Berkah Khilafah

berkah khilafah

BERKAH KHILAFAH

Tommy Bockarie Kallon

Semua nabi, tanpa kecuali, hanyalah manusia yang fana. Tetapi, meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat sebagaimana halnya semua Nabi-nabi sebelum beliau, pesan yang dibawa beliau tetap bertahan sampai akhir zaman. Karena itu Allah taala dalam Al-Quran menjanjikan bahwa Islam akan tetap terpelihara dan dibentengi melalui dedikasi upaya para Khulafa ur-Rasyidin sehingga para musuh tidak lantas bergembira dengan berpikir bahwa setelah wafatnya beliau, Islam akan melayu dan lenyap dalam relung-relung sejarah. Kita bisa membaca dalam Aayatul Istikhlaf yaitu ayat Al-Quran tentang Khilafah:

‘Allah telah menjanjikan kepada orang-orang dari antara kamu yang beriman dan berbuat amal saleh bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah-khalifah di muka bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah-khalifah dari antara orang-orang yang sebelum mereka dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka dan niscayalah Dia akan memberi mereka keamanan dan kedamaian sebagai pengganti sesudah ketakutan mencekam mereka. . .’

(QS.24 An-Nur: 56)

Janji tentang akan ditegakkannya Khilafah di sini jelas dan tidak bisa diragukan lagi. Mengingat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan satu-satunya pemberi petunjuk bagi umat manusia untuk selamanya, maka tentunya Khilafah beliau dengan satu dan lain cara akan selalu eksis di muka bumi sampai akhir zaman. Hal ini juga yang menjadi ciri kelebihan beliau di atas semua nabi-nabi dan rasul lainnya.

Khalifah Abu Bakar ra

Sejalan dengan janji tersebut, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, dan ketika semua orang mukmin gundah gulana, Abu Bakar r.a. dipilih sebagai Khalifah Islam yang pertama. Segera setelah itu, pemerintahan Islam dirundung berbagai pertikaian internal dan ancaman eksternal. Muncul banyak nabi palsu yang mengambil kesempatan untuk memberontak, sedangkan dari luar musuh-musuh mulai mengancam keamanan pemerintahan. Abu Bakar ra, dengan petunjuk dan teladannya, mampu menumpas semua kekuatan pemberontak dan kekacauan sehingga Islam terpelihara dari perpecahan dan disintegrasi. Pada akhir masa kekhalifahan beliau, umat Islam dipersatukan kembali di bawah satu panji.

Jika kita perhatikan secara cermat kehilangan besar yang diderita umat Muslim dengan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kekosongan yang tercipta akibat kepergian beliau, serta beratnya tugas yang harus beliau pikul, kita bisa menyimpulkan bahwa ini adalah pencapaian yang besar dan semua itu sepenuhnya berkat dari kepemimpinan Abu Bakar r.a.

Khalifah Umar ra

Setelah wafat Abu Bakar, tampil Umar r.a. yang mengenakan jubah Khilafah dan dengan karunia Allah, umat Islam menikmati banyak sekali berkah di bawah kepemimpinan beliau yang rendah hati. Masa kekhilafahan beliau merupakan masa keemasan dalam sejarah Islam. Energinya yang tak kenal lelah, sifat tidak mementingkan diri sendiri, simpatinya terhadap sesama, kecermatan dalam menjalankan tugas, sifat keadilan serta semangat mengkhidmati Islam telah diakui secara universal dan bahkan masih dikagumi sampai saat ini sebagaimana empat belas abad yang silam.

Beliau mengembangkan berbagai rancangan bagi kesejahteraan umat Islam. Adalah Umar r.a. yang pertama kali memperkenalkan sistem pensiun hari tua yang sekarang dipakai di Barat. Anak-anak yang tidak memiliki orang tua dibesarkan dengan biaya negara. Pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi anak-anak laki dan perempuan. Mereka yang lemah dan cacat diberi tunjangan dari perbendaharaan negara. Secara umum, rakyat menjadi makmur di bawah kepemimpinan beliau. Kita masih saja terpana membaca bagaimana Umar r.a. biasa berjalan malam hari dengan menyamar guna memastikan bahwa rakyat tidak ada yang berkekurangan. Tidak heran jika beliau memperoleh rahmat demikian besar sehingga dalam masa Khilafah beliau, dua kerajaan besar Romawi dan Persia yang tadinya merupakan ancaman bagi Islam, nyatanya bisa dikalahkan secara total.

Tetapi kemenangan tidak menjadikan dirinya berubah sifat. Tetap saja beliau mengingatkan pasukan tentaranya untuk selalu mentaati ajaran Islam dan menunjukkan toleransi, keadilan dan kebaikan kepada semua orang yang berada di bawah pemerintahan Islam. Kemudian terkait dengan mereka, para pasukannya menterjemahkan kebijakan tersebut dalam tindakan sehingga mereka berhasil memenangkan hati bangsa yang ditaklukkan dan menjalin banyak sahabat di kawasan itu.

Selain banyak penaklukan, masa Khilafah Umar r.a. juga membawa berbagai berkah lain. Beliau mendirikan Majelis Syura yang merupakan dewan penasihat Khalifah. Beliau menunjukkan kejeniusan luar biasa dalam penataan sipil pemerintahan Islam. Setiap negeri dibagi dalam beberapa propinsi, dibentuk pasukan kepolisian, dilakukan penggalian kanal-kanal, mendirikan baitul mal serta diperkenalkannya kalender Muslim Hijriyah yang sangat membantu dalam preservasi sejarah.

Khalifah Utsman ra

Setelah wafatnya sosok agung ini, Utsman r.a. terpilih sebagai Khalifah ketiga. Sebagaimana kedua pendahulunya, yang merupakan khalifah yang terpuji dan dibimbing oleh Allah taala, beliau berhasil memperluas wilayah pemerintahan Islam. Gelombang pemberontakan dan invasi dari luar melanda Pemerintahan Islam, tetapi berkat karunia Allah dan berkah dari Khilafah semuanya berhasil dipadamkan.

Utsman r.a. banyak memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beliau mengawasi pembangunan banyak gedung-gedung, jalan-jalan dan jembatan-jembatan baru. Banyak pula didirikan mesjid dan tempat persinggahan di berbagai kota. Kitab Al-Quran sebagaimana keadaannya sekarang ini merupakan hasil kompilasi di bawah pengawasan beliau secara langsung. Hal ini menjadi kontribusinya yang paling utama bagi perjuangan Islam. Beliau merupakan sosok yang sederhana dan lembut hati yang tidak pernah goyah dalam integritas, kejujuran dan kesalehannya. Beliau selalu menunjukkan sifat toleransi dan kesabaran yang luar biasa hal itu tetap ditunjukkan ketika menjelang akhir Kekhalifahannya, di saat berbagai faksi berupaya menggulingkan beliau. Beliau menolak menanggalkan jubah Khilafah yang telah dikenakan oleh Allah, tetapi pada saat yang sama beliau juga tidak mau melawan mereka semata untuk menghindari penumpahan darah umat Islam yang tidak bersalah. Beliau kemudian dibunuh, tetapi tidak ada yang meragukan bahwa beliau menyerahkan hidup beliau demi integritas Khilafah dan demi kemaslahatan Islam.

Terkait:   Apakah Ahmadiyah Islam atau bukan Islam? Siapakah yang menentukan?

Khalifah Ali ra

Wafatnya Utsman r.a. merupakan salah satu bab paling menyedihkan dalam sejarah Islam. Kesatuan dan persatuan umat Muslim terpecah sudah. Pertikaian internal menjadi bumbu kehidupan sehari-hari dimana umat Muslim saling bermusuhan satu sama lain. Ali r.a. dipilih sebagai Khalifah keempat enam hari setelah wafatnya Utsman r.a. Beliau mengumumkan bahwa prioritas utamanya adalah mengembalikan hukum dan ketertiban dalam negeri dan untuk tujuan ini beliau sangat menahan diri guna menghindari pertumpahan darah meski beberapa sahabat Rasulullah yang berpengaruh besar telah memintanya untuk mengadili para pembunuh Utsman.

Karena Madinah telah menjadi masyarakat tidak berhukum, Ali r.a. memindahkan ibukota dari Madinah ke Kufa di Irak. Sayangnya masa Khilafah beliau diliputi oleh kekacauan dan perpecahan. Beliau mencoba menenangkan umat Islam namun rupanya penyakit anti-Khilafah sudah meruyak dan tidak bisa diobati lagi. Perang saudarapun pecah dan semua bencana ini memuncak dengan disyahidkannya Ali r.a.

Upaya Menegakkan Kembali Khilafah

“Nilai suatu naungan belum dihargai sampai kemudian pohonnya ditebang.” Dengan terbunuhnya Ali r.a. maka mercusuar bimbingan dan persatuan yang cemerlang, sumber mata air keberkahan dan rahmat yang agung hilanglah sudah. Umat Islam telah membuang jubah Khilafah, termasuk segala berkah melimpah yang mengikutinya. Sebagai pengganti Khilafah, ditegakkan sistem kerajaan yang tidak memiliki keluhuran rohani dan muncul berbagai dinasti selama berabad-abad. Perang saudara dan perseteruan internal sangat melemahkan umat Islam. Bangsa-bangsa yang di masa lalu gemetar dan tunduk di hadapan mereka sekarang menentang mereka dengan angkuh dan selalu berhasil mempermalukan umat Islam. Pengaruh dan dominasi Islam mulai memudar sehingga agama-agama lain yang meski berlandaskan akidah palsu mulai menguasai agama Islam yang hakiki.

Upaya menegakkan kembali Khilafah di antara umat Islam di masa kini merupakan salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi. Saat ini Islam dihancurkan oleh pertikaian internal dan intrik-intrik eksternal dan sangat membutuhkan seorang pemimpin berintegritas luhur yang bisa mengemban lembaga Khilafah dan memimpin negara-negara Islam di bawah bimbingan Allah. Muncul berbagai gerakan di kalangan umat Islam untuk menegakkan kembali Khilafah, baik di masa lalu termasuk di masa sekarang. Tetapi menyedihkan sekali, semua upaya tersebut menemui kegagalan. Hal ini karena mereka tidak memiliki petunjuk Ilahi dan semata-mata didasarkan pada upaya manusia yang tidak lepas dari sifat mementingkan diri dan nafsu berkuasa.

Khilafah merupakan kekuatan yang bersifat rohani dari Allah Taala, dan penegakannya tidak pernah didapat dari gerakan politik atau pseudo-agama. Manakala Khilafah didirikan melalui rancangan Allah taala, hal itu melalui seorang utusan Allah. Tidak ada satupun contoh dalam sejarah yang menunjukkan Khilafah itu ditegakkan tanpa adanya seorang nabi yang mendahuluinya. Khilafah yang dijanjikan dalam Al-Quran adalah Khilafah yang ada di bawah jejak seorang nabi (Khilafah ala minhajun nubuwwah). Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Kenabian akan tetap berada di antara kalian selama Allah menghendaki. Kemudian akan berlaku masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian (khilafah ‘ala minhajin-nubuwwah), dan akan tetap berada selama Allah berkehendak. Kemudian diikuti masa kerajaan yang merusak (mulkan ‘adhan), dan dia akan tetap berada selama Allah berkendak. Kemudian setelah itu akan muncul kerajaan lalim (mulkan jabbariyyah), dan akan tetap berada selama Allah berkehendak. Kemudian muncul kembali khilafah yang mengikuti jejak kenabian (khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).

(Musnad Ahmad)

Dari nubuatan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini jelas bahwa Khilafah yang akan muncul kemudian setelah beliau akan terdiri dari dua era, yang satu langsung mewujud setelah kewafatan beliau, dan akan muncul setelahnya periode rezim supresif, opresif dan kejam. Setelah kewafatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lembaga Khilafah yang beberkat itu berdiri sebagaimana dinubuatkan. Dan Khilafah itu harus tegak kembali hanya melalui kedatangan Al-Masih yang Dijanjikan yaitu pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah.

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. dari Qadian adalah seorang hamba Allah dan pengikut setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menyatakan diri bahwa beliau telah ditunjuk Allah Taala sebagai suara penyeru di zaman ini, bahwa beliau adalah Al-Masih dan Imam Mahdi seperti yang telah dinubuatkan dalam hadith oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menyatakan bahwa semua nubuatan yang terdapat di dalam berbagai kitab suci agama-agama tentang kedatangan seorang utusan Ilahi di akhir zaman, telah tergenapi dalam wujud diri beliau. Bahwa Allah telah mengutus beliau untuk pembelaan dan penyebaran Islam di zaman ini; dan Allah telah menganugerahkan kepada beliau wawasan tentang isi Al-Quran dan mengungkapkan kepada beliau makna dan kebenaran hakikinya.

Melalui pesan-pesan dan teladannya, beliau berusaha memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menunjukkan keunggulan Islam di atas agama-agama lain sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dapat diterima oleh semua orang di dunia sebagai Nabi yang Paling Sempurna.

Melalui karya beliau, pesan-pesan dan teladan yang diberikan, beliau mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta mengungkapkan superioritas Islam di atas semua agama lainnya sedemikian rupa sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan diterima sebagai Khataman Nabiyyin oleh semua bangsa di dunia. Ketika fanatisme dan kejumudan menjadi ciri berpikir umat Islam, beliau menampilkan khazanah-khazanah Al-Qur’an berupa pengetahuan, filsafat dan hikmah yang tak terbatas kepada para pencari kebenaran. Nilai-nilai akhlak dan rohani yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan pengamalan sempurna oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dihidupkan kembali oleh beliau, sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat tidak hanya dari ajarannya, tetapi teladan juga.

Terkait:   Pentingnya Khilafah

Ketika beliau wafat, orang-orang Muslim dan non-Muslim yang berpikiran terbuka membuat obituari yang memberikan penghormatan pada sifat-sifat kemahdiannya, kesalehan dan ketakwaannya. Tetapi bagi para penentang, mereka bersuka cita pada kemawafatannya, dengan menganggap bahwa bid’ah besar yang sekarang ada akan musnah secara alami ditelan sejarah.

Khilafah Ahmadiyah

Pada saat kritis demikian, pengikut beliau yang paling setia, seorang ulama, tabib yang terkenal, seorang sufi dan penafsir Al-Quran yang terpelajar, secara aklamasi terpilih menjadi Khalifatul Masih. Dengan karunia Allah Taala, dalam kapasitas tersebut beliau berhasil mengemudikan bahtera Ahmadiyah ke perairan yang aman dan menjaganya dari perpecahan. Nama beliau adalah Nuruddin, cahaya agama, sejalan dengan pengkhidmatan beliau yang cemerlang untuk agama.

Hazrat Maulvi Nuruddin ra memiliki keimanan yang kuat kepada Allah Taala dan senantiasa bertopang kepada Allah untuk segala kebutuhan dirinya. Sebagai Khalifatul Masih, peran beliau beraneka ragam dan meliputi banyak aspek. Meski kesehatan dirinya tidak selalu baik namun semua tugas-tugas dilaksanakannya dengan wajah teduh dan kesungguhan yang membuat orang lain iri. Beliau tetap mendiagnosa dan memberi obat kepada para pasien, memberikan pengarahan, nasihat dan petunjuk kepada para pengurus Jemaat, memberikan ceramah tentang Al-Quran, Hadith dan filosofi Islam, memberikan jawaban atas kritik terhadap Islam serta membuat berbagai rancangan untuk penyebaran Islam.

Namun yang paling menonjol dari beliau adalah upaya menjaga dan membentengi lembaga Khilafah dalam menghadapi berbagai penentangan dari para pengacau yang berusaha melemahkan otoritas beliau dan menciptakan kekacauan di dalam Ahmadiyah. Tidak ada seorangpun yang dapat mempengaruhi beliau, baik sisi keteguhan hati atau fitrat kesopanan beliau.

Dengan suara lantang dan jelas beliau mengatakan:

‘Aku nyatakan dengan sesungguhnya dan Allah menjadi saksi bahwa aku tidak akan menanggalkan jubah yang telah dikaruniakan oleh-Nya kepadaku.’

Setelah kewafatannya, jubah Khilafah tersebut dianugerahkan kepada Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. Hazrat Khalifatul Masih II merupakan Putra yang Dijanjikan dari Hazrat Masih Mau’ud as. Kelahiran beliau merupakan penggenapan nubuatan agung dari Hazrat Masih Mau’ud bahwa beliau akan dikaruniai seorang putra yang memiliki fitrat dan keunggulan yang luar biasa.

Beliau terpilih sebagai Khalifatul Masih pada usia relatif muda yaitu 25 tahun dan berkat rahmat Allah, masa jabatan beliau diberkati dengan keberhasilan besar, di luar batas perkiraan. Dengan dana yang sangat terbatas, beliau membimbing Jamaah Ahmadiyah menggapai ketinggian yang tadinya tidak pernah terbayangkan. Yang paling mencolok dari berbagai skema yang dilancarkan beliau adalah Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid yang berperan penting dalam membangun Jamaah Ahmadiyah di hampir setiap negara di dunia. Melalui kejeniusan beliau yang istimewa, beliau membentuk badan-badan pendukung organisasi sehingga sekarang ini semua anggota Ahmadiyah, di bawah naungan sayap organisasi khusus masing-masing, saling bersatu dalam ikatan persaudaraan yang penuh kasih sayang dan dapat menjalankan berbagai program yang dirancang untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dan rohani.

Hazrat Khalifatul Masih II membentuk Majlis Syura dalam Ahmadiyah, sebuah badan konsultatif yang bertemu setiap tahun untuk bermusyawarah dan memberi nasihat-nasihat kepada Khalifah mengenai berbagai kebijakan-kebijakan penting. Beliau membentuk Dewan Qada, sebuah sistem peradilan, yang memberikan kesempatan kepada anggota Ahmadiyah untuk menyelesaikan pertikaian internal dengan cara yang adil, ekonomis dan terhormat, sejalan dengan hukum dan yurisprudensi Islam. Beliau juga yang memprakarsai Jalsah Siratun Nabi dan Hari Pendiri Agama-agama Dunia untuk mengadakan peringatan tentang riwayat kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kehidupan semua pendiri agama-agama besar.

Hazrat Khalifatul Masih II juga memiliki pemahaman yang tajam tentang isu-isu politik dan sosial yang kompleks sehingga beliau berhasil membimbing Jamaah Ahmadiyah melalui dua perang dunia yang mengerikan dan melakukan hijrah secara massal ke Pakistan setelah partisi India tahun 1947 yang setelah itu beliau memulai mendirikan kota Rabwah dari titik nol pada sebidang tanah yang tadinya tidak bisa dihuni sama sekali.

Buku-buku dan selebaran-selebaran yang jumlahnya lebih dari 200 judul memperlihatkan bahwa beliau adalah seorang ahli agama dan ahli diagnostika tentang kebenaran abadi. Berkah terbesar Khilafah beliau adalah magnum opusnya, Tafsir Kabir yaitu tafsir lengkap Al-Quran suci. Tafsir setebal sepuluh ribu halaman ini mengandung berbagai pemahaman esoterika dan pengungkapan ribuan hakikat kerohanian serta rahasia-rahasia tersembunyi, yang banyak di antaranya yang belum pernah dikemukakan sebelumnya.

Masa Kekhalifahan beliau selama limapuluh dua tahun, benar-benar menjadi wujud periode emas dalam sejarah Ahmadiyah dan Islam. Meski begitu banyak tugas dan kegiatan yang harus dilakukan, beliau tetap berusaha keras supaya para anggota Jamaah Ahmadiyah untuk tetap pada tingkat tertinggi dalam hal perbaikan diri maupun dalam menyebarkan pesan Islam. Untuk tujuan ini, beliau mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri beliau dengan selalu memberikan nasihat, ajakan dan teguran. Beliau sendiri memberikan teladan diri yang cemerlang dan menghabiskan sebagian malam dalam berdoa kepada Allah.

Ketika Hazrat Khalifatul Masih II wafat, maka putra beliau yang tertua yaitu Hazrat Mirza Nasir Ahmad ra terpilih sebagai Khalifatul Masih III. Selama tujuh belas tahun Khilafah, berkat kemampuan administratifnya yang istimewa dan perencanaan-perencanaan untuk manfaat yang luas, beliau mampu memperkuat dan mengembangkan Jamaah Ahmadiyah secara luar biasa. Beberapa upaya menonjol dari Khilafah beliau adalah antara lain mendirikan Fazle Umar Foundation yang mengembangkan kegiatan di bidang riset, pendidikan, pekerjaan-pekerjaan dakwah dan kesejahteraan ekonomi. Beliau juga membuat skema Nusrat Jehan yang melaluinya dapat mendirikan sejumlah sekolah dan rumah sakit di Afrika Barat, yang murni untuk pengkhidmatan kemanusiaan tanpa adanya motif memperoleh keuntungan. Melalui keberhasilan skema ini, jutaan masyarakat Afrika masuk ke dalam Ahmadiyah dan terus berlanjut sampai sekarang. Tetapi mungkin yang paling dikenal adalah modus vivendi yang sederhana tetapi sangat pragmatis yang diwariskan kepada Jemaat Ahmadiyah yaitu motto Love for All, Hatred for None (Kasih untuk semua, tiada kebencian bagi siapa pun).

Terkait:   Khalifah Sebagai Imam

Sekarang kita sedang melalui masa keemasan dari Hazrat Khalifatul Masih IV. (Sekarang Khalifatul Masih V). Sebagaimana para pendahulunya, Beliau juga, di bawah bimbingan Ilahi, mencanangkan berbagai skema untuk memobilisasi upaya Ahmadiyah dalam menyiarkan Islam secara secara global.

Pada 10 Juni 2002 yang merupakan tahun ke 20 masa Khilafah beliau, Ahmadiyah telah diberkati secara luar biasa dengan pertambahan anggota dari sekitar 10 juta menjadi 150 juta di seluruh dunia. Di bawah arahan beliau, ribuan mesjid, rumah missi, klinik, rumah sakit, sekolah dan perguruan tinggi didirikan demi pengkhidmatan kepada Islam. Klinik homeopathy didirikan di seluruh dunia di bawah bimbingan beliau, yang menyediakan pengobatan untuk berbagai penyakit tanpa pungutan biaya.

Di antara sekian banyak bukunya adalah ‘Revelation, Rationality, Knowledge and Truth’, yang telah diakui sebagai karya tulis terbesar di abad ini. Pengabdian beliau untuk Al-Quran terlihat nyata dengan melakukan supervisi atas berbagai terjemahan dan revisi akurat terjemahan Al-Qur’an dalam berbagai bahasa, beliau sendiri menghasilkan terjemahan dan tafsir yang fasih dalam bahasa Urdu.

Muslim Television Ahmadiyya (MTA), yang merupakan televisi Muslim pertama yang mengudara secara global dan menyediakan terjemahan ke dalam delapan bahasa, merupakan gagasan dari Hazrat Khalifatul Masih IV.

Hampir tidak mungkin menyebutkan segala berkah yang didapat dari MTA International. MTA menjadi sumber pengetahuan yang tak ternilai bagi masyarakat dunia, ia mengajarkan berbagai bahasa, membahas berbagai permasalahan dan kaitannya dengan peningkatan akhlak dan rohani manusia. Secara umum, saluran ini menjadi nara sumber bagi pemerhati agama dan filsafat di seluruh dunia. Kunci keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari penampilan Hazrat Khalifatul Masih dalam berbagai program siaran sehingga umat Islam dan non-Muslim dari seluruh dunia dapat memperoleh manfaat dari pengetahuan, hikmah dan wawasan beliau. Melalui MTA kita bisa menyaksikan tayangan-tayangan bersejarah, seperti acara Bai’at Internasional Ahmadiyah pada kesempatan Jalsah Salanah dimana dalam satu tahun saja sekitar 81 juta orang Ahmadi baru dari ratusan negara bersama-sama melakukan ikrar bai’at di tangan Hazrat Khalifatul Masih melalui transmisi satelit secara live.

Jelas kiranya bahwa Khilafah bukan hanya sebuah institusi yang sangat diberkati tetapi juga sebuah institusi Islam yang sangat penting, karena itu wajib dipatuhi sebaik-baiknya. Seorang Khalifah dipilih melalui kehendak Ilahi tetapi dengan perantaraan orang-orang beriman. Dengan kata lain, di masa-masa genting ketika tiba waktunya pemilihan Khalifah, pikiran dan kalbu orang-orang mukmin dibimbing Allah Taala untuk menunjuk sosok yang menjadi pilihan Allah. Karena sosok Khalifah dipilih sesuai kehendak Ilahi maka bentuk ketidaktaatan kepadanya hakikatnya sama dengan ketidaktaatan kepada Allah. Ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada khilafah hanyalah kebalikan dari koin yang sama. Dan ketaatan itu sendiri merupakan kondisi yang sangat diperlukan untuk keberlangsungan lembaga Ilahi yang agung ini.

Bagi sebuah Jamaah yang dikaruniai begitu banyak berkah Ilahi, Khilafah tidak diragukan lagi merupakan karunia terbesar bagi para anggota Ahmadiyah. Sosok Khalifah memainkan peran sentral sebagai pemersatu semua anggota Jamaah di bawah satu panji. Bagi semua anggota Jemaat, Ia adalah seorang ayah yang sangat pengasih di mana mereka setiap saat dapat meminta petunjuk, nasihat dan motivasi. Bagi semua orang yang berpikiran dan berniat baik maka sosok Khalifah menjadi kawan dan penasihat yang bijak. Dan bagi orang-orang yang menderita, ia menjadi sumber penolong, penghibur dan pelipur lara tanpa adanya diskriminasi.

Berkah Khilafah dan rahmat Ilahi lah Islam telah membuat kemajuan di masalah lalu, sebagaimana juga hari ini, dan insya Allah akan terus berlanjut sampai bertahun-tahun dan berabad-abad yang akan datang.

Kenabian merupakan sebuah benih yang kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan perantaraan Khilafah. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, melalui jasa-jasa Khulafa ur-Rasyidin maka Islam menyebar ke seluruh dunia yang dikenal saat itu. Sekarang ini di bawah bimbingan Khalifatul Masih, Islam di bawah Jemaat Ahmadiyah terus menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, meskipun terus mendapatkan penentangan dari orang-orang yang memusuhi, baik individu maupun pemerintah yang bertujuan untuk memusnahkan Ahmadiyah dari muka bumi ini.

Melalui Khilafah Ahmadiyah maka janji Allah dalam Al-Quran bahwa ‘Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka’ tergenapi sudah. Sudah dekat masanya ketika kita akan melihat persatuan umat manusia di bawah panji-panji Islam dan kita akan menyaksikan manifestasi puncak dan universal Tauhid Ilahi.

Sumber: Blessing of Khilafat
Penerjemah: A.Q. Khalid

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.