Tips Berzikir

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Berzikir

Sekarang saya akan menerangkan tentang tindakan berhati-hati dalam berzikir. Tindakan hati-hati yang pertama-tama disarankan oleh Rasulullah saw adalah sebagai berikut:

(1) Jangan sekali-kali berzikir demikian rupa sehingga hati menjadi jenuh (bosan) dan lelah.

(2) Hendaklah jangan berzikir dalam waktu ketika hati sedang merasa tidak tenteram. Umpamanya, harus menyelesaikan pekerjaan yang penting.

Apabila pada saat semacam itu seseorang duduk untuk berzikir maka perhatiannya tidak akan tertuju kepada zikir. Dengan cara demikian tidak menunjukkan rasa hormat terhadap Kalam (firman) Allah Ta’ala dan ia akan dinyatakan durhaka. Jadi, untuk melakukan zikir, tindakan hati-hati yang pertama ialah jangan melakukan begitu lama sehingga hati menjadi jenuh dan lelah. Yang kedua ialah, jangan duduk berzikir dalam keadaan ketika hati/pikiran sedang terpaut pada suatu masalah yang lain. Bukannya mendapat pahala malah akan dinyatakan durhaka. Sebaliknya lakukanlah dengan ringkas dan pada waktu pikiran/ perhatian sedang bulat.

Jangan Melakukan Ibadah Lebih dari Batas Kemampuan

Sekali peristiwa Rasulullah saw pulang ke rumah. Didapati oleh beliau Aisyah ra sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita. Beliau saw bertanya, “Apa yang sedang kau perbincangkan?” Aisyah ra berkata, “Saya mengatakan kepadanya bahwa saya beribadah sebanyak ini dan dengan cara seperti ini.” Beliau saw mendengar hal itu bersabda, “Bukan sesuatu yang baik kalau dikerjakan lebih dari batas itu. Allah Ta’ala merasa senang kepada ibadah yang dikerjakan dengan dawam. Allah tidak merasa jemu kepada banyaknya ibadah, malah hamba Allah sendiri yang akan merasa jemu dan lelah. Kalau sudah begitu ibadahnya tidak lagi akan memberi faedah apapun.”

Walhasil, apabila seseorang melakukan sesuatu melebihi ambang batas kemampuannya, ia akan mengalami kesusahan. Tersebut mengenai Abdullah bin Amar bin ‘Ash. Ia adalah seorang yang berperawakan kuat-perkasa. Ia melakukan ibadah sepanjang malam dan siang hari ia berpuasa dan membaca Al-Qur’anul Karim sehari suntuk sampai tamat. Ketika hal ini diketahui oleh Rasulullah saw beliau bersabda bahwa kebiasaan ini tidak dibenarkan. Shalat hendaknya dikerjakan seperempat atau sepertiga atau paling banyak separuh malam. Puasa hendaknya dikerjakan paling banyak satu hari kemudian keesokan harinya berbuka (selang-seling, peny.).Mengenai tilawat Al-Qur’an hendaknya jangan menamatkan dalam waktu kurang dari tiga hari. (Shahih al-Bukhari Kitab ash-Shaum, bab haqqil jismi fish shaum)

Mengenai hal tilawat ini, Abdullah bin Amar bin ‘Ash berusaha keras mendapat izin untuk mengerjakan lebih dari itu. Akan tetapi beliau saw tidak memberi izin. Ia terus juga melakukan menurut caranya. Akan tetapi, tatkala ia sudah menjadi tua ia menyatakan penyesalan yang besar bahwa memang ia berjanji kepada Rasulullah saw akan tetapi sekarang ia tidak dapat mengerjakan. Maka, melakukan dengan terlalu sering akan memasukkan orang ke dalam kesusahan-kesusahan.

Terkait:   Kenikmatan Dalam Shalat

Zikir pun merupakan sesuatu yang sangat bagus. Akan tetapi, cobalah perhatikan kalau orang terlalu banyak makan pilao (nasi kebuli) ia akan mendapat gangguan pencernaan. Seperti itu pula halnya berzikir melebihi ambang batas pun menjadi beban atas jiwa sehingga (pada akhirnya, peny.) ia menjadi benci terhadap zikir. Jadi, hendaknya meletakkan beban di atas jiwa secara perlahan-lahan dan hendaknya meletakkan beban sebatas jiwa dapat menanggungnya.

(3) Tindakan hati-hati yang hendaknya diperhatikan ialah: meskipun bila pada permulaannya semangat tidak terarah ke zikir, orang harus meneguhkan hati dan terus melakukan zikir dan membulatkan tekad bahwa ia harus melakukannya. Hendaklah ia berniat, biar bagaimana pun kuatnya setan menggoda ia sama sekali tidak akan mengacuhkan. Jika orang beriradah seperti itu, niscaya hati pun akan tunduk.

Seorang pengacara ternama bernama Tacon. Ia mempunyai lawan perkara, seorang pengacara yang lainnya lagi. Orang yang satu ini berpikir bahwa ia akan mengalahkan Tacon dalam perkara. Ia mempunyai siasat licik dengan lebih dahulu menghubungi Magistrat (hakim polisi) dan mengatakan bahwa Tacon menyatakan bahwa Magistrat yang bagaimana pun pandainya akan dibuatnya tunduk.

Mendengar ini sang Magistrat mempunyai tekad bahwa apapun yang dikatakan oleh Tacon tidak akan ia terima sama sekali. Sampai saat ketika peradilan berlangsung, apa saja yang dikemukakan oleh Tacon dengan serta-merta ditolak oleh Magistrat.

Pada akhirnya, keputusan Magistrat berpihak kepada pengacara yang satu ini. Jadi, kalau orang sudah mempunyai tekad untuk sama sekali tidak akan menerima kesan dari orang tertentu maka ia tidak akan terpengaruh oleh kesan itu. Walhasil, pada taraf awal, saat berzikir hendaklah menciptakan keadaan serupa itu.

(4). Tindakan hati-hati keempat ialah pada waktu berzikir hendaknya jangan di dalam suatu keadaan kurang nyaman. Umpamanya selagi duduk di lantai ada suatu benda yang menusuk atau jenis yang membuat kita tidak merasa nyaman. Hendaknya kita mengasyikkan diri dalam berzikir sesudah meniadakan benda yang membuat kita tidak merasa nyaman itu.

(5). Yang kelima ialah menciptakan kondisi supaya apa pun yang akan kita raih pasti akan kita capai. Apabila mula-mula tanpa tawajuh (menghadapkan diri dan membulatkan hati kepada Allah) maka pasti akan ada saat ketika zikir masuk ke dalam pikiran.

Terkait:   Empat Alasan Mengapa Doa Diwajibkan

(6). Keenam, zikir itu harus dengan tadharu’ (rasa merendahkan diri) dan Khasy-yat (rasa takut). Jika tidak timbul Khasy-yat maka hendaklah menciptakan keadaan yang karenanya tumbuh rasa Khasy-yat. Sebab, beberapa hal pada permulaannya dilakukan secara dibuat-buat, maka secara bertahap akan menjadi sungguh-sungguh. Walhasil, bila seseorang berusaha menciptakan rasa tadharu’ dan membuat-buat sikap menangis, maka natijah-nya ialah pada suatu saat di dalam dirinya benar-benar timbul rasa tadharu’…

Ada cerita mengenai seorang guru besar. Ia tadinya seorang lembut hatinya akan tetapi belakang hari ia menjadi seorang yang keras hati. Adapun sebabnya ialah pada suatu hari ia merasa bahwa disebabkan oleh sikap lembutnya ia mendapat kesukaran, maka ia bertekad untuk bersikap keras. Untuk itu ia telah membuat roman muka yang keras walaupun hatinya tetap lembut. Meskipun demikian secara lahiriah ia tampak keras dan kaku. Lama kelamaan bagaimana jadinya? Hatinya pun menjadi keras. Walaupun guru besar itu membawa tabiatnya ke arah menjadi buruk tetapi kalau saudara-saudara akan berbuat serupa itu untuk membawa diri ke arah kesalehan maka secara perlahan-lahan di dalam diri saudara-saudara akan tercipta khusyu’.

Demikian pula, andaikata pada suatu hari untuk barang sedetik saja tercipta Khasy-yat yang hakiki maka keesokan harinya akan dapat menciptakan waktu yang lebih lama dari itu. Walhasil, jika Saudara-saudara berusaha ke arah itu maka sudah barang tentu Saudara-saudara akan berhasil.

Tips Berzikir lainnya

Berkenaan dengan zikir ada lagi tindakan hati-hati yang perlu diperhatikan. Yaitu, selain pada kesempatan-kesempatan yang terbukti dalam hadits-hadits, janganlah berzikir dengan suara keras di dalam majelis. Acapkali dengan cara demikian menjadi ajang pamer. Sering mendatangkan kesulitan kepada orang-orang yang berzikir (dengan cara yang hakiki, peny.) atau orang-orang yang sedang mengerjakan Shalat. Kemudian hendaklah ini pun diingat bahwa sesuatu yang baru itu tampaknya merupakan suatu beban dan dengan mengerjakannya hati tidak merasa tenteram.

Akan tetapi, adakah seseorang bisa menjadi benar-benar mahir dalam tempo hanya satu hari dalam suatu keterampilan? Sama sekali tidak. Bahkan secara perlahan-lahan dan sesudah jangka waktu yang agak lama ia baru menjadi mahir. Walhasil, jika pada permulaannya hati seseorang tidak merasa mantap dan dirasakannya sebagai beban maka jangan risau. Lama kelamaan hatinya akan terbiasa. Akan tetapi, syaratnya ialah tetap melakukan zikir.

Terkait:   Shalat Menuntun Manusia Kepada Allah

Kemudian, ada sementara orang yang mengatakan bahwa pada waktu berzikir mereka merasa ada kelezatan atau kenikmatan juga. Akan tetapi, hendaknya mereka jangan mencari kenikmatan untuk dirinya dan pada waktu berzikir jangan ada niat untuk mencari kelezatan. Yang menjadi pokok adalah ibadah dan ibadah baru akan dikabul kalau dilakukan dengan niat beribadah.

Kejenuhan dalam Berzikir

Kemudian ada sementara orang lagi yang mengatakan bahwa selama beberapa hari terasa oleh mereka ada kejenuhan untuk berzikir dan beberapa hari berikutnya hati merasa lapang. Hendaknya orang yang merasa seperti itu jangan risau. Kejenuhan itu menghinggapi setiap orang.

Sekali peristiwa seorang sahabat datang kepada Rasulullah saw dan berkata bahwa ia seorang munafik. Beliau bersabda, “Tidak, kamu seorang muslim.” Ia berkata, “Tuan, jika saya hadir di hadapan Anda maka surga dan neraka terbayang di depan mata saya dan apabila saya pulang ke rumah maka keadaan itu tidak ada lagi.” Beliau bersabda, “Jika keadaan seperti itu terus berlaku maka matilah kamu.” (Shahih Muslim, Kitab at-Taubah, bab fadhli dawaamidz dzikri wal fikri umuuril akhirah [keutamaan zikir yang berkelanjutan memikirkan akhirat),

Permasalahannya adalah kalau kita setiap waktu tetap dalam keadaan yang itu juga maka kemampuan untuk berkembang dan kemampuan untuk maju akan menjadi punah. Oleh karenanya, Tuhan sudah biasa meletakkan landasan (pondasi) di bawah supaya manusia berupaya keras untuk meningkatkan diri lebih maju dari keadaan permulaannya. Kadang-kadang menaikannya ke atas. Ya, mengenai kejenuhan ada satu hal yang hendaknya kita perhatikan. Hal itu satu macam kejenuhan yang baik dan yang satu lagi tidak baik.

Antara keduanya dapat dibedakan yaitu: berkaitan dengan zikir, tetapkanlah derajat kelezatannya. Misalnya, satu derajat. Di atas itu ada derajat kedua, ketiga, keempat dan kelima. Kalau seseorang berada pada derajat kedua dan kejenuhan menurunkannya ke derajat kesatu maka hendaklah dianggap wajar. Akan tetapi, kalau berada di derajat ketiga lalu timbul kejenuhan, maka hendaknya diperhatikan. Sekarang, kejenuhan itu menurunkannya ke derajat kedua, atau kesatu atau bahkan derajat nol. Kalau turunnya ke derajat kedua maka hendaklah dianggap wajar-wajar saja. Dan apabila melorot ke derajat satu atau nol, maka itu pertanda ada bahaya. Untuk itu hendaknya dilakukan kerja dan upaya istimewa.


Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Dzikir IlahiNeratja Press, Jakarta, 2013, hal 39-48

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.