Hazrat Mirza Ghulam Ahmad – Masih Mau’ud (as)

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad

Pada 13 Februari 1835, di sebuah desa kecil di India bernama Qadian, lahirlah seorang laki-laki bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as). Beliau berasal dari keluarga terpandang dan terhomat.

Semua agama terdapat nubuat yang mengabarkan kedatangan seseorang individu istimewa, yang akan datang sebagai seorang pembaharu di akhir zaman.

Umat Islam menantikan kedatangan Imam Mahdi dan Isa yang dijanjikan. Kedatangan Nabi Isa (as) yang dijanjikan telah dinubuatkan sendiri oleh Rasulullah (saw). Menurut sebuah Hadits, Rasulullah (saw) tengah duduk di antara para sahabah, lalu turunlah 2 ayat surah Al-Jum’uah.

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ – وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ

“Dialah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang ummi seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka tanda-tanda-Nya dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya juga pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan merea, dan Dialah Yang Maha Perkasa, Mahabijaksana.” (QS Al-Jumu’ah, 62:3-4)

Salah seorang sahabat bertanya, kepada siapa ayat tersebut ditujukan, lalu Rasulullah (saw) menjawab sembari meletakan tangan beliau di pundak Salman(ra), seorang sahabat dari Persia:

لَوْ كَانَ الإِيْمَانُ عِنْدَ الثَّرَايَا لَنَالَهِ رِجَالٌ أَوْ رَجُلٌ مِنْ هَؤُلَاءِ

“Jika sekiranya keimanan berada di bintang Tsuraya, pasti beberapa orang lelaki atau seorang lelaki dari bangsa Salman Persia ini akan memperolehnya” (Tafsir Surah Al-Jumu’ah, Shahih Al-Bukhari, Juz III, hal 131).

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as) – lah Pembaharu yang dijanjikan pada akhir zaman.

Sejak kecil, minat luar biasa Hazrat Masih Mau’ud (as) yang pada agama sudah disadari oleh banyak orang, termasuk ayahnya, yang menjulukinya ‘Maseetar’ yang artinya ‘orang yang menghabiskan waktunya lebih banyak di masjid untuk melaksanakan shalat’.

Di usia muda, beliau mulai menerima wahyu dari Allah, begitu juga kasyaf dan mimpi yang nyata. Pada tahun 1864 atau 1865, Hazrat Masih Mau’ud (as) mendapatkan kasyaf yang mana beliau melihat Rasulullah(saw). Hal ini semakin menegaskan, bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as) memiliki hubungan yang kuat dengan Nabi Muhammad (saw). Ditampakkan kepada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as bahwa beliau akan mendapatkan masa depan rohani yang cemerlang.

Terkait:   Pentingnya Kedatangan Al-masih yang dijanjikan

Ayahanda Hazrat Masih Mau’ud menginginkan agar anaknya bekerja di pemerintahan yang dapat memberinya banyak uang untuk menghidupi keluarganya. Akan tetapi, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as) merasa bahwa kesibukannya untuk hal-hal duniawi itu bagaikan “hukuman penjara”, karena beliau sangat lekat dengan peningkatan kerohanian ilmu agamanya. Oleh karena itu, waktu beliau disibukkan untuk mempelajari Al-Qur’an, dan selalu berusaha melayani kemanusiaan, sering membantu orang-orang yang membutuhkan. Beliau juga menghabiskan waktunya berdebat dengan para misionaris Kristen yang tinggal di lingkungannya, membela agama yang dicintainya, Islam.

Juni Tahun 1876 merupakan masa sedih bagi Masih Mau’ud(as), karena ayahanda beliau meninggal dunia. Sebelumnya, pada hari yang sama, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as)telah menerima wahyu dari Allah yang mengbarkan kewafatan ayahnya. Masih Mau’ud (as) sangat sedih dengan kewafatan ayah beliau, dan khawatir tentang kesulitan yang saat ini dihadapi keluarganya, dengan terbatasnya finansial. Namun, karena Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as) adalah seorang yang dicintai oleh Allah, maka Allah Ta’ala menurunkan wahyu lainnya,

أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ

“Bukankah Allah itu cukup bagi hamba-Nya?” (QS Az-Zumar, 39:37)

Jaminan dari Allah ini membuat hati Hazrat Masih Mau’ud(as) penuh kepuasan bahwa Allah Ta’ala akan selalu mencukupinya.

Pada tahun 1868 atau 1869, Hazrat Masih Mau’ud (as) menerima wahyu,

تیرا خدا تیرے اس فعل سے راضی ہوا اور وہ تجھے بہت برکت دے گا یہاں تک کہ بادشان تیرے کپڑوں سے برکت ڈھونڈیں گے۔

“Tuhanmu ridha terhadap apa yang telah engkau lakukan. Dia akan memberkahimu sedemikian rupa sehingga raja-raja akan meminta berkah dari pakaianmu.” [Barahin-e-Ahmadiyyah, Bagian 4, hal. 520–521 sub-footnote 3, Ruhani Khaza’in, vol. 1, hal. 621–622 sub-footnote 3]

Terkait:   Kesalahpahaman tentang Kedatangan Almasih Akhir Zaman

Wahyu ini tampak aneh pada saat itu – mengapa raja-raja meminta berkah dari pakaian seseorang yang hampir tidak dikenal di desa terpencil India ini? Namun, sejarah menjadi saksi bahwa wahyu ini menjadi kenyataan, seiring dengan berkembangnya warisan Masih Mau’ud(as) dan menjangkau orang-orang dari seluruh dunia, semua lapisan masyarakat, kaya dan miskin, hingga saat ini.

Limpahan wahyu dan kasyaf terus berlanjut, hingga pada tahun 1882 beliau menerima wahyu yang dengan jelas menyatakan bahwa ia, Mirza Ghulam Ahmad(as), akan menjadi orang yang ditunjuk, yang diutus oleh Allah Ta’ala untuk melayani tujuan-Nya; beliau Masih Mau’ud (as) (Almasih yang Dijanjikan).

Pada Januari 1886, beliau menerima sebuah nubuat yang mengabarkan tentang seseorang putra yang tampan dan bersih rohaninya, yang akan lahir dari Hazrat Masih Mau’ud(as). Nubuat ini diikuti dengan nubuat lainnya. Nubuat kedua menjelaskan konteks di mana Hazrat Masih Mau’ud(as) akan diberi putra yang dijanjikan. Kedua nubuatan ini terpenuhi pada tanggal 12 Januari 1889 ketika Allah memberkati Hazrat Masih Mau’ud (as) dengan seorang putra yang diberi nama Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad(as). Putra yang dijanjikan ini juga menjadi Khalifah Kedua Khalifah Ahmadiyah.

Terbitnya buku pertama Hazrat Masih Mau’ud (as), Barahin Ahmadiyah, merupakan langkah besar dalam gerakan Ahmadiyah. Buku ini tidak hanya membantu membuka jalan bagi Ahmadiyah, tetapi juga membantu Islam di saat yang dibutuhkan. Pada saat penerbitannya, Islam menghadapi serangan keagamaan dari berbagai agama, termasuk Kristen. Barahin Ahmadiyah membantu memberikan argumen meyakinkan kepada para pembaca melawan gerakan agama lainnya. Buku ini berisi argumen yang membuktikan keunggulan Al-Qur’an atas kitab suci lainnya. Buku ini juga membuktikan kebenaran Nabi Muhammad(saw).

Pada tahun 1889, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as) menerima wahyu Ilahi:

Terkait:   Tanda Imam Mahdi: Gerhana Bulan dan Matahari

فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا – الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللّٰهِ فَوْقَ أَيْدِيْهِمْ

“Apabila engkau telah memutuskan, maka bertawakallah kepada Allah. Dan bangunlah Bahtera di bawah pengawasan Kami, sebagaimana diperintahkan dalam wahyu Kami. Sesungguhnya orang-orang yang berbai’at kepadamu, sesungguhnya mereka berbai’at kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.”

Setelah wahyu ini, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as) mengumumkan kepada khalayak umum:

“Aku telah diperintahkan untuk mengumumkan bahwa mereka yang mencari kebenaran harus berbai’at kepadaku agar mereka dapat menemukan jalan menuju keimanan sejati, kemurnian hakiki, dan kecintaan kepada Allah.”

Seruan untuk berbaiat ini segera disambut oleh mereka yang telah mengakui bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as) adalah Imam Mahdi yang dijanjikan, dan ditunjuk oleh Allah Ta’ala sendiri. Prosesi baiat pertama berlangsung di Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889, yang menjadi dasar bagi berdirinya Jamaah Muslim Ahmadiyah. Hazrat Maulvi Nurudin(ra) menjadi orang pertama yang dibaiat di tangannya.

Pada tahun 1891 di Qadian, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad(as) menerima wahyu berulang-ulang bahwa Isa(as) dari Nazareth, yang diyakini oleh umat Islam dan Kristen akan datang kembali untuk kedua kalinya, telah wafat secara alami, dan yang dimaksud dengan kedatangan keduanya itu adalah seseorang akan muncul dalam ruh  (spirit) Isa dan beliau-lah orangnya, Masih Mau’ud (as).

Setelah menulis lebih dari 80 buku dan puluhan ribu surat, menyampaikan ratusan ceramah, dan terlibat dalam puluhan debat publik, Hazrat Masih Mau’ud(as) wafat pada 26 Mei 1908. Namun warisannya sebagai pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah, terus berlanjut di seluruh dunia hingga hari ini. Beliau adalah seorang yang sangat mencintai dan mengikuti jejak sang guru tercinta, Rasulullah (saw), dengan setiap napas hidupnya. Beliau adalah sosok yang dicintai oleh Allah Ta’ala, dan telah dianugerahi wahyu, “Raja-raja akan meminta berkah dari pakaianmu”, yang masih berlanjut hingga hari ini.

Sumber: Alislam.org
Penerjemah: Azizah Boenjamin

Comments (1)

Tim Ahmadiyah.Id
10/12/2024, 19:39
#MaaSyaAllaahLaaQuwwataillaabillaah Jazakumulloh Alhamdulillah saya bisa masuk disini dan dapat penjelasan yang pas 👍👍❤️🇮🇩🙏🙏

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.