Setelah merenungi secara mendalam dan setelah terus menerus menerima wahyu dari Allah Swt aku jadinya menyadari bahwa meski demikian banyak terdapat mazhab berbagai agama di negeri ini dimana perselisihan antar agama jadinya membludak seperti air bah, sebenarnya penyebab utama dari perbedaan pandangan tersebut berawal pada kemerosotan dalam fitrat keruhanian dan menurunnya rasa takut kepada Tuhan. Nur samawi yang dengan cahayanya maka manusia dapat membedakan antara yang benar dengan yang palsu ternyata telah menghilang dari kalbu sebagian besar mereka. Dunia telah mengambil rona atheisme dimana meski lidahnya masih mengucapkan kata “Tuhan” atau “Permesywar” tetapi hatinya sendiri cenderung menyangkal.
Semua itu dibuktikan dari menghilangnya kebiasaan berbuat baik. Aku tidak mempermasalahkan integritas dari mereka yang berlaku saleh secara diam-diam, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan perlunya agama bagi manusia sekarang ini telah diabaikan. Sebagian besar manusia tidak lagi mengacuhkan kesucian hati, kecintaan kepada Ilahi, kasih sayang kepada sesama mahluk Tuhan, kelembutan hati, kasih, keadilan, kerendahan hati dan semua akhlak mulia seperti ketakwaan, kesucian dan kejujuran yang menjadi semangat suatu agama. Lucunya semangat argumentasi keagamaan malah terlihat meningkat, sedangkan semangat keruhanian malah menurun.
Tujuan utama
sebuah agama adalah pengenalan Tuhan sebagai Wujud Yang menciptakan alam,
berusaha datang ke hadirat Kasih-Nya sampai pada suatu tingkatan
dimana kecintaan kepada yang lainnya telah terbakar musnah,
memiliki kasih simpati
kepada semua mahluk-Nya dan mengenakan jubah kesucian hakiki. Menurut pengamatanku, tujuan
ini telah dilupakan orang di masa ini dan sebagian besar orang jadinya menganut salah satu dari berbagai bentuk atheisme. Pengenalan Tuhan sayang sekali telah amat merosot dan karena itu keberanian melakukan dosa jadinya meningkat. Jelas kiranya sesuatu yang tidak diakui dengan sendirinya tidak akan diikuti oleh hati, apalagi mengasihi atau malah takut kepadanya. Semua bentuk kasih dan takut serta penghargaan hanya mungkin karena adanya pengenalan.
Semua itu memperlihatkan bahwa maraknya dosa di dunia sekarang ini merupakan akibat dari kurangnya pemahaman. Salah satu dari tanda- tanda akbar suatu agama yang hakiki adalah agama itu mampu memberikan berbagai cara guna memperoleh pengenalan dan pemahaman Allah Swt agar manusia jadinya menahan diri dari melakukan dosa. Dengan menyadari keindahan Ilahi maka ia akan menikmati kasih hakiki sehingga jika merasa jauh dari Tuhan-nya maka ia merasa hal itu sebagai lebih buruk dari neraka. Menghindari dosa dan mengabdi kepada kasih Ilahi menjadi sasaran utama bagi manusia yang menjadi ketentraman hakiki layaknya kehidupan surgawi. Semua nafsu yang tidak disukai Tuhan terasa menjadi api neraka dimana mereka merasa bahwa hidup mengikuti nafsu samanya hidup dalam neraka.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mengangkat seseorang dari kehidupan seperti itu? Pengetahuan yang telah dianugrahkan kepadaku dalam konteks ini menunjukkan bahwa keselamatan dari rumah api demikian amat bergantung pada pemahaman Ilahi secara hakiki dan sempurna. Nafsu syahwat yang menyeret seseorang merupakan banjir dahsyat yang mengalir deras menghancurkan keimanan, dimana tidak mungkin membendungnya kecuali dengan sesuatu yang lebih sempurna dan lebih berdaya rengkuh secara keseluruhan. Untuk hal seperti ini dibutuhkan pemahaman Ilahi yang sempurna guna mendapatkan keselamatan.
(Khutbah Lahore, Lahore, Rifahi Aam Steam Press, 1904:
Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 147-149, London, 1984).
Wahai kalian yang aku sayangi, untuk menghindari dosa maka menurut filsafat hakiki yang telah teruji menyatakan bahwa manusia membutuhkan pemahaman yang sempurna dan bukannya bentuk-bentuk penebusan. Sesungguhnya aku dapat menyatakan bahwa seandainya umat Nabi Nuh as telah mencapai pemahaman hakiki yang menciptakan rasa takut yang sempurna, tentunya mereka tidak akan ditenggelamkan. Kalau saja umat Nabi Lut as dikaruniakan pemahaman tersebut maka mereka tidak akan diazab dengan hujan batu. Begitu pula negeri ini kalau saja dianugrahi dengan pengenalan Ilahi yang bisa menjadikan mereka gemetar ketakutan, maka mereka tidak akan diganjar dengan wabah pes seperti yang telah berlaku sekarang ini.
Pemahaman yang tidak sempurna tidak akan memberikan manfaat berarti, begitu pula dengan natijahnya dalam bentuk rasa takut dan kasih Ilahi juga tidak akan sempurna. Baik keimanan yang tidak sempurna, kecintaan yang tidak sempurna, rasa takut yang tidak sempurna dan pemahaman yang tidak sempurna, semuanya sama tidak ada gunanya, sama halnya dengan makanan atau minuman yang tidak sempurna atau lengkap adanya. Mungkinkah kalian dapat menghilangkan rasa lapar dengan sebutir beras atau meredakan rasa haus dengan setetes air? Karena itu, wahai kalian yang niatnya lemah dan kurang berupaya mencari kebenaran, bagaimana mungkin kalian bisa mengharapkan rahmat Tuhan yang akbar sebagai imbalan dari kasih dan rasa takut yang sedikit?
Mensucikan seseorang dari gelimang dosa dan mengisi kalbunya dengan kecintaan Ilahi adalah kinerja dari Wujud yang Maha Kuasa dimana guna menegakkan rasa takut kepada Kebesaran-Nya juga bergantung pada kehendak-Nya. Hukum alam yang abadi telah mengatur bahwa hal ini dikaruniakan setelah manusia berhasil mencapai pemahaman hakiki. Akar daripada rasa takut dan kasih serta penghargaan kepada Tuhan adalah melalui pemahaman yang sempurna. Mereka Yang dikaruniai dengan pemahaman sempurna akan memperoleh karunia rasa takut dan rasa kasih yang sempurna pula dan hal ini akan membebaskannya dari dosa yang ditimbulkan akibat dari ketiadaan rasa takut tersebut.
Guna keselamatan seperti itu kita tidak memerlukan adanya pengurbanan darah dan penyaliban atau pun penebusan. Kita hanya perlu mengurbankan ego kita sejalan dengan fitrat kita sendiri. Pengurbanan seperti inilah yang dengan kata lain diberi nama Islam. Pengertian daripada Islam adalah menjulurkan leher kita guna disembelih, atau dengan kata lain menempatkan kalbu kita di hadirat Ilahi dengan keinginan sendiri yang sempurna.
Nama Islam adalah intipati dari semua kaidah dan merupakan ruh dari semua perintah. Kerelaan menjulurkan leher sendiri untuk disembelih menuntut adanya kecintaan dan pengabdian Ilahi yang sempurna, dimana semua itu hanya mungkin jika memiliki pemahaman sempurna. Arti kata Islam itu sendiri mengindikasikan bahwa untuk suatu pengurbanan yang sempurna diperlukan adanya pemahaman yang sempurna pula sebagai hasil dari kasih Ilahi yang sempurna juga. Hal ini diindikasikan dalam ayat:
“Dagingnya sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah dan tidak pula darahnya, akan tetapi ketakwaanmu itulah yang akan sampai kepada- Nya.” (QS. 22, Al-Hajj: 38).
Jadi berarti, daging kurban yang kalian persembahkan itu tidak akan mencapai Diri-Ku, tidak juga darahnya. Pengurbanan yang sampai kepada- Ku hanyalah agar kalian takut kepada-Ku dan bertakwa demi Aku.
(Khutbah Lahore, Lahore, Rifahi Aam Steam Press, 1904:
Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 150-152, London, 1984).