutabi Dari Al-Azhar Egypt, 1319 Hijriah(1901) p38.
4“Mubda’a o Ma’ad” oleh Imam Rabbani Mujaddad Alif Thani Sheikh Ahmad Farooqi Naqshbandi Sarhindi Qadas Sirah dengan terjemahan Bahasa Urdu oleh Hazrat Maulana Sayed Zawar Hussain Shah Naqshbandi Diterbitkan oleh Idarahe Mujaddadiyya, Nazim Abad No. 3 Karachi No. 18 p205.
5“Al Muraqqatal Mafateeh Sharah Al-Mashkawatal Masabeeh” Lil Muhadith Al-Shaheer Ali bin Sultan Muhammad Al-Qari (Wafat 1014 hijra) Part I, Maktaba Imdadiyya Multan p248.
6“A’ainae Sikandri” Vol. II oleh Hafiz Ghulam Abro e (1974) Maulvi Muhammad A’zeem and Sons. Merchants of Books Shahi Bazaar Shikarpoor Sindh, p18.
7“Jewish Sectarianism in Second Temple Times” oleh Lawerence H. Schiffman, in “Great Schisms in Jewish History, diedit oleh Raphael Jospe dan Stanley M. Wagner, diterbitkan oleh Center for Judaic Studies University of Denver dan KTAV Publishing House Inc., New York (1981) p26.
8“Life of Mohammad” oleh Sir William Muir, AMS Press Inc. NY (1975) p108.
9“Muhammad at Mecca” oleh W. Montgomery Watt, University Press, Oxford (1960) p138.
10“Life of Muhammad” oleh Hazrat Mirza Bashir-ud-Din Mahmud Ahmad, Islam International Publications Limited Islamabad, Tilford, UK. (1990) p24.
11“Tadhkiratush Shahadatain” oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as), diterbitkan oleh London Mosque, p46.
12“Prophecy Continuous”, oleh Yohanan Friedmann, University of California Press Berkeley and Los Angeles California (1989) p27.
13“Prophecy Continuous”, oleh Yohanan Friedmann, University of California Press Berkeley and Los Angeles California (1989) p148.
14“Hazrat Ahmad, The Promised Messiah” oleh Hazrat Mirza Bashir-ud-Din Mahmud Ahmad (RA), diterbitkan oleh London Mosque (1985) p36.
15Hal hal ini dikisahkan kepada penulis oleh Tuan Nasir Muhammad Sial, menantu Hazrat Khalifatul Masih II(ra) yang beliau sendiri hadir pada pertemuan ini dan menyaksikan kejadian-kejadian ini sendiri.
16Dibacakan oleh Tanveer Ahmad Sahib, sepupu saya, Tuan Mirza Rafi Ahmad mengisahkan kejadian ini padanya.
17Dawn Wire Service April 20, 1995; The Observer, Minggu, Mei 14, 1995, halaman 20. “Mullahs lie in wait to kill jailed convert” oleh Jennifer.
18Internet, Netnews (News International) pada 10 April, 1995.
19“Muhammad at Mecca” oleh W. Montgomery Watt, University Press, Oxford (1960) p121.
20Laporan Munir, Pakistan, p130-133.
21“Prophecy Continuous”, oleh Yohanan Friedmann, University of California Press Berkeley dan Los Angeles California (1989) p40.
22Ini adalah yang saya pribadi amati dan juga alami
23“Life of Mohammad” oleh Sir William Muir, AMS Press Inc. NY (1975) p67.
24“Life of Mohammad” oleh Sir William Muir, AMS Press Inc. NY (1975) p454.
25Mingguan “Lahore” 28 November 1992.
26Mingguan “Lahore” 28 November 1992.
27Mingguan “Lahore” 28 November 1992.
28Zaheer, E.E., “Qadiyyaniat. An Analytical Survey, p6.
29Naeem Osman Memon, “Ahmadiyya or Qadianism! Islam or Apostasy?” Islam International Publications Ltd, Islamabad Tilford England, (1989) p41.
30Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as), “Ayenae Kamalat e Islam: Roohani Khazain”, p533-534.
31Zaheer, E.E., “Qadiyyaniat. An Analytical Survey, p6.
32Ibn-e-Hisham (Wafat 833), “The Sirah of Muhammad”, p207.
33“Life of Mohammad” oleh Sir William Muir, AMS Press Inc. NY (1975) p69.
34“Life of Mohammad” oleh Sir William Muir, AMS Press Inc. NY (1975) p134.
35Dokumen PBB E/CN.4/1986/NGO 30, diterbitkan oleh Human Rights Advocates pada 24 Februari 1986.
36Dr. Karen Parker, berbicara untuk Human Rights Advocates, menyampaikan pesan Sub-Commission pada Discrimination and Protection of Minorities in its 39th Session, 28 Agustus, 1987.
37“Jadid Ilmal Kalam Kay A’almi Asarat” (Universal effects of modern eloquence), p27.
38URL, http://www.nl-marketing.com/rashid/overview.html
39“Jewish Sects at the Time of Jesus” oleh Marcel Simon, diterjemahkan dalam Bahasa Inggris oleh James H. Farley, diterbitkan oleh bu Fortress Press Philadelphia (1980) ISBN 0-8006-0183-1.
“Jewish Sectarianism in Second Temple Times” oleh Lawrence H. Schiffman, in Great Schisms in Jewish History, diedit oleh Raphael Jospe dan Stanley M. Wagner, Diterbitkan oleh Center for Judaic Studies University of Denve and KTAV Publishing House, Inc. New York (1981) ISBN 0-87068-711-5.
“A Sectarian Analysis of the Damascus Document” oleh John W. Martens, dalam “Essays in the Social Scientific Study of Judaism and Jewish Society, diedit oleh Simcha Fishbane, Jack N. Lightstone dan Victor Levin, Diterbitkan oleh Department of Religion, Concordia University, Montreal (1990) ISBN 0-88947-020-0.
40 Islamic Encyclopedia”, Published by Munshi Mehboob ‘Alim (editor Newspaper Paisa, Lahore, Pakistan) p570-572.
41 Al-Farq Bain Al-Firaq, by Abu-Mansur ‘abd-al-Kahir ibn-Tahir al-Baghdadi, Translated into English by Kate Chambers Seelye, Published by AMS Press, New York (1966)
42 Kitab Lajawwab Masmay ba-Mazhab al-Islam” by Hakeem Maulvi Muhammad Najam al-Ghani Rampuri Ist edition, Published by Munshi Nau Lakshoor Lakhnau (1924)