Yogyakarta (8/12). Dalam rangka memperingati hari HAM International yang jatuh pada 10 Desember nanti, MKAI D.I.Yogyakarta mendapatkan undangan dari YIPC Youth Interfaith Peacemaker Community untuk Nobar & Diskusi Film Hotel Bombay. Sedikit kita melihat sejarah, dari situs resmi Ditjen HAM RI, sejarah peringatan Hari HAM Sedunia berawal dari kekejaman Perang Dunia ke-II di tahun 1939 sampai 1945. Majelis Umum PBB menyepakati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) agar tragedi serupa tidak terulang kembali.
Awalnya, pada tahun 1947 Anggota Komisi Umum PBB merumuskan draft awal Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR). Selanjutnya pada 10 Desember 1948, UDHR tersebut diadopsi oleh Majelis Umum PBB. Pada 10 Desember 1950 Majelis Umum PBB menerbitkan resolusi 423 yang berisi himbauan, semua negara anggota dan organisasi PBB untuk setiap tahunnya mengingat 10 Desember sebagai Hari HAM Internasional. Sejak saat itu masyarakat dunia memperingati Hari HAM pada tanggal 10 Desember setiap tahunnya. HAM memiliki kekuatan untuk mengatasi sejumlah konflik dan krisis dunia. Maka dari itu, penting untuk memperingati Hari HAM Sedunia. Adapun tema pada tahun ini untuk seluruh dunia adalah “Kesetaraan – Mengurangi ketidak setaraan, memajukan hak asasi manusia”.
10 Desember merupakan hari perayaan kaum Humanis, untuk menandai tahun ini YIPC mengadakan kegiatan dengan mendiskusikan sebuah film kisah nyata aksi para teroris di India. Peristiwa serangan di Hotel Mumbai pada November 2008 adalah serangkaian serangan teroris yang terjadi di Mumbai, India. Tragedi itu terjadi ketika 10 anggota Laskar e- Taiba, sebuah organisasi teroris yang berbasis di Pakistan melakukan 12 serangan penembakan dan pengeboman selama empat hari di sekitar Mumbai. Serangan yang mendapat kecaman dari seluruh dunia itu dimulai pada hari Rabu tanggal 26 November dan berlangsung hingga Minggu, 29 November 2008. Alasan sederhana para teroris melakukan serangan tersebut terungkap dari seorang teroris yang tertangkap hidup-hidup bernama Ajmal Amir Kasab. Alasan utama mereka melakukan itu adalah faktor kemiskinan dan ingin mensejahterakan keluarganya dengan jalan Jihad maka seluruh keluarganya akan dijamin hidupnya saat mereka jihad menghadap Allah dan mendapat surga. Namun tentu berbeda dengan maksud tujuan dari elit-elit mereka yang memperalat mereka atas nama agama dan Tuhan.
Film yang diputar ini penuh dengan laga action yang menegangkan, adegan heroic, adrenalin tertantang dan sepanjang film akan menahan nafas. Acara ini di adakan di Studiao Audiao Visual Puskat Gedung Hijau. Yang menurut salah satu panitia merupakan cikal bakal SDM professional TV Swasta. Dengan dimoderatori Ahmad SM fasilitator YIPC Jogja dapat mengulik dari apa yang ada di benak para narasumber Rahmatullah dari Mahasiswa Pasca Hermeneutik Al Qur’an UIN Suka dan Dian Ursula Tulenan Mahasiswa Teologi UKDW Jogjakarta. Hadir mewakili Jemaat Ahmadiyah Jogja Zamzam Ahmad Murti dan Mubda D.I. Yogyakarta Mln. Murtiyono Yusuf Ismail. Hadir juga Romo Murti mewakili pengelola lokasi yang juga seorang yang concern terhadap perfilman yang sempat memberikan pandangannya. Film ini sangat penting untuk mengingatkan kepada kita semua akan betapa terorisme itu suatu hal yang mengerikan dan merenggut hak hidup, dan kemanusiaan setiap kita.
Kontributor:
Mln. Murtiyono Yusuf Ismail Cima Tahir Ahmad