Khalifah Sebagai Imam
Adam Hani Walker
Lembaga Khilafat, yang dalam nomenklatur Sunni disebut Imamah, berasal dari kata Imam yang artinya antara lain, Khalifah bertugas untuk memimpin shalat sebagai bagian dari tanggung jawabnya. Posisi ini sangat penting, karena seorang Imam merupakan manifestasi terbaik dari umat, dan menjadi representasi di hadapan Allah Ta’ala.
Dari hadits di bawah ini, kita menyadari bahwa orang yang beriman akan diberikan jaminan perlindungan serta keamanan ketika berpegang teguh di belakang Imam dan senantiasa taat pada segala perintahnya.
إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ
“Sesungguhnya seorang Imam adalah perisai…” (HR Bukhari)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih jauh lagi menekankan mengenai hal ini:
إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, yang untuk keselamatan orang-orang Islam akan berperang di belakangnya dan berlindung dengannya.”
Dalam hadis ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak hanya menasihati orang-orang mukmin supaya senantiasa terikat dengan Imam, tetapi mereka juga secara lahiriah harus berjuang dan berupaya keras untuk menjaga naungan keselamatan ini.
Dalam hadis berikut kita diingatkan kembali dengan sangat jelas perihal ketaatan yang wajib kita tunjukkan kepada Imam.
إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلَا تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ
“Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti, maka janganlah menyelisihnya. Apabila ia ruku’, maka ruku’lah. Dan bila ia mengatakan ‘sami’allahu liman hamidah’, maka katakanlah,’Rabbana walakal hamdu’. Apabila ia sujud, maka sujudlah. Dan bila ia shalat dengan duduk, maka shalatlah dengan duduk semuanya”. [HR Bukhari].
Dalam sejarah tidak ada perwujudan Imam yang lebih sempurna selain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , yang akhlaknya tidak lain merupakan wujud dari Al-Qur’an itu sendiri. Dalam bait syair yang indah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menggambarkan keagungan dari keimaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
محمدؐ است امام و چراغِ ہر دو جہاں
محمدؐ است فروزندۂ زمین و زماں
“Muhammad adalah Imam serta cahaya dua dunia;
Dirinya menyinari ruang dan waktu.”
(Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Kitabul-ul-Bariyyah)
Diriwayatkan bahwa rasa cinta serta ketaatan yang ditunjukkan oleh para sahabat terhadap keimaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam begitu dalamnya hingga dalam berbagai perjalanan banyak dari mereka akan berupaya mengajak seseorang yang sebelumnya pernah ikut dalam perjalanan bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , sehingga ia dapat menunjukkan kepada mereka tempat-tempat dimana Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam berhenti untuk shalat. Mereka pun kemudian berhenti di tempat itu dan shalat di tempat Habibullah Muhammad shallallahu alaihi wasallampernah shalat.
Contoh agung lain tentang pentingnya Imamah dapat kita jumpai pada peristiwa penunjukan Abu Bakar ra sebagai Imam oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di waktu beliau mengalami sakit. Peristiwa ini diriwayatkan dalam sebuah hadis oleh Aisyah ra
Ketika Nabi shallahu ‘alaihi wasallam dalam kondisi sakit yang mendekati kewafatan, Bilal datang menemui beliau mengabarkan bahwa waktu shalat telah tiba. Beliau lalu berkata: “Kalian suruhlah Abu Bakar untuk memimpin shalat.” Aku berkata, “Sesungguhnya Abu Bakar orang yang lemah lembut, jika ia menggantikan posisi tuan, maka dia akan menangis dan tidak akan bisa membaca Al-Qur’an.” Beliau besabda lagi: “Kalian suruhhlah Abu Bakar untuk memimpin shalat.” Aku lalu menyampaikan jawaban yang sama. Maka pada ketiga atau keempat kalinya beliau bersabda: “Sungguh kalian ini seperti isteri-isterinya Yusuf.” Akhirnya Abu Bakar pun shalat (sebagai Imam). Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam ke luar dengan diapit oleh dua orang laki-laki dan seolah aku melihat beliau berjalan dengan menyeret kakinya di atas tanah. Ketika Abu Bakar melihat kedatangan beliau, dia pun berniat mundur. Tetapi beliau memberi isyarat kepadanya seolah berkata: “Tetaplah shalat.” Abu Bakar kemudian bergeser dan Nabi shallallahu alaihi wasallam duduk di sampingnya, lalu Abu Bakar memperdengarkan suara takbir kepada jamaah.
(HR Bukhari)
Hadis di atas memberikan salah satu bukti kuat bahwa Abu Bakar tepat untuk dipilih sebagai Khalifah Islam yang pertama. Fakta tersebut menunjukkan betapa pentingnya nilai kedudukan Imam di mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Ketika membahas pemikiran Sosial-Politik Shah Waliyullah, Muhammad Al-Ghazali pernah menulis:
“Dikarenakan seluruh kehidupan memiliki nilai ibadah, maka para pemimpin suatu jamaah Islam dalam lingkup duniawi diberi gelar yang sama yang terbatas mendelegasikan hak yang sama sepseperti yang yang diberikan kepada pemimpin mereka dalam ibadah shalat. Itulah mengapa, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjuk Abu Bakar sebagai Imam shalat di hari-hari terakhir beliau, umat Islam secara umum menafsirkan hal tersebut sebagai preferensi Rasulullah terhadap pengganti beliau dalam urusan duniawi juga.”
Al-Ghazali Muhammad. The Socio Political Thought of Shah Wali Allah. p.84.
Imam Mahdi
Fakta-fakta seputar keberkahan rohani dari kepemimpinan (Imamah) dari Imam Mahdi begitu menakjubkan dan luas dan berada di luar jangkaun artikel ini. Untuk pemahaman yang lebih komprehensif tentang subyek ini saya menyarankan untuk membaca buku yang sangat mencerahkan dari Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang berjudul ‘Perlunya seorang Imam (Darurat-ul-Imam).
Namun di sini perlu disebutkan secara singkat dua hadits yang menjelaskan pentingnya kepemimpinan Imam Mahdi dan pentingnya bagi para pecinta Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mencari serta menemukan sosok Imam Mahdi. Hadis-hadis tersebut sebagai berikut:
مَنْ مَاتَ بِغَيْرِ اِماَمَ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّة
“Barangsiapa yang meninggal padahal ia belum memiliki seorang Imam, maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah”
Musnad Ahmad Bin Hanbal
فإذا رأيتموه فبايعوه ولو حبوا على الثلج فإنه خليفة الله المهدي
“Jika engkau mendengarnya (yakni kedatangan Sang Mahdi) maka berbai’at lah kepadanya meskipun engkau harus merangkak-rangkak di salju, karena dia adalah Khalifah Allah Al-Mahdi
Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan
Dari penjelasan hadits di atas maka penting bagi para pencari kebenaran untuk menghargai, dan mengambil manfaat dari Khalifah dengan senantiasa berupaya untuk mendirikan shalat secara tulus dan sesering mungkin shalat di belakang Khalifah kita tercinta. Upaya khusus lainnya yang harus dilakukan adalah mengerjakan shalat Jumat dan meneguk pancaran air kerohanian yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada Khalifah dan Imam dari Jamaah ini. Hazrat Masih Mau’ud telah memerintahkan bahwa semua orang harus sering berkunjung ke pusat (markaz) sesering mungkin, karena kunjungan tersebut memberikan kesegaran dan peningkatan kerohanian kita.
Sumber: Khalifah as the Imam
Penerjemah: Irfan Adiatama