Ahmadiyah Mewujudkan Ajaran Islam Sejati

Ahmadiyah mewujudkan ajaran islam sejati

Jamaah Muslim Ahmadiyah Mewujudkan Ajaran Islam Sejati. Pidato di Queen Elizabeth II Conference Centre, London.

Pidato Utama yang disampaikan pada tanggal 10 Juni 2008 di Queen Elizabeth II Conference Centre, London oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V, kepada para Menteri, Anggota Parlemen, Dewan Bangsawan (House of Lords), Wali Kota, dan banyak pejabat tinggi lainnya. Rt. Hon Jack Straw MP, Kanselir Agung dan Sekretaris Negara untuk Kehakiman hadir dan berbicara atas nama pemerintah. Pesan yang diterima dari Perdana Menteri, Gordon Brown, juga dibacakan dalam pembukaan pidato ini. Lord Eric Avebury, Baroness Emma Nichloson, dan Wali Kota Westminster memberikan penghormatan yang tinggi kepada Jamaah Muslim Ahmadiyah.


Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua tamu yang meskipun jadwal mereka padat tetapi telah menerima undangan kami pada hari ini. Telah hadir beberapa kenalan lama – yang hubungannya sudah seperti saudara dekat – yang telah mengetahui tentang Jamaah Muslim Ahmadiyah dan mengetahui bagaimana para Ahmadi mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam hakiki. Akan tetapi, saya diberitahu juga bahwa ada beberapa wajah baru saat ini yang memiliki hubungan dengan para anggota Ahmadi tetapi belum mengenal Jamaah Muslim Ahmadiyah. Mungkin saja mereka berpikir bahwa mayoritas umat Islam telah menentang Ahmadiyah, yang mungkin karena para Ahmadi telah memanipulasi perubahan ajaran Islam yang benar supaya sesuai dengan kondisi saat ini; dan menampilkan Islam [sebagai ‘apologetika] dengan menyingkirkan kesalahpahaman tentangnya agar dapat dianggap sebagai Muslim di dunia modern.

Pengenalan Ahmadiyah

Pertama-tama, dalam waktu yang singkat ini, saya ingin menyampaikan bahwa kami percaya bahwa Jamaah Muslim Ahmadiyah adalah satu-satunya jamaah yang mengikuti dan menyebarkan ajaran Islam yang hakiki di seluruh dunia.

Jamaah Ahmadiyah merupakan orang-orang yang memiliki keyakinan kuat bahwa, berdasarkan kabar suka dari Allah Ta’ala kepada Hazrat Muhammad (saw), nabi terakhir pembawa syariat, beliau menubuatkan bahwa kedatangan Almasih yang Dijanjikan dan Imam Mahdi pada abad ke-14. Kami percaya bahwa nubuatan ini telah terpenuhi melalui pribadi Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as) dari Qadian.

Rasulullah (saw) telah menjelaskan bahwa ketika Imam Mahdi datang, ia akan melakukan pembaruan dan mengembalikan kembali ajaran Islam sejati yang telah rusak seiring berlalunya waktu.
Jadi Jamaah Ahmadiyah meyakini bahwa penafsiran dan penjelasan Al-Qur’an dan hadits yang disampaikan oleh pendiri Jamaah Ahmadiyah didasarkan pada ajaran-ajaran aktual yang disebutkan dalam Al-Qur’an oleh Allah Ta’ala dan merupakan ajaran Islam yang benar dan hakiki sebagaimana yang diamalkan oleh Nabi Muhammad saw.

Pertanyaan yang muncul di sini adalah, apa bukti bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as) adalah Al-Masih dan Mahdi yang kedatangannya telah dinubuatkan oleh Rasulullah saw (saw); yang akan menghimpun semua umat Islam dan semua orang di dunia dan menjadikan mereka melakukan segala kewajiban kepada Sang Khaliq dan memenuhi hak-hak sesama makhluk-Nya?

Terkait hal ini, Rasulullah (saw) telah meriwayatkan sebuah tanda samawi tentang kedatangan nabi yang akan datang dalam salah satu hadits beliau yang sulit untuk dibantah.

Beliau menubuatkan bahwa terdapat dua tanda bagi Mahdi kami yang begitu agung sehingga sejak penciptaan langit dan bumi, tanda seperti itu belum pernah muncul sebelumnya. Tanda tersebut adalah gerhana matahari dan gerhana bulan yang terjadi secara bersamaan di satu bulan yang sama pada hari-hari yang telah ditentukan. Bulan tersebut adalah bulan suci Ramadhan (perlu diketahui bahwa hanya Islam yang mengikuti penanggalan bulan murni, Ramadhan merupakan bulan kesembilan). Telah disebutkan bahwa gerahana bulan akan terjadi pada malam-malam pertama terjadinya gerhana. Setiap orang yang berpengetahuan tentu mengetahui bahwa bulan selalu mengalami gerhana pada tanggal 13, 14 atau 15 pada kalender lunar. Kemudian dinubuatkan bahwa gerhana matahari akan terjadi pada hari-hari kedua terjadinya gerhana matahari, dan tanggal yang biasa terjadinya gerhana matahari adalah tanggal 27,28 dan 29 ketika bulan menutupi matahari.

Maka, pada buan Ramadhan tahun 1894, sesuai dengan nubuatan ini, bulan mengalami gerhana pada tanggal 13, yaitu malam-malam pertama terjadinya gerhana bulan; dan pada bulan yang sama, matahari mengalami gerhana pada tanggal 28, yaitu hari kedua di hari-hari terjadinya gerhana matahari total. (Gerhana bulan terjadi setelah matahari terbenam pada tanggal 21 maret 1894/13 Ramadhan 1311 H menurut kelender Islam; dan gerhana matahari terjadi pada Jumat pagi tanggal 6 April 1894/28 Ramadhan).

Meskipun gerhana lain dapat terjadi selama bulan ini, namun belum pernah terjadi dalam sejarah dunia bahwa gerhana semacam itu terjadi di hadapan seorang yang mengaku nabi, artinya tidak akan pernah dapat dibuktikan di mana ada seorang pengaku dan tanda yang dinubuatkan terjadi secara bersamaan. Dengan kata lain, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as) telah menyatakan diri bahwa beliau adalah Al-masih dan Mahdi yang dijanjikan dalam nubuat-nubuat sebelumnya dan kemudian sesuai dengan nubuat lainnya, gerhana matahari dan gerhana bulan terjadi di bulan Ramadhan yang sama. Gerhana-gerhana ini terulang secara persis di tahun berikutnya yaitu pada tahun 1895, di belahan bumi barat. Jadi ini merupakan bukti yang kuat bagi kita bahwa nabi yang telah dinubuatkan telah datang.

Misi Ahmadiyah

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as) dari Qadian mengumumkan pendakwahannya dan mendirikan jamaah Ahmadiyah pada tahun 1889. Beliau hidup selama 19 tahun setelah itu dan meneruskan misi ilahinya dalam membimbing manusia untuk menyembah kepada Tuhannya; mengingatkan manusia supaya tidak melupakan Sang Pencipta agar mereka tidak mendapatkan murka Tuhan; dan menasihati manusia tentang kewajibannya kepada sesama manusia. Semboyan kami ‘Love for All, Hatred for None’ sebenarnya merupakan ringkasan dari ajaran ini di mana beliau memberikan nasihat sebagai berikut:

“Terapkanlah ketabahan dan toleran; tunjukkan kesabaran dan kelembutan, dan jangan menyerang siapa pun secara berlebihan. Dan tekanlah hawa nafsu. Selain itu, jika kalian terlibat dalam perdebatan atau diskusi agama, berperilakulah dengan baik dengan menggunakan bahasa yang santun, dan ketika orang-orang jahil menyapa kalian, hindarilah mereka dengan lembut dengan mengucapkan, Salam (damai)!”

Kemudian di tempat lain beliau menyampaikan:

“Perintah penting dalam Al-Qur’an hanya ada dua: yang pertama adalah menyatakan Keesaan Allah, cinta dan ketaatan kepada Sang Pencipta dan yang kedua adalah menunjukkan simpati kepada saudara-saudaramu dan manusia lainnya.”

Maka menurut kami, Al-Masih dan Al-Mahdi yang kedatangannya di zaman ini telah dinubuatkan oleh Nabi Muhammad (saw) adalah sosok yang mendirikan Jamaah Ahmadiyah (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad) dan mengajarkan kita ajaran Al-Qur’an yang benar dan hakiki.

Terkait:   73 Golongan Dalam Islam

Ajaran Islam yang Hakiki

Seperti apa ajaran Islam atau Al-Qur’an yang hakiki? Karena keterbatasan waktu, izinkan saya menjelaskan beberapa hal saja secara singkat. Saya akan menjelaskan hal-hal ini dengan mengacu pada situasi dan perilaku sebagian umat Islam pada saat ini.

Islam dan Al-Qur’an sering dituduh mengajarkan ekstremisme. Dalam hal ini, beberapa surat kabar, media, dan politisi Barat telah mempermainkan sentimen umat Islam dan mengatakan serta menulis kata-kata provokatif tentangnya. Menurut saya, orang-orang yang menulis dan mengatakan hal-hal seperti itu tidak mengakui kekuasaan Tuhan dan tidak peduli dengan agama atau mereka tidak memiliki nilai akhlak untuk menghormati perasaan satu sama lain. Bahkan menurut pendapat mereka, hanya mereka yang memiliki perasaan dan emosi, sedangkan orang lain tidak.

Jika seseorang hanya ingin mengkritik atau menyakiti perasaan orang lain atau menciptakan perselisihan dan kekisruhan, maka tidaklah sulit untuk menyajikan referensi-referensi yang tidak sesuai konteks dari kitab-kitab agama lain termasuk Bible. Akan tetapi, kami menganggap referensi-referensi tersebut berlaku untuk keadaan tertentu atau bisa juga sebagai sisipan (interpolasi).

Ajaran Al-Qur’an tentang Perdamaian

Baiklah untuk saat ini, saya akan berbicara tentang ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Allah Ta’ala untuk menjaga perdamaian di antara manusia.

Kami meyakini bahwa sejak dunia ini ada, Allah Ta’ala telah mengutus para nabi pada setiap umat dan misi mereka adalah untuk membimbing manusia kepada Sang Pencipta dan beramal saleh. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

Dan sesungguhnya Kami mengutus dalam setiap umat seorang rasul, supaya kamu menyembah Allah dan jauhilah orang yang melampaui batas. Maka, sebagian dari mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan sebagian dari mereka ada yang telah pasti atas mereka kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi, lalu lihatlah betapa akibatnya orang-orang yang telah mendustakan rasul-rasul. (QS 16:37)

Maka, menurut ayat ini, kami para Ahmadi, tidak boleh mengingkari para nabi dan tidak boleh pula mengejek mereka, karena kami diperintahkan untuk menjauhi orang-orang yang berbicara menentang para nabi.

Beberapa nabi disebutkan namanya dalam Al-Qur’an dan juga dalam Bible. Kami percaya kepada nabi-nabi ini, tetapi menurut ayat Al-Qur’an yang baru saja saya kutip, kami juga percaya bahwa ada nabi di antara umat Hindu, Tiongkok, dan bangsa-bangsa lain.

Ini adalah perkara mendasar yang diajarkan Allah Ta’ala kepada kami; yaitu peka terhadap perasaan orang lain dan memberikan penghormatan yang sepantasnya kepada para nabi dari bangsa lain yang darinya tumbuh kecenderungan untuk melakukan perbuatan baik, dan dengannya timbul upaya untuk membangun perdamaian.

Nabi Muhammad saw telah mengajarkan kami untuk tidak hanya menghormati kedudukan tinggi para nabi, tetapi juga menghormati para pemimpin bangsa lain karena ini merupakan salah satu faktor untuk menjaga perdamaian.

Inilah petunjuk Islam untuk menegakkan rasa saling menghormati terhadap orang-orang suci dan pemimpin agama, sehingga terciptalah kedamaian di dunia. Sekarang, Anda dapat memutuskan sendiri apakah Islam menegakkan kemuliaan dan rasa hormat terhadap orang lain atau tidak.

Kemudian Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan. (QS 5:9)

Perintah dalam ayat ini adalah teguh dalam meraih keridhaan Allah dan hal ini harus menjadi satu-satunya tujuan. Kalian baru akan dianggap sebagai seorang Muslim sejati jika hal ini dilakukan. Keyakinan yang teguh ini hanya dapat dicapai jika seorang Muslim mengamalkan ajaran Allah Ta’ala dengan mengesampingkan semua permusuhan dan dendam pribadi. Seseorang harus berlaku adil.

Lebih jauh, kalian harus bersikap adil sedemikan rupa, jika musuh menuntut keadilan, kalian harus memberikannya. Jika mereka memiliki hak, dan tentu saja mereka memilikinya, janganlah merampas hak-hak mereka.

Jika kalian tidak berperilaku seperti ini, maka menjadi jelas bahwa apa pun yang nampaknya kalian lakukan atas nama Allah, pada dasarnya hal itu bukanlah untuk Allah tetapi atas dasar kepentingan pribadi atau dendam dan permusuhan. Dan seorang Muslim percaya bahwa Allah mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati. Karena alasan ini, Allah telah memperingatkan mereka yang tidak berlaku adil bahwa Allah mengetahui tindakan mereka dan mereka akan dihukum oleh Allah. Dengan demikian, ajaran dasar Islam adalah menegakkan perdamaian dan keadilan.

Mengapa Terjadi Peperangan Dalam Islam?

Pertanyaan yang muncul di sini adalah jika Islam sangat menekankan keadilan, lalu mengapa terjadi peperangan Islam?

Jika kita menilik sejarah awal Islam, kita akan mengetahui bahwa seperti halnya umat dan nabi lainnya, Nabi Muhammad (saw) dan para pengikutnya juga menjadi sasaran kekejaman orang-orang kafir Mekkah. Mereka dibaringkan di atas pasir panas, kemudian batu-batu panas diletakkan di tubuh mereka yang telanjang. Tubuh mereka dirobek dengan mengikatkan kaki mereka ke dua unta yang digiring ke arah yang berlawanan. Rasulullah (saw) dan para pengikutnya ditahan di sebuah lembah selama dua setengah tahun dan dibiarkan kelaparan di sana. Mereka dilarang beribadah di Ka’bah.

Setelah semua kekejaman ini, ketika umat Islam berhijrah ke Madinah, orang-orang Mekkah mengejar mereka dan menyerang mereka. Dalam kondisi inilah kaum Muslim diberi izin untuk berperang dan hal ini diwahyukan dalam Al-Qur’an:

Telah diizinkan bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah dianiaya. Dan sesunngguhnya Allah berkuasa menolong mereka. Orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa hak, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Dan sekiranya tidak ada tangkisan Allah terhadap sebagian manusia oleh sebagian yang lain, maka akan hancurlah biara-biara serta gereja-gereja Nasrani dan rumah-rumah ibadah Yahudi serta masjid-masjid yang banyak disebut nama Allah di dalamnya. Dan pasti Allah akan menolong siapa yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Perkasa. (QS 22: 40-41)

Ini adalah perintah yang sangat jelas untuk membela diri dan menegakkan perdamaian.

Terkait:   Apa Perbedaan Muslim Ahmadiyah dan Muslim Lainnya?

Saat ini, di mana pun terjadi peperangan, masing-masing pihak mengklaim, benar atau salah, bahwa mereka berjuang untuk menegakkan perdamaian. Oleh karena itu, dengan melihat kenyataan ini, saya kira tidak ada yang keberatan mengapa perang diizinkan oleh Al-Qur’an. Izin itu diberikan, tetapi dengan syarat: pertama, untuk membalas karena kalian diserang; kedua, kalian telah ditindas sebelumnya, namun kalian tetap diam, tetapi sekarang jika kalian tetap diam, mereka akan semakin gencar melakukan kebiadaban; ketiga, jika kekejaman telah melampaui batas, maka perdamaian dunia akan hancur, tempat-tempat ibadah setiap agama pasti akan hancur; dan keempat, dan yang paling penting, perang harus dilakukan untuk membela diri.

Di tempat lain Allah Ta’ala berfirman:

Dan perangilah di jalan Allah, orang-orang yang memerangimu, namun jangan kamu melampaui batas, Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu dapati, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusirmu, dan fitnah itu lebih buruk daripada pembunuhan. Dan, janganlah kamu memerangi mereka di dekat Masjidilharam sebelum mereka memerangimu disana. Tetapi, jika mereka memerangimu, maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Tetapi jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan perangilah mereka sehingga tak ada fitnah lagi, dan agama itu hanya untuk Allah. Tetapi, jika mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan kecuali terhadap orang-orang aniaya. (QS 2: 191-194)

Dengan demikian terbukti bahwa izin untuk berperang telah diberikan dalam keadaan khusus dan untuk mempertahankan diri. Selain itu, jika musuh menghentikan perang, maka perintahnya adalah jangan mencari-cari alasan yang tidak masuk akal untuk memperpanjangnya.

Jika kita telaah semua ini berdasarkan perintah khusus yang mengatakan bahwa permusuhan terhadap suatu bangsa tidak boleh menghalangi kalian untuk berlaku adil, maka menjadi sangat jelas bahwa tidak ada kecacatan dalam ajaran tersebut, adapun kesalahan terletak pada orang-orang yang memberikan penjelasan sendiri untuk mencapai kepentingan pribadi mereka.

Mereka memanfaatkan orang-orang Islam yang buta huruf dan awam untuk mencapai tujuan mereka. Sama halnya ketika pada masa awal berdirinya, negara Kristen menganiaya orang-orang atas nama Kristen, tetapi orang-orang tidak dapat menyalahkan ajaran Kristen untuk tindakan ini.

Kebaikan Rasulullah ketika Perang

Bagaimana sikap Rasulullah saw dalam peperangan tersebut? Meskipun penderitaan yang dialami oleh orang-orang kafir Mekkah sangat parah, Rasulullah saw tetap mengizinkan musuh mengambil air dari sumur meskipun kaum Muslim telah menguasainya. Para tawanan perang diperlakukan dengan baik. Mereka dibebaskan dengan syarat-syarat yang ringan. Kemudian, berdasarkan perjanjian yang dibuat dengan mereka, orang-orang Yahudi di Madinah diperlakukan seperti warga negara lainnya selama mereka mematuhi perjanjian tersebut. Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan mereka dibuat sesuai dengan ajaran Nabi Musa as.

Suatu ketika, seorang sahabat dekat Rasulullah saw berkata kepada seorang Yahudi, Nabi Muhammad saw lebih unggul dari Nabi Musa as. Atas tindakannya ini, Nabi Muhammad saw menegurnya dengan keras, lalu beliau bersabda: “Janganlah engkau mengemukakan keunggulanku atas Nabi Musa as, karena hal itu telah menyakiti hati seorang Yahudi.”

Meskipun kedudukan Nabi Muhammad saw lebih unggul di hati umat Islam dan terlepas dari kedudukan paling mulia yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw dalam Al-Qur’an, pernyataan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw untuk tidak menyebut beliau lebih unggul dari Nabi Musa as dimaksudkan untuk mencegah terganggunya kedamaian masyarakat.

Ini adalah uraian singkat tentang ajaran Islam yang damai yang diyakini Jamaah Ahmadiyah saat ini dan yang diajarkannya kepada orang lain. Jika dengan pengetahuan yang mendalam tentang ajaran ini, ada yang menuduh kami menyimpang, maka kami serahkan permasalahannya kepada Allah Ta’ala. Pendiri Jamaah Ahmadiyah telah menasihati kami untuk tidak membalas kekejaman dengan kekejaman karena ini adalah kebodohan. Tujuan Islam adalah untuk menghilangkan kebodohan, bukan menyebarkannya.

Saya ingin menjelaskan satu hal di sini. Pernyataan perang dalam keadaan tertentu diperbolehkan dalam Islam, tetapi izin ini tidak berlaku untuk kelompok atau organisasi mana pun. Izin ini secara hanya terbatas pada pemerintahan Muslim yang menjadi korban, dan izin ini hanya untuk tujuan mempertahankan diri.

Allah Ta’ala mengetahui bahwa Islam akan menyebar dan akan banyak pemerintahan Islam. Itulah sebabnya Al-Qur’an memerintahkan bahwa ketika dua pemerintahan Muslim terlibat dalam perang, maka pemerintahan Muslim lainnya harus mendukung yang tertindas dan ketika penindas menyerah, pihak yang kalah tidak boleh menjadi sasaran kebrutalan dan kekejaman secara terus menerus karena perilaku seperti itu jauh dari keadilan. Ketika suatu bangsa diperlakukan tidak adil, reaksi yang ditimbulkannya akan merusak perdamiaan. Ini adalah prinsip emas yang harus dipegang teguh oleh permintahan zaman ini, baik Muslim maupun non-Muslim.

Jika kita mencermati dengan jujur, kita akan melihat bahwa ketidakadilan yang merajalela disebabkan oleh pemberlakukan sanksi dan pembatasan yang tidak adil terhadap negara atau bangsa yang kalah.

Tujuan Ahmadiyah

Setelah uraian singkat ini, saya kembali ke tujuan utama pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah. Sebagaimana yang telah saya jelaskan dengan menggunakan contoh-contoh Al-Qur’an, ajaran Islam tidaklah rusak dan Nabi Muhammad (saw) juga tidak pernah melakukan ketidakadilan terhadap bangsa mana pun. Tentu saja, setiap kali terjadi kejahatan menyerang Islam, beliau akan melawan atas perintah Ilahi dan pembalasan beliau ini semata untuk menegakkan perdamaian dan keadilan.

Nabi Muhammad (saw) juga telah menubuatkan bahwa akan tiba suatu masa ketika umat Islam akan mengarah pada penjelasan yang salah dan akan merusak ajaran Islam yang hakiki, meskipun Al-Qur’n akan tetap ada dalam bentuknya yang asli. Itulah saat kedatangan Al-Masih yang Dijanjikan yang akan menegakkan ajaran Islam yang sejati. Banyak tanda-tanda yang disebutkan untuk masa tersebut yang sebelumnya telah saya sebutkan sebuah tanda yang agung.

Oleh karena itu, saat ini Jamaah Muslim Ahmadiyah, sesuai dengan nubuatan Nabi Muhammad (saw) ini, menerima Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian sebagai Masih Mau’ud. Dan mengikuti ajaran Al-Qur’an sebagaimana dijelaskan oleh beliau, yaitu aktif dalam menciptakan perdamaian di dunia dan melakukan segala upaya untuk membantu umat manusia yang menderita.

Terkait:   Perdamaian Dunia akan Terwujud jika kita Menyadari Tuhan

Kami menggunakan segala macam cara dan sumber daya kami untuk membawa manusia lebih dekat kepada Allah, karena jika manusia telah benar-benar mengenali Sang Pencipta, maka mereka akan mampu memenuhi tanggung jawab mereka terhadap sesama manusia.

Saat ini, hanya kami yang dapat mengatakan bahwa Kitab yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad (saw) 1400 tahun yang lalu, masih dalam bentuk aslinya tanpa ada perubahan sedikitpun. Dan ini merupakan keunggulan Islam yang istimewa bahwa sesuai dengan janji Allah, Dia telah menganugerahkan Islam dengan Pembimbing yang diilhami langsung oleh Allah dalam wujud Hazrat Masih Mau’ud (as) yang dengan cemerlang telah menyampaikan kepada kita ajaran Islam yang sejati.

Jihad Menurut Ahmadiyah

Bagaimana definisi Jihad yang dijelaskan oleh Pendiri Jamaah Ahmadiyah kepada kita seratus tahun yang lalu? Beliau bersabda:

“Aku datang kepada anda semua membawa perintah. Perintah itu adalah mulai sekarang Jihad dengan pedang telah berakhir, tetapi Jihad mensucikan diri anda harus terus berlangsung. Ini bukanlah kata-kataku sendiri. Melainkan ini adalah kehendak Tuhan. Perhatikanlah Hadits sahih Al-Bukhari yang tertulis dalam menyanjung Almasih Yang Dijanjikan ‘Yadha’ul Harba’. Yakni, ketika Almasih datang, dia akan mengakhiri peperangan agama.

Jadi, aku perintahkan kepada orang-orang yang masuk dalam tentaraku, supaya mereka berhenti dari pemikiran berJihad dengan pedang, dan supaya mereka mensucikan hati mereka serta mengembangkan simpati kepada umat manusia dan berbelas kasih kepada orang-orang yang menderita. Mereka harus menyebarluaskan perdamaian di bumi, karena dengan cara itu agama mereka akan menyebar.

Mereka hendaknya tidak ragu tentang bagaimana hal itu bisa terjadi. Sebagaimana Allah Ta’ala telah menggunakan unsur bumi dan semua benda bumi dalam menciptakan ciptaan baru yang modern, dan telah memenuhi seluruh kebutuhan jasmani kita dengan adanya sarana transportasi kereta api sebagai pengganti kuda, dengan cara itu pula Allah Ta’ala, tanpa bantuan tangan manusia, menggunakan para malaikat untuk memenuhi kebutuhan ruhani. Tanda-tanda samawi yang agung akan tampak dan banyak pancaran cahaya akan muncul yang membuat banyak mata menjadi terbuka.” (Pemerintah Inggris dan Jihad; hal 17 dan 18)

Oleh karena itu, jika hari ini kami sibuk 24 jam sehari menyiarkan pesan Ilahi dalam berbagai bahasa melalui saluran televisi kita, hal itu dilakukan karena sang Utusan Tuhan yang menerima tarbiyat langsung dari Allah. Jika kami berupaya membantu umat manusia kekurangan di bidang kesehatan dan pendidikan, atau menyediakan air bersih atau makanan bagi para korban bencana, kami melakukannya karena pemahaman kami yang benar tentang ajaran Islam yang diberikan kepada kami oleh Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah.

Seperti yang kalian ketahui, hari ini kami merayakan rasa syukur karena Jamaah yang didirikan untuk tujuan mulia ini juga telah melewati seratus tahun Lembaga Khilafah.

Selama seratus tahun terakhir, Jamaah Muslim Ahmadiyah telah melakukan pengkhidmatan pada dunia di bawah bimbingan ajaran Islam yang sejati ini. Jamaah Ahmadiyah telah melayani umat manusia yang membutuhkan – tanpa memandang kasta, warna kulit, atau kepercayaan. Kami menyediakan layanan kesehatan dan pendidikan di daerah terpencil di negara-negara miskin Afrika. Kami memperbaiki sumur dan menyambungkan pasokan air di tempat-tempat yang tidak dibantu oleh lembaga pemerintah dan lembaga bantuan.

Saya baru saja kembali dari Afrika. Dari salah satu daerah terpencil di Benin, seorang kepala Suku, secara terbuka menyatakan bahwa beberapa waktu yang lalu ketika hujan dan banjir telah mengakibatkan kondisi kelaparan, mereka memohon bantuan ke mana-mana tetapi hanya satu lembaga yang menjawab panggilan mereka dan itu adalah Jamaah Ahmadiyah dan dokter dan truk-truk berisi makanan tiba tepat waktu untuk menyelamatkan orang-orang dari penyakit dan kelaparan.

Demikian pula, kami berusaha melakukan yang terbaik di bidang pendidikan, karena menurut kami pendidikan adalah kebutuhan saat ini. Jika kita ingin memberikan kedamaian dan keamanan bagi dunia, kita harus menghilangkan kelaparan, dan kita harus menyediakan pendidikan bagi mereka yang tidak berpendidikan sehingga mereka dapat menyadari potensi mereka.

Demikian pula, kami berusaha melakukan yang terbaik di bidang pendidikan karena, menurut kami, pendidikan adalah kebutuhan saat ini. Jika kita ingin memberikan kedamaian dan keamanan bagi dunia, kita harus menghilangkan kelaparan, dan kita harus menyediakan pendidikan bagi mereka yang tidak berpendidikan sehingga mereka dapat menyadari potensi mereka.

Di Nigeria, seorang anggota pers bertanya apa yang akan kami berikan kepada mereka di abad mendatang. Jawaban saya adalah kami akan memberi mereka pendidikan. Kami akan bekerja lebih keras untuk menyediakan pendidikan sehingga orang miskin juga dapat memperoleh manfaat dengan menyadari kemampuan dan potensi mereka.

Bukanlah tujuan saya untuk memamerkan pekerjaan kami karena alasan kami melakukan semua ini adalah untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala. Tujuan saya hanya untuk memberi tahu kalian bahwa Jamaah Ahmadiyah menyajikan ajaran Islam yang benar, karena inilah yang diperintahkan Allah. Barangsiapa yang ingin meraih keridhaan Allah yang hakiki, maka ia harus melakukan hal-hal berikut:

“Yaitu memerdekakan budak, Atau memberi makan pada hari kelaparan. Kepada anak yatim kerabat. Atau, kepada orang miskin yang terbaring di atas tanah.” [3351]. (QS 90:14-17)

Oleh karena itu, saya sampaikan beberapa hal ini kepada kalian yang termasuk kaum intelektual dan berpengaruh di masyarakat, agar kalian tidak terpengaruh pada keberatan-keberatan yang muncul dan supaya kalian dapat mengetahui aspek-aspek indah dari ajaran Islam. Kalian harus mengetahui bahwa ada satu jamaah yang bertindak berdasarkan ajaran Islam yang benar dan bekerja untuk dunia dengan tujuan akhlak yang tinggi.

Semua hal ini terjadi karena Ahmadiyah mendapatkan berkah Khilafah Mereka mencintai Khalifah mereka dan Khalifah mereka mencintai mereka; dan mereka bersama-sama memenuhi hak-hak kemanusiaan dan hak-hak Tuhan semata-mata karena kecintaan mereka kepada Allah. Dengan rahmat, kasih sayang dan kebaikan Allah, cinta timbal balik ini akan bertahan selamanya.

Akhirnya, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua tamu yang terhormat yang telah meluangkan waktu mereka yang berharga untuk acara ini. Terima kasih dan semoga Allah memberkahi kalian semua.

Referensi:

  1. The Story of Eclipses, George F Chambers, hlm.33, London 1902.

Sumber: Alislam org – The Ahmadiyya Muslim Divine Community Embodies True Islamic Teachings

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.