Al-Wasiyyat, Khilafah, dan Al-Jannah

Al-Wasiyyat, Khilafah, dan Al-Jannah

Al-Wasiyyat, Khilafah, dan Al-Jannah
Oleh Dr. Nasim Rehmatullah, Naib Amir, Amerika Serikat

Puncak Al-Jannah di bumi adalah kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam digambarkan secara metafora sebagai kedatangan Allah Ta’ala. Sebuah kondisi yang berada di luar imajinasi manusia; suatu kondisi penyatuan dengan Tuhan. Sebuah kondisi penyatuan yang sempurna – Dana Fatadalla (53:10). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi cermin yang memantulkan Sifat-sifat Ilahi. Beliau adalah Al-‘Abd. Al Qur’an menyebut beliau Abdulllah (72:20) – Hamba Allah; Teladan sempurna.

Untuk akhir zaman, Allah dengan rahmaniyyat-Nya mengutus hamba dari Sang Hamba – Ghulam Ahmad. Telah diwahyukan kepada Hazrat Masih Mau’ud (as)

Inni Anzaltu ma’aka Al-Jannah:

Aku telah menurunkan Surga bersama engkau.

Meskipun kehadiran para nabi Allah di tengah umat manusia merupakan Surga di bumi, Wahyu yang disampaikan kepada Hazrat Masih Mau’ud (as) menunjukkan bahwa Allah, melalui Hazrat Masih Mau’ud (as) akan melembagakan sistem yang dinamis, yang akan menuntun generasi mendatang kepada Tuhan dan Surga.

Sistem yang dinamis terdiri terdiri dari dua komponen 1) Al Wasiyyat dan 2) Khilafah. Al-Wasiyyat menuntut perjuangan, usaha, pengorbanan, dan perilaku yang baik yang berkelanjutan dan membawa kepada berkah Khilafah. Khilafah menumbuhkan persatuan, keyakinan yang kuat kepada Tauhid, dan memberikan kedekatan Ilahiah. Al-Wasiyyat dan Khilafah saling bergantung dan keduanya mengarah pada ganjaran Al-Jannah.

Hazrat Masih Mau’ud (as) melembagakan sistem Al-Wasiyyat pada tahun 1905 sehingga berkah Ilahi Khilafat yang mengikutinya terus berlanjut hingga akhir zaman.

Terkait:   Siapa Saja para Khalifah Ahmadiyah?

Hazrat Masih Mau’ud (as) datang untuk membangkitkan kembali Ummat ini dan membina Ummat yang unggul secara rohani, yang dengan usaha dan pengorbanannya serta dikuatkan oleh doa-doa Hazrat Masih Mau’ud (as) dan berkat rahmat Allah, akan mendapatkan perkembangan rohani melalui tahapan-tahapan Kafur (76:6), Tafjir (76:7), Zanjabil (76:18) dan Salsabil (76:19) dan menjadi penerima Ruhul Qudus [Fiihi mirr-ruhiina (66:13)] dan menjadi Al-Sabiqun (56:11) dan Al-Muqarrabun (56:12).

Al-Qur’an menyatakan bahwa Khilafah adalah ‘dijanjikan kepada orang-orang yang beriman (yang memiliki iman yang kuat) dan mengerjakan amal saleh …” (24:56). Artinya, Khilafah itu bergantung kepada kelompok dari orang-orang  beriman yang sangat bertakwa da melakukan amal saleh, yang karenanya mereka akan memberikan mafaat bagi semua manusia melalui pengabdian mereka dan dengan memastikan Khilafah terus berlanjut.

Inilah yang dibayangkan dalam Al-Wasiyyat oleh Hazrat Masih Mau’ud (as). Hazrat Masih Mau’ud (as) berkeinginan agar sebagian besar Ahmadi menjadi bagian dari kelompok inti dari orang-orang yang disebut “Kuntum Khaira Ummatin – umat terbaik yang dibangkitkan untuk kebaikan manusia” (3:11). Yaitu hendaknya para Ahmadi dapat memuliakan umat manusia melalui pengorbanan, ketakwaan dan amal saleh mereka.

Al-Qur’an dengan jelas menyebutkan konsep Al-Wasiyyat dalam kalimat berikut “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, jiwa dan harta mereka (dengan harga berapa?), dengan surga yang akan mereka peroleh…” (9:111). Ayat ini diperkuat oleh ayat Al-Qur’an lainnya “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai…” (3:93).

Terkait:   Konsep Negara Menurut Islam

Kata yang dipakai dalam ayat ini untuk menggambarkan kebajikan yang sempurna adalah Al-Birr yang artinya kebaikan dan ketakwaan yang tinggi. Artinya, untuk memperoleh ketakwaan dan keyakinan yang tinggi dalam Tauhid Ilahi, diperlukan usaha dan pengorbanan yang tinggi pula.

Al-Wasiyyat mendorong untuk mewujudkan ayat ini dan menjadi indikator nyata dari pengorbanan seseorang dan komitmennya untuk mencapai kebenaran yang hakiki dan manfaat darinya. Al-Wasiyyat merupakan sarana untuk diperhitungkan dan diberi ganjaran sebagai ‘Syaakiriin (3:145).

Al-Qur’an menyatakan “Waidzal jannatu uzlifat– Dan apabila Surga didekatkan…” (81:14).

Hazrat Khalifatul Masih II (ra) di dalam khutbahnya pada 26  Agustus 1932 saat menjelaskan ayat ini menyatakan “Allah telah memberkahi kita dengan kesempatan yang sangat besar. Surga dibuat menjadi mudah dijangkau. Sistem Al-Wasiyyat merupakan jalan untuk menujunya…”

Hazrat Khalifatul Masih Al-Khamis dalam beberapa ceramah telah menasihati para anggota Jemaat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas shalat dan ibadah mereka kepada Allah, dan agar mereka meningkatkan kualitas dan kuantitas pengorbanan harta mereka dan semakin banyak dari kita yang berpartisipasi dalam Al-Wasiyyat.

Huzur menjelaskan:

“Hazrat Masih Mau’ud (as) telah menunjukkan kepada kita cara yang paling komprehensif untuk memperoleh kebaikan dan bergerak ke arah perkembangan dan akhir yang baik. Caranya adalah dengan sistem Al-Wasiyyat. Kita harus berkomitmen dan berpartisipasi di dalamnya dengan semaksimal mungkin sehingga akan tiba masanya ketika Allah Ta’ala berfirman: Fadkhuli ‘ibaadi wadkhuli jannati– Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang terpilih dan masuklah ke dalam surga-Ku!”. (QS Al-Fajr [89]:31-32)

Terkait:   Pentingnya Khilafah

Hazrat Masih Mau’ud (as) bersabda:

“Bersuka cita dan berbahagialah karena ladang untuk mencapai kedekatan dengan Allah sedang kosong dan tidak ada pesaing. Setiap negara sedang sibuk mencintai dunia dan tidak seorang pun dari mereka memberikan perhatian kepada hal yang membuat Allah ridha. Sekarang adalah saatnya untuk memasuki pintu dengan memenuhi semua persyaratannya sehingga kalian dapat menjadi penerima hadiah Istimewa dari Tuhan.” 

Al-Wasiyyat merupakan penopang Khilafah sejati. Melalui Khilafah, kita mencapai dan mempertahankan persatuan umat manusia dan menanamkan doktrin Tauhid Ilahi dlam diri kita dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Khilafah adalah magnet yang menarik Rahmat dan Karunia Allah. Khilafah adalah tali Allah. Khilafah merupakan kedekatan Ilahi. Khilafah merupakan kehendak Allah yang nyata. Khilafah adalah Perlindungan Ilahi. Khilafah adalah kedamaian dan keamanan. Khilafah adalah Ganjaran yang Agung — Ajran aziim. (QSAl-Fath [48:32). Khilafah merupakan Al-Jannah.

Kita adalah penerima manfaat dari doa-doa Hazrat Masih Mau’ud (as). Atas karunia Allah Ta’ala kita dapat meraih derajat yang tinggi yaitu, “Shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah.” (QS Al-An’am [6]:163)

Sumber: Alislam.org
Penerjemah: Nusratunnisa Zafar

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.