KETINGGIAN AJARAN AL-QUR’AN

Oleh: Abdul Quddus Arif (Sadr Majlis Khuddamul Ahmadiyah UK)

Pada abad ke-6 dunia telah jatuh ke dalam jurang degradasi moral dan kegelapan ruhani; tempat peleburan segala amoralitas dan kejahatan tidak lain adalah Semenanjung Arab. Dosa disebut sebagai kebajikan. Orang yang melakukan percabulan tanpa pandang bulu diakui sebagai pemimpin, dan menikah dengan ibu adalah halal. Makan bangkai dan menjadi kanibal tidaklah dibenci. Pembunuhan anak perempuan demi kehormatan diperbolehkan, dan penjarahan kekayaan anak yatim hampir merupakan hak asasi. Singkatnya manusia memiliki penampilan manusia tapi mereka kehilangan semua pertimbangan akal. Mereka tidak memiliki kerendahan hati, rasa malu, atau harga diri. Mereka minum alkohol seperti air4 dan merupakan personifikasi dari:

Sejauh menyangkut agama-agama besar dunia pada masa itu, orientalis seperti Davenport telah menyatakan,

“Tidak mudah untuk membayangkan sesuatu yang lebih menyedihkan daripada kondisi Kekristenan pada saat itu.”5

Alasan mendasar untuk kedunguan ini adalah bahwa dunia tidak memiliki kepercayaan pada keberadaan Tuhan. Penjelasan yang tepat tentang hal ini adalah dalam kata-kata Hadhrat Masih Mau’ud (as),

“…Dunia tidak lagi menyembah Tuhan, dan semua jejak ke-Esa-an-Nya telah benar-benar menghilang. Penyembahan dewa-dewa palsu dan penyembahan berhala telah menggantikan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dunia diselimuti ketakutan jubah kebodohan dan kegelapan. Tidak ada negara, wilayah atau lahan di permukaan bumi ini di mana, Tuhan Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, dan Yang Maha Memelihara disembah … keadaan dunia ini telah dijelaskan dengan sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam kata-kata:

tidak ada lisan atau pena manusia yang dapat menggambarkan keadaan dunia lebih baik dari ini.”6

Pada saat-saat genting seperti itu, Allah Ta’ala, karena rahmat dan kasih sayang-Nya mengirimkan Rasul paling mulia, dengan hidayah-Nya yang paling lengkap dan sempurna untuk pembaruan umat manusia. Tuan dan majikan kita, Nabi Suci Muhammad (saw) ditugaskan dengan Firman Tuhan itu yang mengubah binatang ini menjadi manusia; Firman Tuhan ini mengubah orang-orang barbar ini menjadi manusia beradab dan pada akhirnya Firman Tuhan ini mengangkat manusia beradab ini menjadi orang suci.

Ajaran luhur Al-Qur’an menjadikan mereka singa di siang hari dan pertapa di malam hari dan mereka menjadi bintang penuntun iman.7

“Bagaimana transformasi luar biasa ini terjadi dalam diri umat Islam? Alasannya adalah bahwa ajaran Al-Qur’an telah merevolusi moral dan kebiasaan mereka. Ajaran ini telah menyebabkan kematian pada kehidupan rendah mereka, dan mengangkat mereka ke tempat yang tinggi dan ditanamkan di dalam diri mereka akhlak yang paling luhur.”8

Sekarang Allah Ta’ala menganugerahkan umat manusia dengan ajaran-ajaran unggul AlQur’an dan perwujudan dari

Kaum Muslim diberdayakan untuk mencapai kesuksesan yang luar biasa. Mereka memiliki kuncinya yang membuka semua kemajuan ruhani dan temporal. Ajaran yang unggul inilah yang mengintimidasi lawan, di mana mereka dipaksa untuk memberi tahu orang lain untuk tidak mendengarkan kata-kata memukau dari Anak Padang Gurun (saw), karena itu akan sangat mengesankan hati dan pikiran mereka. Yang pasti mantra kata-kata dan ajaran yang luar biasa ini lebih mulia dari Arab itu sendiri. Bahkan hanya dalam beberapa dekade ajaran Al-Qur’an unggul memerintah atas hati orang-orang Arab dan non-Arab, dan ajaran-ajarannya yang unggul melintasi semua batas, semua bangsa, semua kasta dan semua kepercayaan. Filosofi, ideologi, kitab suci agama memucat tidak ada bandingannya dengan ajaran Al-Qur’an yang tertinggi dan perkasa. Ini disorot dalam kata-kata Hadhrat Masih Mau’ud as berikut ini “…Pengetahuan yang benar berasal dari Al-Qur’an. Pengetahuan sejati juga tidak bisa berasal dari filsafat Yunani, atau dari filsafat yang saat ini lazim di Inggris, melainkan dicapai dari filsafat iman yang benar.”9

Nabi Suci Muhammad (saw) meniupkan Firman Allah kepada para pengikutnya, dan Khalifah-khalifah yang dibimbing dengan benar melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa ajaran-ajarannya yang unggul dipraktikkan dalam kemuliaan dan kekuatan penuh mereka setelah kewafatan Nabi. Al-Qur’an adalah pondasi sebuah kerajaan saleh yang mengesankan didirikan dalam rentang waktu yang singkat dan tak tertandingi. Ajaran luhurnya memberikan kepada dunia peradilan pertama, sistem kepolisian, perbendaharaan, militer yang terorganisir, penjara, barak, wisma, hotel, kontrol pasar dan sebagainya. Suatu sistem pemerintahan yang sedang dibangun oleh negara-negara besar bahkan sampai hari ini.

Ajaran unggul Al-Qur’an digembar-gemborkan di era Zaman Keemasan Islam. Mereka yang menghormati ajarannya berkembang tidak hanya dalam rohani mereka, tetapi pikiran mereka diterangi dengan cahaya ilahi. Dalam budaya, peradaban, bidang kedokteran, dalam semua ilmu pengetahuan yang dikenal saat itu, umat Islam dibimbing oleh ajaran Al-Qur’an.

“Faktanya ialah Al-Qur’an dan ajaran Nabi Suci Islam (saw) mengilhami karya-karya generasi intelektual, filsuf, dan penemu Muslim di Abad Pertengahan.”10

Ibnu Haytham mengembangkan kamera pertama. Peta dunia yang paling luas dan akurat dari abad pertengahan, yang digunakan selama berabad-abad oleh para pelancong ditulis oleh seorang Muslim. Para dokter dan ilmuwan muslim membuat penemuan-penemuan hebat dan mempelopori banyak penemuan yang tetap digunakan hingga hari ini misalnya Al-Zahrawi menempa banyak alat-alat bedah. Ibnu Nafies merinci dasar sirkulasi paru. Jabir ibn Hayyan menemukan banyak proses dasar dan peralatan yang digunakan dalam Kimia. Prinsip-prinsip Aljabar dan teori Trigonometri adalah pertama kali dikembangkan oleh umat Islam, dasar dari algoritma komputasi modern. Laporan ilmiah di New York Times menyatakan,

“Orang-orang Muslim menciptakan masyarakat yang pada Abad Pertengahan merupakan pusat sains di dunia. Bahasa Arab identik dengan pembelajaran dan sains untuk 500 tahun lamanya…”11

Ini adalah hasil langsung dari ajaran luhur Al-Qur’an dan kekuatan ruhani dari Nabi Suci Muhammad (saw). Tetapi Al-Qur’an juga telah memperingatkan kita dengan kata-kata berikut,

“Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan AlQur’an ini diabaikan.”12

Era dominasi Muslim mulai melemah. Setelah menjauh dari Tuhan Yang Maha Esa dan Ajarannya, umat Islam yang sebelumnya memimpin dunia dalam bidang teologi, ilmu pengetahuan dan penelitian, memasuki zaman kemerosotan intelektual, kemerosotan moral, dan kegelapan ruhani. Kekaisaran terbesar yang pernah dilihat dunia, segera terbagi menjadi negara-negara kecil yang tidak berdaya. Godaan dan kemewahan dunia telah mengambil hati mereka dari
ajaran Al-Qur’an dan mereka membungkus Kitab Allah ini dengan kain kafan yang mahal, jarang membukanya untuk direnungkan atas wawasan dan kebenarannya yang dalam. Selama zaman kegelapan yang menimpa kaum Muslim [Faij-e-Awaj] Umat Nabi telah terpecah menjadi 72 sekte. Sayangnya, Kitab Suci ini menjadi sebuah ‘barang yang dibuang’. Ayat-ayat Al-Qur’an dinyatakan dibatalkan, dan ajaran tertinggi dari Keesaan Tuhan sekali lagi dikalahkan oleh pengaruh agama lain. Nubuwatan Nabi Muhammad (saw) menyimpulkan kondisi mengerikan Islam,

Terkait:   Ramadhan Dan Al-Qur'an

“Telah dekat masa ketika tidak ada yang tersisa dari Islam kecuali namanya; tidak ada yang tersisa dari Al-Qur’an kecuali kata-katanya. Masjid mereka akan ramai tapi kosong dari hidayah. Ulama mereka adalah seburuk-buruk mahkluk di bawah kolong langit.”13

Kita memasuki abad ke-19 dan menemukan umat Islam dalam keadaan tidak berdaya. Dunia melihat umat Islam terpecah belah. Lawan mengambil keuntungan dari ini dan menerbitkan jutaan buku menentang Islam,14 Al-Qur’an dan Rasulullah (saw). Dua juta Muslim, terpengaruh oleh tuduhan orang lain, mereka menjadi lemah dalam iman mereka; sebagai hasilnya, mereka meninggalkan ajaran yang unggul dan menerima agama Kristen.15 Mereka memilih berhala daripada Allah Ta’ala. Bahkan beberapa pemimpin Muslim telah meminta maaf atas keyakinan mereka. Orang-orang seperti Sir Sayyad Ahmad, yang digambarkan sebagai seorang pragmatis dan pembaharu Islam, tidak fokus pada penanaman ajaran Al-Qur’an menjadi generasi penerus umat Islam, justru dianggap bahwa keberhasilan mereka terletak di ‘Ilmu Barat’. Rahmatullah Kairanvi, Syed Ameer Ali, Abdullah Quilliam – mereka semua berjuang untuk membela Islam dari gempuran dunia, tetapi tidak ada yang bisa menyalakan spiritual reformasi yang diperlukan untuk kebangkitan Islam. Fokus utama mereka adalah pendekatan Muslim ala barat dan membuat ajaran Al-Qur’an enak dan menyenangkan bagi Barat.

Tapi tidak semua harapan hilang. Karena Allah-lah yang telah berjanji untuk mengirim Pembaharu yang Dijanjikan dan wakil Muhammad (saw) dalam pribadi Hd Masih Mauud (as). Beliau diberi tugas mengembalikan iman dari bintang ke dunia. Beliau bertanggung jawab untuk mengembalikan zaman keemasan Islam. Dari sekian banyak tugasnya, Allah telah memberikan Hadhrat Masih Mau’ud as tugas untuk mengajarkan Al-Qur’an dan hikmahnya. Beliau mengumumkan kepada dunia bahwa setiap kali Islam dihadapkan dengan tantangan baru atau masalah kontemporer, senjata yang tajam dan efektif yang segera tersedia untuk menghadapinya adalah Al-Qur’an. Dalam nada yang sama, setiap kali gelombang pemikiran filsafat yang dibangkitkan untuk melawan ajaran-ajaran luhurnya, Al-Qur’an telah menghancurkannya.16

Hadhrat Masih Mauud (as) menulis, “Orang yang menghormati Al-Qur’an akan dihormati di surga… Saat ini, tidak ada kitab di muka bumi yang layak untuk manusia kecuali Al-Qur’an.”17

Dengan kebangkitan Eropa, yang sekarang berkembang pesat setelah revolusi industri, agama dan kemajuan sains tampak bertentangan. Kitab suci agama, selain Quran, tidak bisa mendamaikan keduanya. Itu adalah awal dari era di mana pertanyaan tidak bisa hanya dijawab dengan ‘karena memang begitu!’ Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda,

“Setiap individu yang membaca Al-Qur’an dengan pemahaman dan perenungan paling minim sekalipun akan menyadari bahwa setiap bentuk filsafat dan semua ilmu tidak ada artinya dibandingkan Quran. Al-Qur’an telah meninggalkan setiap orang bijak dan filsuf jauh di belakang,”18

Hadhrat Masih Mau’ud as dan para Khalifahnya telah menjelaskan kepada kita kebenaran yang lebih dalam dari Al Quran. Beliau-beliau telah berulang kali menyatakan bahwa Pengarang Al-Qur’an sebenarnya adalah Arsitek alam semesta. Dia menyatakan diri-Nya melalui PekerjaanNya dan juga melalui Firman-Nya. Kemajuan dan penemuan ilmiah modern ini ada hanya untuk membimbing kita kembali kepada-Nya.

Al-Qur’an dalam beberapa kata menunjukkan kebenaran ilmiah satu millennium lalu yang baru ditemukan saat ini. Ajaran luhur Al-Qur’an merinci teori Big Bang19; berbicara tentang perluasan alam semesta20; menjelaskan konsep kehidupan ekstra-terestrial21; mendemonstrasikan ilmu embriologi22 dengan fasih; menggambarkan kebenaran tentang geologi, kriminologi, arkeologi, dan sebagainya. Karena itu, Tuhan Yang Maha Esa telah berfirman kepada umat manusia bahwa penemuan-penemuan zaman modern ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi kita untuk menjauh dari-Nya, tetapi untuk mengkhidmati sebagai pelayan, mengarahkan kita kepada Wujud-Nya Yang Agung.

Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan,

“Keyakinan saya adalah bahwa semakin banyak ilmu pengetahuan alam berkembang dan secara praktis mencapai kemajuan, semakin jelas keagungan Al-Qur’an bagi dunia.”23

Hadhrat Khalifatul Masih V (aba) menyatakan hal berikut kepada para ilmuwan dan peneliti Ahmadi,

“… setiap penemuan dan setiap perkembangan akan menjadi bukti tambahan dari kebenaran ajaran Al-Qur’an dan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja, Al-Qur’an tidak menghindar dari sains atau mengecilkan hati para pengikutnya dari belajar. Justru sebaliknya – Al-Qur’an memerintahkan orang-orang beriman untuk mengeksplorasi, menyelidiki dan untuk memanfaatkan kecerdasan mereka dan kemampuan yang diberikan Tuhan. Sesungguhnya orang-orang yang berusaha untuk memajukan ilmu pengetahuan manusia untuk kemaslahatan umat manusia akan menuai pahala dari Allah Yang Mahakuasa atas usaha mereka.”24

Salah satu ajaran utama dalam Al-Qur’an yang akhirnya diakui dunia adalah pardah; Ajaran yang mulia ini mengharuskan laki-laki dan perempuan untuk menundukkan pandangan, rendah hati dalam perilaku, tetap terpisah dan menjaga bagian pribadi mereka. Barat keberatan dengan ini dan manyatakan bahwa ajaran pardah sebagai kemunduran dan pelanggaran, khususnya, terhadap hak-hak perempuan, dan mereka menegaskan bahwa Quran mendukung kebencian terhadap wanita – na’udzubillah. Namun statistik menunjukkan hal yang berbeda. Di Inggris saja, ONS memperkirakan bahwa 4,9 juta wanita telah menjadi korban pelecehan seksual dalam hidup mereka25. Jajak pendapat YouGov baru-baru ini untuk UN Women menemukan bahwa tujuh dari 10 wanita pernah mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual di depan umum. Jumlah ini hampir sembilan dari 10 untuk wanita yang lebih muda.26

Dengan masalah yang berkembang ini, beberapa orang menyarankan untuk memisahkan angkutan umum27; Beberapa orang mengatakan agar ada konser khusus wanita28; di Olimpiade Tokyo beberapa pesenam mengenakan setelan seluruh tubuh untuk ‘melawan seksualisasi olahraga mereka’29. Kita menyaksikan dengan takjub bagaimana Al-Qur’an sekali lagi memberikan ajaran yang unggul bahwa lawan jenis harus tetap terpisah; mereka bahkan jangan sampai mengangkat pandangan mereka agar mereka tidak tersandung godaan. Ini adalah satu-satunya solusi pragmatis untuk perilaku tidak bermoral seperti itu.

Terkait:   Kemampuan Melihat Tuhan

Hadhrat Khalifatul Masih V (aba) menyatakan,

“Selalu perhatikan pakaian Anda sehingga tidak ada yang bisa mempertanyakan kesopanan Anda dan banggalah dengan fakta bahwa pardah adalah sarana untuk menjaga kehormatan dan kesucian seorang muslimah. Setiap pria dan wanita Ahmadi memiliki lingkaran di mana mereka berada padanya, mereka berkewajiban untuk tetap tinggal padanya dan lingkaran itu adalah apa-apa yang diajarkan Islam. Oleh karena itu, batasan kita tidak ditentukan oleh setiap individu, melainkan telah ditetapkan oleh Allah Yang Mahakuasa.”30

Saya yakin semua orang ingat pagi hari setelah final Euro 2020 ini, media mainstream dan media social melaporkan adegan mencengangkan dari para penggemar yang kehilangan kendali atas akal mereka. saya menemukan artikel yang menarik dan menggugah pikiran dari The Economist, ‘Kekerasan dalam rumah tangga melonjak setelah pertandingan sepak bola berakhir’31, ringkasannya adalah bahwa alkohol memiliki peran utama dalam tautan antara olahraga dan pelecehan. Sebuah studi yang mengamati 195 negara antara tahun 1990 dan 2016, yang terbesar dari jenisnya, yang diterbitkan dalam jurnal medis, the Lancet, menyimpulkan,

“…bahwa penggunaan alkohol, berapa pun jumlahnya, menyebabkan hilangnya kesehatan di seluruh populasi. Meskipun kami menemukan beberapa efek perlindungan … efek ini diimbangi ketika risiko kesehatan secara keseluruhan dipertimbangkan — terutama karena asosiasi yang kuat antara konsumsi alkohol dan risiko kanker, cedera, dan penyakit menular.”32

Studi ini membuktikan ajaran luhur Al-Qur’an yang diberikan kepada kita selama 14 abad yang lalu. Mengenai perjudian dan alkohol, Al-Qur’an mengatakan, “‘Di dalam keduanya terdapat dosa besar dan juga beberapa kebaikan bagi manusia; tapi keburukannya lebih besar daripada kebaikannya.’”33

Buntut dari final Euro memungkinkan rasisme meningkat pada puncaknya. Para pemain yang telah menyatukan bangsa; sehari sebelumnya difitnah karena warna kulit mereka. Satu tahun sebelumnya, pembunuhan seorang pria kulit hitam di AS, memicu protes besar di seluruh dunia, menuntut keadilan bagi kehidupan kulit hitam, tetapi jelas gerakan ini memiliki dampak yang sangat kecil terhadap rasisme yang masih terang-terangan dipajang. Namun, sejak awal ajaran Al-Qur’an yang unggul telah menyerukan pembebasan mereka yang telah ditaklukkan dan ditindas. Allah berulang kali berfirman dalam Kitab-Nya,

Artinya, Dia telah menciptakan manusia dari jiwa yang satu. Ajaran kita telah mengajarkan bahwa tidak ada orang berkulit hitam lebih unggul dari orang berkulit putih, atau orang kulit putih lebih tinggi dari kulit hitam. Dunia berfokus pada meneriakkan ‘Black Lives Matter'(Kehidupan orang hitam itu penting) atau ‘All Lives Matter’ (Kehidupan siapapun penting), tanpa banyak keberhasilan, hanya memperdalam perpisahan. Namun ajaran luhur kita, dijelaskan oleh Khalifah kita, Hadhrat Amirul-Momineen (aba), yang hanya berfokus pada solusi untuk masalah kemanusiaan menurut ajaran Al-Qur’an.

Beliau menciptakan bagi kita slogan-slogan yang mencakup semua ‘Innocent Lives Matter’–Kehidupan ia yang tak bersalah itu penting- dan ‘Supremacy of Justice.’-Kedigdayaan akan Keadilan’– Hudhur Aqdas (aba) bersabda,

Istilah ‘Innocent Lives Matter‘ adalah istilah yang sangat luas berdasarkan Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa ‘membunuh’ orang yang tidak bersalah sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Bukan berarti mereka yang melakukan kejahatan tingkat rendah atau yang dipaksa melakukan kesalahan karena keadaan tempat mereka dibesarkan, dimana kesempatan mereka telah ditolak, tidak dianggap tidak bersalah. Bahkan, jika mereka dipaksa untuk melakukan kejahatan seperti itu untuk memberi makan keluarga mereka atau untuk bertahan hidup maka mereka sangatlah tidak bersalah … Satu-satunya orang yang ‘Bersalah’ adalah mereka yang memiliki kekuatan atau kekayaan dan menggunakannya untuk menganiaya, untuk brutal dan melakukan ketidakadilan yang parah dan yang menyangkal hak-hak orang. Definisi dan standar seseorang yang bersalah adalah melanggar kesucian kehidupan dan contoh utamadari ini adalah anggota penegak hukum yang menyalahgunakan kekuatannya untuk tanpa ampun menempatkan lututnya di leher seorang pria dan menolak untuk melepaskannya selama hampir sembilan menit bahkan ketika pria tak berdaya itu mengulangi kata-kata ‘Saya tidak bisa bernapas’ … Istilah ‘Supremasi Keadilan’ terinspirasi oleh ajaran Al-Qur’an bahwa keadilan adalah yang terpenting … Oleh karena itu, istilah ini menolak dan menyangkal klaim orang-orang yang menganggap bahwa ras kulit putih memiliki ‘supremasi.’ Sebaliknya, ‘keadilan’lah yang tertinggi. “34

Saudara-saudaraku yang terkasih dalam Islam! Tantangan apa pun yang sedang atau akan dihadapi dunia di masa depan, ajaran-ajaran unggul Al-Qur’an telah dan akan selalu memiliki jawabannya. Al-Qur’an Suci menyajikan pandangan yang unik. Al-Qur’an adalah Al Aziz dan Al Azeem – Yang Perkasa dan Hebat, yang membuat para intelek dan filosof besar jatuh dalam sujud, yang menghancurkan ego dan menanamkan rasa takut pada orang-orang yang paling kuat. Adalah Al Majid dan Al Karim, Yang Mulia yang memberikan martabat dan kehormatan pada manusia
dalam usahanya yang bajik. Adalah Al Mubarak – Yang Terberkati – yang membawa kabar gembira bagi manusia dan membantunya menjalani kehidupan yang penuh dan berkelimpahan. Adalah Al Burhaan – yang menyajikan argumen dan bukti yang jelas! Al Bayan – eksposisi yang jelas; Al Hikmah – Kebijaksanaan, Al-Haqq – Kebenaran; Al Furqaan – Pembeda yang benar dari yang salah! Melalui kata-kata Al-Qur’an kita bisa membekali diri kita dengan ilmu yang akan
menyanggah segala tuduhan atau serangan yang dilontarkan kepada kita!

Ini bukan hanya teori. Ini bukan hanya klaim. Ini adalah fakta yang terbukti dengan baik. Al-Qur’an itu sendiri menunjukkan asal keilahiannya.

Dunia sedang mengalami pandemi mematikan yang sayangnya telah membunuh lebih dari 4 juta orang dan masih berlanjut. Sejarah menjadi saksi fakta bahwa malapetaka atau bencana alam seperti itu selalu terjadi pada saat-saat di mana umat manusia telah berpaling dari Penciptanya. Ini adalah keyakinan kita bahwa meratanya bencana alam adalah respon dan reaksi langsung terhadap kesalahan dan pengejaran nafsu dunia saat ini. Tidak ada asumsi bahwa begitu krisis ini berakhir semuanya akan kembali ke ‘normalitas’ pra-covid. Sebaliknya, kita telah diberitahu bahwa menjulang dihadapan kita suatu uji coba lebih lanjut, terutama karena tekanan keuangan dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebabkan oleh virus ini telah ditempatkan pada kita semua. Konflik dan perpecahan lebih lanjut baik di dalam negara maupun antar negara sudah bisa dilihat. Ambil contoh nasionalisasi vaksin; bagaimana negara-negara telah berjuang susah payah untuk memastikan bahwa mereka berada di depan antrian untuk mendapat emas cair ini. Inilah sebabnya mengapa Khalifatul Masih V (aba) telah berbicara panjang lebar mengenai ajaran Al-Qur’an tentang keadilan. Beliau telah berulang kali mengatakan bahwa agar umat manusia mencapai perdamaian pribadi, sosial, nasional dan internasional kita harus memastikan bahwa keadilan dan kesetaraan berlaku, dan negara terbelakang diberi kesempatan yang sama. Hudhur Aqdas (aba) menulis kata-kata berikut kepada para pemimpin dunia,

Terkait:   Hadhrat Masih Mau’ud a.s. : Kedudukan dan Kemuliaan Al-Qur’an

“… pemerintah Anda harus berusaha untuk memastikan perdamaian dan keamanan masyarakat, baik di negara Anda dan di tingkat internasional yang lebih luas. Saya dengan tulus meminta Anda menjunjung tinggi tuntutan keadilan dan integritas dengan berusaha memenuhi hak-hak rakyat Anda sendiri dan rakyat semua bangsa lainnya.”35

Pandemi membawa lebih banyak masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental dan kesejahteraan. Masalah ini juga telah ditangani oleh Al-Qur’an. Hudhur Aqdas (aba) telah menyatakan,

“Di masa lalu (dan kadang-kadang saat ini pun masih) orang sering dengan tabah menanggung penderitaan mereka dan menahan tangis, yang pada gilirannya berdampak buruk pada mereka. Jadi orang seperti itu disarankan untuk menangis demi melepaskan kesedihan mereka. Jika Anda menekan perasaan Anda ketika Anda berduka dan menderita dengan diam tidak mengungkapkannya atau membiarkannya keluar, itu akan mempengaruhi hati. Karena itu, Anda harus menangis dan mengungkapkan penyesalan Anda. Inilah yang Al-Qur’an anjurkan kepada kita dan apa yang Nabi Suci Muhammad (saw) instruksikan kepada kita juga. Tuhan memerintahkan kita menangis dan menangis di hadapan-Nya, yang jelas dari ayat ini:

Dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

Oleh karena itu, seseorang harus mengungkapkan segala sesuatunya di hadapan Allah – ketika doa Anda diterima itu memberikan kepuasan dan kelegaan yang luar biasa.”36

Saudara-saudaraku yang terkasih! Ini adalah ajaran unggul Al-Qur’an yang dapat menyelamatkan kita dan generasi masa depan kita dari bahaya dan amoralitas dunia ini. Ini adalah ajaran luhur Al-Qur’an yang dapat membawa kesuksesan dan kemenangan bagi kita dan generasi masa depan kita. Kitab inilah yang dapat mengangkat kita ke ketinggian ruhani yang luar biasa. Karena itu, pegang dengan kuat Pesan Allah ini, dan lekatkan dirimu pada orang yang menghabiskan siang dan malamnya dengan menyebarkan ajarannya.

Izinkan saya menyimpulkan dengan kata-kata Imam Zaman, Hadhrat Masih Mau’ud as dan Imam Mahdi (as). Beliau menyatakan,

“Aku benar-benar memberitahumu bahwa siapa pun yang mengabaikan perintah kecil dari tujuh ratus perintah Al-Qur’an, maka ia telah menutup atas dirinya pintu keselamatan. Jalan keselamatan yang benar dan sempurna telah dibuka oleh Al-Qur’an dan yang lainnya adalah refleksinya. Oleh karena itu, pelajarilah Al-Qur’an dengan perenungan yang mendalam dan konsistenlah. Cintailah lebih dari apapun. Tuhan telah berkata kepadaku:

Artinya, semua kebaikan terkandung dalam Al-Qur’an. Ini adalah kebenarannya. Kasihan mereka yang mendukung apapun selain itu. Sumber dari semua kemakmuran dan keselamatan Anda terletak pada Al-Qur’an. Tidak ada kebutuhan agama yang tidak terpenuhi olehnya. Pada hari Penghakiman, Quran akan mengiyakan atau menyangkal iman Anda. Tidak ada kitab lain di bawah surga selain Al-Qur’an, yang dapat langsung membimbing Anda. Tuhan memang paling baik hati kepadamu karena Dia telah menganugerahkan kepadamu sebuah kitab seperti Al-Qur’an …Oleh karena itu, hargailah nikmat yang telah dianugerahkan kepadamu ini. Ini adalah bantuan yang paling berharga; dia adalah kekayaan yang besar. Jika Al-Qur’an tidak diturunkan, maka seluruh dunia itu tidak lebih dari segumpal daging mentah belaka. Quran adalah sebuah kitab, hal yang bertolakbelakang dengannya dan semua petunjuk lainnya tidak berarti apa-apa… Al-Qur’an dapat menyucikan seseorang dalam waktu seminggu asalkan diikuti tiap huruf dan ruhnya. Al-Qur’an bisa membuatmu jadi seperti para Nabi, selama kamu sendiri tidak lari darinya…”37

Penerjemah: Mln. Ammar Ahmad, Shd

Catatan kaki:

4 Philosophy of the Teachings of Islam (English), the Promised Messiah (as), pp. 21-23, 2013
5 Mohammed and the Koran, John Davenport, p.3, 1869
6 Al Hakam, Vol. V, No. 21, 10 June 1901, p.3
7 Najm-ul-Huda, Ruhani Khazain, Vol.14, p.17
8 Tafsir-e-Kabir, Vol. VI, p.205, Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmood Ahmad (ra)
9 Malfuzat, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as), Vol. II (English), p. 64
10 Paris, France, Tuesday, 8 October 2019, UNESCO was addressed by Hazrat Khalifatul Masih V (aba)
11 New York Times, 30 October 2001 – “How Islam Won, and Lost, the Lead in Science” by Dennis Overbye
12 QS Al-Furqon: 31
13 Mishkat, Kitabul-‘Ilm
14 Malfuzat, Vol. II (English), p.32, the Promised Messiah (as)
15 Malfuzat, Vol. III (English), p.155, the Promised Messiah (as)
16 Izala-e-Auham, Ruhani Khaza’in, Vol. 3, pp. 381-382
17 Kashti-Nuh, the Promised Messiah (as(, Ruhani Khaza’in, Vol. XIX, p.13 (2008(
18 Malfuzat, Vol. II (English), p.207, the Promised Messiah (as)
19 QS Al-Anbiya: 31
20 QS Al-Dzariyat : 48
21 QS Al-Syura: 30
22 QS Al-Mu’minun : 13-15
23 Malfuzat, Vol. II (English), p.261, the Promised Messiah (as)
24 Reviewofreligion.org
25 ons.gov.uk
26 unwomenuk.org
27 theguardian.com
28 esquire.com
29 bbc.co.uk
30 Reviewofreligion.org
31 Economist.com
32 Thelancet.com
33 QS Al-Baqarah: 220
34 Reviewofreligion.org
35 Reviewofreligion.org
36 Reviewofreligion.org
37 Noah’s Ark, pp.44-45 (2016), the Promised Messiah (as)

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.