Benarkah Rasulullah Hijrah dari Mekah Karena Kehilangan Perlindungan dari Abu Thalib?
Alasan Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) berhijrah bukan karena beliau ‘kehilangan perlindungan dari orang yang paling berpengaruh.” Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) hijrah atas dasar bimbingan dari Allah, ketika Allah Ta’ala mengabarkan kepada beliau bahwa kaum Mekah berencana kembali untuk membunuh beliau.
Setelah menderita penganiayaan yang paling keji yang pernah disaksikan dalam sejarah selama lebih kurang 12 tahun, Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) dan para sahabat tidak pernah sekalipun mengangkat pedang atau melakukan pertarungan. Sebaliknya mereka tetap bertahan di bawah naungan kegelapan dan mengungsi untuk menyelamatkan hidup mereka. Kondisi ini seperti ditulis oleh Sufi Mutiur Rahman Bengalee:
“Ketika kaum Mekah mengetahui faktor-faktor yang membuat Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) mengalami kemajuan yang cepat dan kuat, mereka kemudian membuat rencana baru untuk mengakhiri hidup dan misi Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam). Mereka memilih satu orang dari masing-masing suku yang memiliki tekad untuk membantu melakukan serangan bersama guna membunuh Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) di malam hari ketika Beliau tidur, sehingga rasa bersalah dari kejahatan itu dapat terbagi secara merata. Jika mereka dapat membunuh Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) mereka yakin bahwa mustahil bagi para pengikut Nabi untuk melawan gabungan suku-suku di Mekah. [1]
“Rupanya, Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) menerima wahyu yang memperingatkan Beliau tentang bahaya; Beliau diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan kota dan mencari perlindungan di Madinah. Seorang pengganti harus disiapkan, sehingga sepupu beliau Ali mengajukan diri untuk berbaring di tempat tidur Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam). Dengan berlinang air mata, Beliau (shallallahu ‘alaihi wasallam) menatap Ka’bah dan bersabda, ‘Wahai Mekah, engkau adalah tempat yang paling kucintai di seluruh dunia, tetapi anak-anamu tidak mengizinkanku tinggal di sini.’ [2] Para musuh Nabi mendapati Ali di tempat tidur Muhammad. Mereka sangat marah sehingga mereka memasukkan Ali ke dalam kurungan, tetapi karena tidak sesuai prosedur, mereka segera membebaskan beliau. Hadiah sebanyak 100 pun diumumkan untuk kepala Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam), hidup atau mati.” [3]
Jadi, keputusan untuk pergi merupakan peristiwa yang menyakitkan dalam kehidupan Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam), ketika beliau dipaksa meninggalkan tanah air sendiri untuk menghindari pembunuhan. Rasululah (shallallahu ‘alaihi wasallam) berangkat menyelamatkan diri dari penganiayaan – persis seperti yang diperkirakan oleh Waraqah ibnu Nawfal dua belas tahun sebelumnya.
Para pengkritik juga mengabaikan bahwa keputusan Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) untuk melanjutkan dakwah atau tidak, keputusan untuk berhijrah atau tidak, bukan didasarkan pada apakah beliau mendapatkan perlindungan dari Abu Thalib. Sebenarnya Abu Thalib yang bersikeras ingin melindungi keponakannya, sehingga perlindungan itu tetap ada.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) menegaskan bahwa pelindungan Beliau bukan dari siapapun, tetapi hanya dari Allah semata – sebagaimana janji Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an:
۞ يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepada engkau dari Tuhan engkau, dan jika engkau tidak melakukan hal itu berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah akan melindungi engkau dari serangan manusia, sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum kafir.” [4]
Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) berhijrah bukan karena hilangnya perlindungan dari orang lain. Hijrah beliau sesungguhnya didasarkan atas bimbingan Allah Ta’ala untuk mengindari upaya pembunuhan.
Sumber: MuhammadFactCheck.org – Did Muhammad leave Mecca because he lost Abu Talib’s protection?
Referensi
[1] Sufi Mutiur Rahman Bengalee, The Life of Muhammad 67 (Kessinger Publishing 2010).
[2] Id. at 67.
[3] Id. at 68-70.
[4] Qur’an 5:68.