Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Pidato Peresmian Rumah Sakit Nasir di Guatemala, 23 Oktober, 2018
Para hadirin yang terhormat, Assalamualaikum warohmatullahi wa barokaatuhu.
Pertama-tama, saya sampaikan terima kasih kepada semua tamu yang telah hari di Guatemala hari ini. Tentu saja ini adalah hari menggembirakan dan bersejarah bagi anggota Jamaah Muslim Ahmadiyya karena telah diresmikannya rumah sakit pertama yang dibangun oleh Humanity First di Amerika Tengah atau Selatan. Oleh karena itu, kami menganggapnya sebagai peristiwa yang penting dan bersejarah.
Walaupun Humanity First merupakan sebuah lembaga kemanusiaan yang independen, yang memiliki arah dan aturan sendiri, tetapi pada saat yang bersamaan, lembaga ini didirikan oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah dan selanjutnya dikelola oleh para anggota Ahmadi. Melalui kontribusi keuangan dan berbagai sarana lainnya, para Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia mendukung semua kegiatan Humanity First sehingga dapat mengembangkan ruang lingkup proyek-proyek kemanusiaannya dan memperluas jangkauannya. Jadi Humanity First mempunyai ikatan yang dalam dan kuat dengan Jamaah Muslim Ahmadiyah, sehingga pada hari ini, kebahagiaan bukan saja dirasakan oleh para anggota Humanity First, akan tetapi juga semua Muslim Ahmadi di seluruh dunia.
Anda sekalian mungkin bertanya-tanya mengapa kami membangun rumah sakit ini. Jawabannya sederhana. Rumah sakit ini dibangun karena satu niat, yaitu mengabdi kepada umat manusia dengan menyediakan fasilitas kesehatan berkualitas tinggi kepada semua orang di negara ini. Selain itu, saya ingin menjelaskan bahwa pembangunan rumah sakit ini bukanlah akhir dari pengabdian kami kepada negara ini; sebaliknya, saya berdoa kegiatan ini menjadi awal berbagai proyek kemanusiaan berikutnya yang dirancang oleh Humanity First di sini. Tentunya saya berharap dan berdoa semoga pembukaan rumah sakit ini menjadi batu loncatan yang mendorong Humanity First untuk terus mengembangkan misi mereka dalam memberikan bantuan, dukungan, dan kesempatan kepada setiap orang di seluruh dunia.
Mungkin, sebagian dari tamu ada yang terkejut atau bingung dengan alasan mengapa sebuah Komunitas Muslim memiliki semangat dan tekad yang besar untuk menolong dan mengabdi kepada non-muslim? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menjelaskan bahwa dari awal berdirinya, Jamaah Muslim Ahmadiyah selalu berupaya di garis terdepan dalam melayani umat manusia, baik itu langsung melalui skema Jamaah kami, atau melalui Humanity First, atau melalui pemberian dukungan kepada lembaga kemanusiaan lainnya. Sebagai contoh, selama beberapa dekade ini, Muslim Ahmadiyah telah membuka banyak rumah sakit dan sekolah di Afrika, sehingga masyarakat setempat mendapatkan akses fasilitas kesehatan dan pendidikan yang bagus, tanpa memandang suku bangsa, agama, atau latar belakang sosial mereka. Sebagian besar pasien rumah sakit kami di Afrika adalah non-Muslim dan sekitar 90% siswa yang belajar di sekolah kami adalah non-muslim. Dengan demikian, kami tidak diskriminatif terhadap komunitas atau orang lain atau hanya memprioritaskan anggota kami saja.
Dalam hal pendidikan, kami mendirikan sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas. Tujuan kami adalah supaya setiap anak terbebas dari buta huruf dan mempunyai dasar pendidikan yang kuat yang dapat mereka gunakan untuk membangun masa depan mereka. Selain itu, kami juga memberikan beasiswa kepada para siswa berbakat yang tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi sehingga mereka dapat memaksimalkan potensi mereka dan membangun masa depan yang baik bagi diri mereka sendiri, bagi masyarakat, dan bagi negara mereka. Oleh karena itu, Jamaah Muslim Ahmadiyah, baik secara langsung ataupun melalui Humanity First ataupun lembaga lainnya, memiliki sejarah panjang dalam pengkhidmatan kepada kemanusian yaitu menyediakan kesempatan dan memberikan penghiburan dan bantuan kepada mereka yang hidup dalam garis kemiskinan.
Ajaran Islam tentang Berbuat Baik
Kami tidak mencari pujian ataupun penghargaan atas upaya-upaya di atas, karena kami hanya menjalankan apa yang diajarkan agama kami. Motivasi dan keinginan kami untuk melayani orang lain sepenuhnya didorong oleh ajaran Islam. Panutan hakiki umat Islam adalah Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (saw). Berulang kali, Al Qur’an memerintahkan umat Islam untuk melayani umat manusia dan memenuhi kebutuhan orang-orang yang menderita atau kekurangan dengan berbagai cara. Al Qur’an mengajarkan manusia supaya tidak mementingkan diri sendiri tetapi senantiasa diliputi oleh kecintaan kepada orang lain. Al Qur’an memerintahkan umat muslim agar selalu siap berkorban untuk kepentingan perdamaian dan kesejahteraan orang lain.
Sebagai contoh, dalam Al-Quran Surah Ali Imran: 111 Allah berfirman bahwa seorang Muslim adalah dia yang ‘menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan‘. Di sini Al Qur’an menjelaskan bahwa Muslim sejati adalah mereka yang melakukan kebaikan, yang menjauhi kejahatan dan ketidakadilan, dan juga mendorong orang lain untuk berbuat baik. Hanya mereka yang memiliki rasa kasih sayang yang tulus kepada umat manusia dan merasakan penderitaan makhluk Allah yang mempunyai sifat peduli dan simpati seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an. Kecintaan yang mendalam terhadap kemanusiaan akan muncul apabila hati kita suci dan bersih dari kebencian dan keegoisan.
Di dalam surat Al-Baqarah: 84, Allah memerintahkan umat Islam supaya berkata dengan baik setiap saat, bertenggang rasa terhadap orang lain, menyayangi dan melindungi anggota masyarakat yang lemah seperti anak-anak yatim, orang-orang miskin atau kemelaratan. Selanjutnya, di dalam surat Adz-Dzariyat: 20, Al Qur’an menyatakan tanda muslim sejati adalah ia yang peduli kepada semua orang, memberikan penghiburan dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, baik mereka meminta atau tidak meminta. Jadi seorang Muslim tidak hanya menunggu orang lain meminta bantuan kepadanya; tetapi kewajibannya untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami kesulitan, kemudian ia memberikan bantuan yang diperlukan untuk menyelesaikan kesulitan atau permasalahan mereka.
Selanjutnya, dalam surat Al-Balad: 15-17, umat Islam diperintahkan untuk memberi makan orang-orang yang kelaparan, menunjukkan simpati dan kasih sayang kepada anak yatim, dan membantu siapapun yang membutuhkan, terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan atau orang-orang yang lemah. Umat Islam diajarkan untuk menjadi orang yang memberikan kenyamanan dan kasih sayang kepada orang-orang yang kurang mampu, dan meringankan beban mereka. Umat Islam memiliki kewajiban membantu orang-orang yang kurang mampu sampai mereka dapat hidup mandiri, bermartabat, dan terbebas dari situasi keputusasaan. Sebagai ganjarannya, Al Qur’an menyatakan bahwa mereka akan dianugerahi dengan peningkatan iman, yang kemudian akan membawa mereka lebih dekat kepada Allah dan menjadikan mereka sebagai penerima ridho-Nya.
Begitu juga dalam Surah Al-Baqarah: 196, Al Qur’an menyatakan bahwa jika seseorang ingin selamat dari kehinaan, kebinasaan dan keburukan, maka ia harus menjadi orang berbuat baik kepada orang lain dan dermawan tanpa pamrih.
Surah An-Nisa: 37, Al Qur’an menjelaskan bahwa umat Islam harus peduli kepada tetangganya, dan kembali menegaskan bahwa kewajiban seorang Muslim sejati adalah memenuhi hak-hak mereka yang membutuhkan dan yatim piatu. Al-Quran memerintahkan umat Islam supaya berbuat kebajikan dan memperlakukan orang-orang terdekat mereka dengan cinta, sabar, dan kasih sayang. Sebagai contoh, apabila seorang Muslim mempunyai pegawai di tempat kerja, mereka harus memperlakukannya dengan kebaikan dan kemurahan hati.
Selanjutnya dalam Surat ke Muhammad: 39, Allah memerintahkan umat Islam untuk membelanjakan harta mereka untuk membantu orang lain. Mereka yang tidak bersedia melakukan hal tersebut dianggap sebagai bakhil dan Al Qur’an menegaskan bahwa orang-orang yang bakhil tidak disukai oleh Allah menjadikan jiwa mereka gelap.
Semua ayat yang saya kutip menekankan bahwa jika umat Islam ingin mendapatkan cinta dari Allah, maka mereka harus terlebih dahulu menunjukkan kasih sayang kepada sesama.
Ayat-ayat di atas dengan jelas menggambarkan bahwa pondasi dan landasan utama Islam adalah berbuat baik kepada manusia. Tujuan saya dalam menyampaikan kutipan-kutipan Al Qur’an tersebut adalah supaya anda semua mengetahui bahwa Islam tidaklah seperti yang digambarkan oleh media. Islam bukanlah agama ekstrimisme, kekerasan atau terorisme, sebaliknya Islam adalah agama cinta, kasih sayang dan toleransi. Islam adalah agama yang menyatakan bahwa berbuat baik kepada sesama adalah kewajiban mendasar yang diterapkan kepada pengikutnya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin seorang Muslim sejati akan berhati keras atau tidak mau menolong orang-orang menderita atau menghadapi kesulitan?
Teladan Rasulullah saw dalam Pengabdian kepada Kemanusiaan
Setelah menyebutkan kutipan-kutipan Al Qur’an, izinkan saya memberikan contoh dari Nabi Muhammad saw yang terkait dengan membantu sesama. Di zaman modern ini, Nabi Muhammad saw sering dituduh sebagai pemimpin yang suka berperang dan mendorong pengikutnya untuk melakukan kekerasan. Tetapi ini adalah tuduhan yang tidak adil yang ditujukan pada akhlak terpuji beliau dan tentunya sama sekali tidak benar. Nabi Muhammad (sa) sosok yang memperjuangkan hak setiap manusia dari semua ras dan semua keyakinan. Beliau adalah sumber kasih sayang dan rahmat yang tak tertandingi bagi umat manusia. Dari setiap sisi diri beliau terpancar mata air abadi kecintaan dan kasih sayang pada manusia. Sebagai contoh, pada suatu kesempatan Rasulullah saw bersabda:
“Aku bersama orang-orang yang lemah, karena membantu yang lemah dan miskin merupakan jalan menuju Allah.”
Selanjutnya, Rasulullah saw mengajarkan bahwa Allah sangat senang kepada mereka yang membantu orang-orang miskin, yang mengisi perut mereka yang kosong, dan memberikan bantuan kesehatan kepada mereka. Oleh karena itu, jika seseorang menyatakan dirinya seorang Muslim, maka merupakan kewajiban dan tugas utamanya untuk membantu semua yang mengalami kesulitan dan berupaya meringankan pederitaan dan kesedihan mereka.
Nasihat Pendiri Ahmadiyah tentang Membantu Sesama
Menurut keyakinan kami, di zaman ini, Allah telah mengutus seseorang untuk mencerahkan dunia dengan ajaran Islam yang hakiki, yaitu pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah, yang kami yakini sebagai Almasih dan Al-Mahdi yang dijanjikan. Beliau diutus untuk menunjukkan kepada dunia tentang hakikat Islam dan menyebarkan ajaran tersebut ke seluruh dunia.
Beliau datang untuk memberikan pencerahan tentang Islam kepada non-Muslim, sekaligus untuk mereformasi umat Islam sendiri, yang telah melupakan ajaran Islam hakiki, dan membawa mereka kembali kepada Islam yang diajarkan oleh Al Qur’an dan Rasulullah saw. Lebih utamanya, beliau terus menerus menarik perhatian umat manusia untuk memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak sesama. Pada suatu kesempatan, Hazrat Masih Mau’ud bersabda:
“Perbuatan baik kepada manusia juga merupakan bentuk ibadah (kepada Allah).
Pada kesempatan lain, Hazrat Masih Ma’ud mengatakan:
“Kondisi diriku adalah sedemikian rupa sehingga jika seseorang dalam kesusahan di saat saya sedang melaksanakan shalat wajib, dan mendengar keseusahannya, maka keinginan besar saya adalah membatalkan shalat saya kemudian membantu orang tersebut dan melimpahi mereka dengan kasih sayang sebanyak-banyaknya.”
Beliau kemudian bersabda:
“Berdiam diri di saat saudaranya membutuhkan pertolongan atau kesulitan adalah hal yang sangat tidak berakhlak dan keliru.
Selanjutnya, Hazrat Masih Mau’ud menjelaskan bahwa seandainya seseorang tidak memiliki sarana materi untuk menolong seseorang yang sedang dalam kesulitan, maka paling tidak ia berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah menghilangkan kesulitan-kesulitan mereka. Beliau mengajarkan bahwa doa yang tulus memerlukan hati yang lembut dan suci, dengan demikian, umat Islam sepatutnya harus peduli atas kesulitan orang lain dan menganggap cobaan orang lain adalah cobaan mereka juga.
Pada kesempatan lain, Hazrat Masih Mau’ud menjelaskan:
“Lebih dari siapapun, saya memohon orang-orang untuk memperlihatkan akhlak dan kasih sayang yang tinggi kepada non-Muslim, seperti kepada umat Hindu.”
Beliau mengatakan:
“Perlakukanlah semua ciptaan Tuhan dengan cinta yang mendalam seakan-akan mereka adalah anggota keluarga terdekat kalian.”
“Perlakukan umat manusia sebagaimana seorang ibu memperlakukan anaknya. Begitulah cara yang seharusnya dan bukan menolong orang supaya mendapatkan keuntungan pribadi atau pamrih di kemudian hari.”
Beliau juga Hazrat Masih Mau’ud as bersabda:
Di dalam Al-Quran surah An-Nahl: 91 Allah telah memerintahkan umat Islam untuk bertindak dengan adil dan berbuat baik kepada orang lain. Oleh karena itu, kalian harus memperlakukan orang lain dengan cinta termasuk kepada orang yang tidak baik kepada kalian. Bahkan lebih jauh lagi, kalian harus menolong mereka dan peduli kepada mereka layaknya seorang ibu yang merawat anaknya.”
Betapa agung dan tingginya ajaran ini. Kita semua telah merasakan kecintaan hakiki seorang ibu kepada anaknya. Seorang ibu tidak mengharapkan imbalan, tidak juga penghargaan. Sebaliknya, ia mencintai anaknya melebihi dirinya sendiri dan semangatnya tidak pernah surut untuk membesarkan dan menjaga anak-anaknya. Semangat tanpa pamrih seperti seorang ibu inilah yang harus diterapkan oleh umat Islam dalam menolong umat manusia, bukan hanya untuk keturunan mereka sendiri. Singkatnya, Hazrat Masih Mau’ud tidak pernah melewatkan waktu untuk membantu orang lain.
Sebagai contoh, beliau hidup di sebuah desa kecil di India pada abad ke-19 dimana tidak tersedia fasilitas kesehatan yang memadai. Maka dari itu, karena keinginan untuk membantu orang lian, beliau mempelajari pengobatan tradisional dan menyimpan obat-obatan tersebut di rumahnya. Sehingga masyarakat setempat banyak yang datang kepada beliau. Tanpa memandang kasta, kepercayaan dan ras, beliau memberikan obat sesuai kebutuhan mereka. Banyak orang-orang terutama yang miskin dan masyarakat yang menderita terbantu karena pengobatan ini. Satu-satunya niat dan tujuan Hazrat Masih Mau’ud adalah untuk mengabdi kepada umat manusia, dan ini adalah peninggalan dan warisan besar yang Beliau tinggalkan untuk jamaahnya.
Jelaslah bahwa upaya Jamaah Muslim Ahmadiyah untuk mengabdi kepada umat manusia di seluruh dunia didorong oleh keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain, dan inilah alasan mengapa Humaity First pada hari ini membuka rumah sakit pertama mereka di bagian dunia ini. Dengan sepenuh hati, saya berharap dan berdoa semoga rumah sakit ini dapat memenuhi amanatnya dan menjadi sarana yang luar biasa dalam meringankan kesulitan orang-orang tanpa memandang agama, usia, suku bangsa, ras, atau latar belakang sosialnya. Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, kami tidak mengharapkan imbalan atau pujian dari dunia, target utama kami adalah mendapatkan ridho dan karunia Allah taala.
Kami selalu terinspirasi oleh kata-kata dari Masih Mau’ud yang mengatakan bahwa melayani umat manusia adalah sarana memenuhi tujauan utama hidup kita dan memperoleh berkat dan karunia Allah taala. Jadi jelas kami membangun rumah sakit bukan untuk mendapatkan keuntungan atau mendapatkan publisitas yang menguntungkan; sebaliknya, satu-satunya tujuan kami adalah untuk melayani masyarakat di negeri ini, dengan memberikan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi kepada masyarakat di sini.
Yakinlah, semua dana yang dihasilkan oleh rumah sakit ini akan digunakan untuk pelayanan lebih lanjut untuk masyarakat Guatemala dan tidak satu penny pun akan dikirim ke luar negeri. Berapapun pendapatan yang diterima dari biaya pasien akan dinvestasikan kembali supaya mereka yang tidak mampu membayar pengobatan dapat menerima subsidi atau bahkan gratis. Selain itu, semua pendapatan tambahan akan digunakan untuk memelihara dan meningkatkan fasilitas rumah sakit atau membiayai cara-cara baru untuk membantu masyarakat. Proyek-proyek kemanusiaan kami yang lainnya adalah bukti dari apa yang saya katakan ini.
Di manapun kami membangun sekolah dan rumah sakit, kami tidak pernah mengambil keuntungan untuk dikirim ke luar negeri’ sebaliknya kami selalu menginvestasikannya kembali sehingga menguntungkan masyarakat lokal dari negara tersebut, dan hal yang sama akan berlaku juga di Guatemala. Insyallah ini bukanlah akhir komitmen kami untuk melayani negeri ini, tetapi merupakan permulaan. Tentunya, saya berharap dan berdoa semoga rumah sakit ini menjadi awal dari banyaknya proyek Humanity First di negara ini. Saya berdoa semoga kita terus meningkatkan upaya memenuhi tugas dan kewajiban kita di dalam melayani kemanusiaan.
Saya berdoa semoga Allah memberkahi rumah sakit ini dalam segala hal, dan menjadikannya terus maju dan menjadikannya sebagai contoh pelayanan yang baik bagi masyarakat. Saya berdoa semoga rumah sakit ini dapat memberikan pelayanan terbaik bagi pasiennya dan semoga para dokter dan staf dapat bekerja tanpa lelah untuk memberikan bantuan kepada orang-orang, terutama mereka yang miskin dan kurang mampu.
Semoga Allah memberkati pekerjaan para dokter dan staf medis sehingga mereka dapat menyembuhkan dan menyehatkan pasien melalui karunia-Nya. Saya berdoa semoga administrasi dapat mengatur sistem yang memungkinkan orang-orang miskin yang tidak mampu dapat menerima subsisdi dan jika memungkinkan diberikan perawatan gratis.
Rumah sakit ini diberi nama Rumah Sakit Nasir, kata ‘nasir’ artinya adalah membantu dan menolong orang lain. Jadi saya berdoa semoga rumah sakit ini senantiasa sesuai dengan namanya dalam segala hal. Saya berdoa semoga rumah sakit ini menjadi institusi yang terkemuka karena kualitas tingginya, dan yang terpenting adalah karena komitmennya yang tak kenal lelah untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.
Akhir kata, saya berdoa semoga semua orang, dari berbagai agama, ras atau etnis saling bekerja sama untuk membantu sesama dan bekerja untuk kemajuan masyarakat, dengan semangat cinta dan kerjasama.
Dunia saat ini telah menjadi semacam kampung global sehingga setiap negara sudah saling terkoneksi dan dapat berkomunikasi dengan mudah. Maka umat manusia berkewajiban menumbuhkan semangat persaudaraan dan saling mencintai kepada semua orang di seluruh dunia dan seluruh agama.
Sayangnya, hal yang menyedihkan adalah bukannya meningkatkan standar cinta dan kasih sayang, sebaliknya keegoisan, keserakahan, dan budaya keakuan yang terus meningkat di seluruh dunia dan masyarakat. Oleh karena itu saya berdoa setulus hati semoga umat manusia meninggalkan ketamakan dan upaya mengejar kepentingan pribadi yang sempit, sebaliknya mereka dapat menyadari pentingnya melindungi semua orang dengan menunjukkan kebaikan, cinta dan kasih sayang kepada semua ciptaan Tuhan.
Saya berdoa semoga semangat membantu sesama berakar kuat di masyarakat sehingga kita dapat melindungi masa depan kita dan meninggalkan dunia yang lebih baik bagi anak-anak kita dan generasi mendatang. Semoga Allah memberikan kita kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab dalam hal ini.
Aamiin.
Sekali lagi saya ingin menyampaikan terima kasih kepada para undangan yang menghadiri acara hari ini.