ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ringkasan Khutbah Jum’at
Ringkasan Khotbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada tanggal 23 Juni 2023 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK.
KEHIDUPAN HADHRAT RASULULLAH SAW. (IV):
PERSIAPAN PERANG BADAR
Setelah membaca tasyahud, ta`awwudz dan surah Al-Fatihah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa di dalam khutbah sebelumnya, Hudhur aba. telah menyampaikan bahwa Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. telah mengirimkan para sahabat terlebih dahulu untuk mengumpulkan informasi dan mereka kembali lagi untuk menyampaikan informasi yang mereka dapatkan kepada beliau saw. bahwasanya pasukan kaum kafir Quraisy sedang melakukan persiapan-persiapan.
Nabi Muhammad saw. Bermusyawarah Dengan Para Sahabat
Hudhur aba. bersabda bahwa Nabi Muhammad saw. memberi tahu para sahabat tentang persiapan-persiapan yang sedang dilakukan oleh orang-orang Mekah dan kemudian meminta pendapat mereka tentang apa yang harus dilakukan. Para sahabat lalu menyampaikan pendapat mereka masing-masing, termasuk Hadhrat Miqdad bin Amr ra. yang mengatakan bahwa mereka semua bersama Nabi Muhammad saw. dan akan menemani beliau saw. dalam setiap langkah apa pun yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala kepada beliau saw. Beliau ra. berkata bahwa mereka tidak akan bersikap seperti halnya sikap orang – orang Israel kepada Nabi Musa as.:
“Pergilah kamu dan Tuhanmu dan berperanglah, di sini kami akan duduk-duduk.” (QS. Al-Maidah 5: 25)
Sebaliknya, para sahabat justru mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. harus tetap melanjutkan pertempuran bersama dengan Tuhannya dan mereka semua akan menemani beliau saw.
Hudhur aba. bersabda bahwa berkenaan dengan ayat yang dikutip oleh Hadhrat Miqdad ra, beberapa sejarawan mencatat bahwa surah di mana ayat ini ditemukan, yaitu surah ke-5 (Al-Maidah), diwahyukan jauh di kemudian hari setelah perang Badar terjadi. Namun, ada berbagai penjelasan yang diberikan untuk itu. Misalnya, mungkin saja Hadhrat Miqdad ra. telah mendengar kejadian tersebut dari orang-orang Yahudi, atau bisa juga untuk mendukung perkataan Hadhrat Miqdad ra. tersebut, ayat ini ditambahkan sendiri oleh para ahli sejarah.
Nabi Muhammad saw. juga hendak meminta pendapat dari kaum Anshar. Oleh karenanya, Hadhrat Sa’ad bin Mu’az ra. mengungkapkan rasa terkejutnya karena ternyata kaum Anshar juga dimintai pendapatnya. Beliau ra. kemudian menyatakan bahwa mereka semua telah berjanji untuk tetap setia. dan taat kepada beliau saw. dalam segala hal apa pun yang beliau saw. perintahkan, sehingga dengan demikian, mereka akan selalu mengikuti beliau saw. kemana pun beliau saw. pergi. Hadhrat Sa’ad lalu berkata bahwa, sekali pun Nabi Muhammad saw. membawa mereka untuk terjun ke laut dan berjalan di dalamnya, mereka akan tetap mengikuti beliau saw. ke laut. Beliau ra. berkata bahwa mereka akan tetap setia kepada beliau saw. dan akan terus berjuang bersamanya dengan penuh gagah berani sehingga mereka akan menyejukkan mata beliau saw.
Setelah mendengar hal tersebut, Nabi Muhammad saw. merasa sangat senang. Kemudian beliau saw. berkata bahwa mereka semua harus maju berperang, karena Allah Ta’ala telah memberi kabar suka kepada beliau saw. tentang kemenangan yang akan diperolehnya atas salah satu dari dua kelompok tersebut. Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa beliau saw. dapat melihat tempat di mana pasukan musuh akan menjemput ajal kematian mereka.
Kewaspadaan Hadhrat Rasulullah saw.
Hudhur aba. bersabda, Umat Islam pun kemudian melanjutkan perjalanan mereka menuju Badar dan berkemah di datarannya. Nabi Muhammad saw. dan Hadhrat Abu Bakar ra. berangkat dan bertemu dengan seorang lelaki tua Arab dan tanpa memberi tahu kepadanya mengenai siapa mereka, mereka menanyakan beberapa informasi kepadanya tentang apa yang dia ketahui tentang Muhammad saw. dan kaum Quraisy. Dia berkata bahwa dia akan memberi tahu mereka setelah mereka memberitahunya dari suku mana mereka berasal. Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa beliau saw. akan memberitahunya setelah dia memberikan informasi yang diminta terlebih dahulu. Lalu orang tua itu menyampaikan kepada mereka apa yang dia ketahui tentang pergerakan Nabi Muhammad saw. dan informasi yang disampaikannya ternyata benar. Dia juga memberi tahu mereka tentang apa yang dia ketahui tentang kaum Quraisy dan informasinya juga ternyata benar. Kemudian lelaki tua itu kembali bertanya, dari suku mana mereka berasal. Nabi Muhammad saw. kemudian menjawab bahwa mereka berasal dari air.
Hudhur aba. bersabda bahwa beberapa orang mungkin berpendapat bahwa jawaban yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. tersebut bukanlah jawaban yang tepat. Namun, jawaban beliau saw. itu tidaklah salah, melainkan justru dikarenakan masa perang yang sensitif, Nabi Muhammad saw. memberikan jawaban yang bertujuan untuk melindungi umat Islam. Akan tetapi beliau saw. tidaklah berdusta. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. merujuk pada pernyataan di dalam Al-Qur’an bahwa segala sesuatu telah diciptakan dari air. Sejarawan lainnya mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang Arab untuk memperkenalkan diri mereka dengan menyebutkan nama sumur air di daerah mereka. Mungkin juga bahwa Nabi Muhammad saw. merujuk kepada mata air Badar yang dilalui oleh perkemahan umat Muslim.
Hudhur aba. mengatakan bahwa setelah kembali ke perkemahan kaum Muslim, Nabi Muhammad saw. mengirimkan seorang utusan ke mata air Badar untuk mengumpulkan lebih banyak lagi informasi. Utusan itu berpapasan dengan beberapa orang Mekah yang sedang mengumpulkan air untuk kaum Quraisy. Utusan umat Muslim itu lalu menangkap mereka dan meminta informasi dari mereka. Akan tetapi, mereka tidak dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan. Ketika mereka dibawa ke hadapan Nabi Muhammad saw, beliau saw. bertanya kepada mereka, di mana kaum Quraisy berada. Mereka mengatakan kepada beliau saw. bahwa kaum Quraisy berada di belakang bukit. Kemudian Nabi Muhammad saw. bertanya kepada mereka berapa jumlahnya, dan mereka menjawab bahwa mereka tidak tahu. Nabi Muhammad saw. lalu bertanya, berapa banyak unta yang mereka sembelih setiap harinya untuk dimakan? Mereka menjawab bahwa mereka biasa menyembelih sekitar 9 sampai 10 unta. Dari sini, Nabi Muhammad saw. menyimpulkan bahwa ada sekitar 900-1.000 pasukan orang-orang Mekah. Nabi Muhammad saw. juga bertanya mengenai kepala suku Quraisy yang mana yang bersama dengan para pasukan mereka. Mereka pun memberitahunya.
Hudhur aba. bersabda bahwa ketika menyebutkan peristiwa tersebut dan apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw., Hadhrat Mirza Basyir Ahmad ra. menulis:
“Lihatlah! Mekah telah melemparkan ke hadapanmu pahlawan-pahlawan terbesarnya”
Ini adalah kata-kata yang sangat cerdas dan bijaksana, yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. secara spontan. Alasannya adalah bukannya kaum Muslim yang lebih lemah menjadi berkecil hati ketika mendengar nama-nama dari begitu banyak pemimpin Quraisy yang terkenal, akan tetapi kata-kata tersebut justru membuat mereka percaya bahwa seolah-olah Allah Ta’ala telah mengirimkan para pemimpin Quraisy ini untuk dijadikan mangsa bagi umat Muslim.’ (The Life & Character of the Seal of Prophets saw – Vol II, hal. 142-143).
Persiapan Peperangan & Mendirikan Perkemahan
Hudhur aba. menceritakan bahwa mengenai tempat di mana umat Islam berkemah, Hadhrat Habbab ra. bertanya kepada Nabi Muhammad saw., apakah tempat yang telah beliau saw. pilih itu adalah karena berdasarkan kepada wahyu Ilahi? Nabi Muhammad saw. menjawab bahwa (pemilihan tempat) itu bukan karena perintah wahyu Ilahi. Mendengar jawaban tersebut, Hadhrat Habbab ra. lalu menyampaikan pendapatnya bahwa menurutnya akan jauh lebih bijaksana untuk berkemah dekat dengan sumber mata air. Setelah mendengar alasannya, Nabi Muhammad saw. pun setuju dan kemah pasukan Muslim pun dipindahkan agar lebih dekat dengan mata air.
Hudhur aba. kemudian mengutip tulisan Hadhrat Mirza Basyir Ahmad ra. tentang persiapan yang dilakukan oleh umat Islam untuk berperang dan sebuah tenda yang disiapkan untuk Nabi Muhammad saw.
Atas usul Sa’ad bin Mu’az ra., kepala suku Aus, sebuah tenda telah disiapkan untuk Nabi Muhammad saw. di salah satu sisi medan perang. Sa’ad ra. lalu mengikat tunggangan Nabi Muhammad saw. di dekat tenda dan berkata:
“Wahai Rasulullah! Tinggallah di dalam tenda ini, dan kami akan berperang melawan musuh dengan nama Allah. Jika Allah menganugerahi kita dengan kemenangan, maka inilah keinginan kita. Tetapi jika naudzubillah, keadaan menjadi lebih buruk, maka ambil tunggangan Anda ya Rasulullah dan pergilah ke Madinah bagaimana pun caranya. Di sana Anda akan menemukan saudara dan kerabat kami, yang tidak kurang dari kami dalam hal kecintaan dan ketulusannya terhadap Anda. Namun, karena mereka tidak menyadari bahwa mereka akan dihadapkan kepada perang dalam pergerakan ini, sehingga mereka tidak ikut. Kalau tidak, mereka tidak akan pernah ketinggalan untuk ikut serta berperang. Ketika mereka menyadari kondisi yang terjadi, mereka tidak akan berhenti mengorbankan hidup mereka semata-mata demi untuk melindungi Anda.
Ini adalah ketulusan hati yang ditunjukkan oleh Hadhrat Sa’ad ra, yang sangat layak untuk dipuji. Akan tetapi, apakah pernah utusan Allah Ta’ala melarikan diri dari medan pertempuran? Bahkan, di Perang Hunain, di saat 12.000 orang pasukan pergi meninggalkan mereka, akan tetapi pusat dari Tauhid Ilahi ini tidak bergeming sedikit pun. Alhasil, tenda pun telah disiapkan dan Sa’ad ra. bersama dengan beberapa orang dari kaum Anshar lainnya mengelilingi tenda beliau saw. dan berjaga-jaga di sekelilingnya. Nabi Muhammad saw. beristirahat di tenda tersebut bersama dengan Hadhrat Abu Bakar ra. Sepanjang malam, Nabi Muhammad saw. berdoa di hadapan Allah Ta’ala sembari menangis dan meratap. Diriwayatkan bahwa dari antara seluruh pasukan, hanya Nabi Muhammad saw.-lah yang tetap terjaga di sepanjang malam.’ (The Life & Character of the Seal of Prophets saw – Vol II, hal. 143-144)
Keesokan paginya, kaum Quraisy bergerak maju. Mengetahui hal tersebut, Nabi Muhammad saw. berdoa agar Allah Ta’ala memenuhi janji kemenangan-Nya di hari itu juga. Sebelum kaum Quraisy tiba, Nabi Muhammad saw. mengatur barisan pasukannya. Beliau saw. menggunakan anak panah untuk memberi isyarah kepada umat Muslim dan mengarahkan mereka ke mana mereka harus pergi. Bendera Islam diberikan kepada Hadhrat Mus’ab bin Umair ra. yang kemudian meletakkannya persis seperti di tempat yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw.
Ketika Nabi Muhammad saw. sedang mengatur barisan, Hadhrat Sawad ra. sedikit keluar dari barisan. Nabi Muhammad saw. lalu menekan perutnya dengan anak panah beliau saw. untuk membuat barisan itu lurus kembali. Hadhrat Sawad ra. mengatakan bahwa tusukan anak panah tersebut membuatnya merasa kesakitan. Dikarenakan beliau ra. mengetahui bahwasanya Nabi Muhammad saw. telah diutus untuk menegakkan keadilan, maka dia pun ingin membalasnya. Nabi Muhammad saw. lalu mengangkat kain dari perutnya dan berkata bahwa ia boleh membalasnya. Namun, Hadhrat Sawad ra. justru malah memeluk Nabi Muhammad saw. Ketika Nabi Muhammad saw. bertanya kepadanya mengapa dia melakukan hal tersebut, dia menjawab bahwa dia tidak tahu apakah dia akan tetap hidup setelah pertempuran itu. Oleh karena itu, jika ini adalah saat-saat terakhirnya, dia ingin melakukannya sedemikian rupa sehingga dia dapat memeluk Nabi Muhammad Rasulullah saw.
Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan menceritakan kembali peristiwa ini di dalam khotbah yang akan datang.
Shalat Jenazah
Hudhur aba. mengatakan bahwa beliau aba. akan memimpin shalat jenazah bagi beberapa orang anggota Jemaat yang telah meninggal dunia, berikut ini:
Qari Muhammad Ashiq
Qari Muhammad Ashiq merupakan Guru Besar Jamia Ahmadiyah dan Kepala Sekolah Madrasatul Hifz. Setelah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an, sebelum bai’at ke dalam Jemaat Ahmadiyah, almarhum mengajar di berbagai madrasah miliki sekte Ahlu Hadits. Almarhum mendengar dari berbagai ulama non-Ahmadi yang mengatakan bahwa ayat-ayat tertentu dari Al-Qur’an dapat dibatalkan. Sedangkan Hadhrat Masih Mau’ud as. berkeyakinan bahwa tidak ada sedikit pun dari Al-Qur’an yang dapat diubah atau dibatalkan. Oleh karena itu, almarhum pun melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah tersebut dan bertemu dengan beberapa Ahmadi yang memberinya buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud as. Namun, setelah beberapa waktu, almarhum kehilangan kontak dengan para Ahmadi tersebut. Meskipun begitu, sesuai dengan takdir Ilahi, almarhum kemudian mendapatkan berbagai mimpi, termasuk mimpi yang di dalamnya, almarhum mendengar suara, ‘Dengarkan panggilan langit. Al-Masih telah datang! Al-Masih telah datang!’ Oleh karena itu, dengan satu atau lain cara, perhatiannya terus-menerus ditarik kembali ke Ahmadiyah dan pada akhirnya, almarhum pun bai’at dan masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Almarhum mengalami kesulitan yang sedemikian rupa luar biasanya setelah bai’at. Beberapa orang Muslim non-Ahmadi bahkan mencoba membujuknya untuk pergi (keluar dari Jemaat) dengan berbagai bujukan duniawi. Akan tetapi, Allah Ta’ala tetap membuatnya teguh. Almarhum menikah dengan seorang janda yang sudah memiliki tiga orang anak dan kemudian memiliki seorang putri. Pada saat itu, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh. adalah Penanggung Jawab Waqf-e-Jadid. Beliau rh. meminta agar Qari Muhammad Ashiq dibawa kepadanya untuk ikut di dalam sebuah pertemuan. Setelah bertemu dan mendengarkan bacaannya, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh. menunjuknya untuk bekerja di bawah Waqf-e-Jadid. Oleh karena itu, para siswa tahun terakhir Jamia Ahmadiyah akan datang dan belajar darinya. Almarhum selalu mengajar siswa Madrasahul Hifz dan Jamia Ahmadiyah. Bahkan setelah pensiun, dia masih terus berkhidmat. Hudhur aba. menyampaikan bahwa beliau aba. juga ingat ketika almarhum mengajar murid-muridnya di masjid. Almarhum memimpin sholat tarawih selama 15 tahun di Masjid Mubarak, Rabwah. Dikatakan bahwa almarhum ditunjuk untuk tugas ini dikarenakan Khalifah Ketiga, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad rh. sangat menikmati tilawat Al-Qur’an-nya. Hudhur aba. bersabda bahwa murid-muridnya dari seluruh dunia telah menulis surat kepadanya tentang sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Qari Muhammad Ashiq. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala meninggikan derajatnya dan semoga Allah Ta’ala memberikan ketulusan dan kesetiaan kepada anak keturunannya.
Nuruddin Al-Husni
Nuruddin Al-Husni dari Suriah. Almarhum saat ini tinggal di Arab Saudi, dan di sana almarhum dipenjara karena mempertahankan keyakinannya. Saat di penjara itulah, almarhum baru saja meninggal dunia. Ketika Khalifah Kedua, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. mengunjungi Damaskus, beliau ra. tinggal di rumah paman Nuruddin Al-Husni. Ketika itu almarhum masih kecil dan almarhum mendapatkan karunia untuk membaca beberapa ayat Al-Qur’an di hadapan beliau ra. Almarhum dawam menjalankan puasa sunnah, membaca Al-Qur’an dan juga dawam mendirikan shalat tahajjud dan subuh. Almarhum tetap teguh pada keyakinannya, bahkan saat di penjara sekali pun. Almarhum memberi tahu semua orang di penjara bahwa pertolongan Allah sudah semakin dekat. Almarhum meninggalkan seorang istri yang banyak berkorban selama suaminya berada di penjara, tiga orang putra dan seorang putri. Almarhum didakwa karena menyebarkan dakwah Ahmadiyah di media sosial. Almarhum mengalami penderitaan yang luar biasa di penjara, di mana dia bahkan tidak diizinkan untuk bertemu dengan keluarganya atau berbicara dengan mereka di telepon. Almarhum sering jatuh sakit karena usianya yang sudah tua, namun almarhum tetap tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan keluarganya. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala menganugerahkan rahmat, kasih sayang dan maghfirah-Nya, mengangkat derajatnya dan memberikan taufk dan karunia kepada anak-anaknya untuk melanjutkan warisan kebaikan almarhum semasa hidupnya.
Diringkas oleh: The Review of Religions
Diterjemahkan oleh: IHR
DOA KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ
وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
عِبَادَ اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ
أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ