Ahmadiyah: Obat Penyembuh atas Kebencian dan Permusuhan

Ahmadiyah obat penyembuh permusuhan dan kebencian

Ahmadiyah: Obat Penyembuh atas Kebencian dan Permusuhan

Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 14 Mei 2021 (Hijrah 1400 Hijriyah Syamsiyah/Syawal 1442 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya).

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ. (آمين)

Beberapa hari lalu, ada seorang Maulwi (seorang ulama) bukan Ahmadi menulis di Media Sosial, “Penyebab kekisruhan dan perselisihan dimanapun di dunia ini adalah orang-orang Qadiani (Ahmadiyah).” Bahkan sang Maulwi juga menuduh, “Yang bertanggung jawab atas kekisruhan yang terjadi di Palestina pun adalah orang-orang Qadiani.” Kemudian, sebagaimana sudah menjadi ciri khas mereka, Maulwi tersebut mengatakan, “Karena itu, perlakukanlah para Ahmadi seperti ini, seperti itu, bunuhlah, aniayalah!” seperti yang biasa mereka gembar-gemborkan. Demikianlah gaya dan ucapan mereka yang dikenal dengan aimmatul kufr (pemimpin kekufuran), dan itulah yang selalu mereka gembar-gemborkan dari semenjak Jemaat Ahmadiyah bermula sampai sekarang.

Namun, ribuan syukur kita panjatkan kepada Allah Ta’ala, karena kita beriman kepada al-Masih dan al-Mahdi yang telah mengajarkan kepada kita untuk tetap bersabar dan berdoa meskipun mendengar cacian kotor yang melukai hati dan tidak hanya itu bahkan ketika melihat upaya makar mereka. Mereka adalah aimmatul kufr yang telah menghasut umat Muslim tidak berdosa dengan menuduhkan hal-hal keliru terhadap Jemaat Ahmadiyah.

Masyarakat awam, mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan sehingga beranggapan memang benar para Ahmadi melakukan penistaan terhadap Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, naudzubillah. Mereka beranggapan apa yang dikatakan para Ulama pasti benar adanya. Seperti itulah keadaan masyarakat awam yakni umat Muslim pada umumnya. Namun demikian, para Ulama yang berilmu dan meskipun pada kenyataannya berilmu, mengatakan apa-apa tidak memiliki pondasi yang kuat, mereka hanya berusaha untuk menimbulkan kekisruhan supaya mimbar mereka terjaga dan supaya tidak ada yang menggeser posisi mereka. Allah Ta’ala lebih mengetahui, perlakuan apa yang harus Dia timpakan kepada mereka.

Seperti yang telah saya katakan, tugas kita adalah berdoa. Telah saya sampaikan pada khutbah Eid bahwa Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda, “Doakanlah juga untuk mereka yang memusuhi.”[1]

Kita adalah pendoa, kita biasa berdoa dan akan selalu berdoa. Penentangan ini bukanlah sesuatu yang baru, bahkan telah bermula sejak zaman Hadhrat Masih Mau’ud (as). Beliau as juga menjadi sasaran penganiayaan. Orang-orang yang datang untuk mendapatkan siraman ruhani dari beliau pun, menjadi sasaran penyerangan juga. Sebagian orang yang datang untuk menghadiri acara-acara Jemaat dan dikatakan dengan hanya hadir saja, tidak mesti akan beriman kepada beliau (as), namun, para Maulwi merasa khawatir jika orang-orang ini mendengarkan ucapan beliau as, maka mereka akan terkesan lalu baiat masuk Ahmadiyah. Para Maulwi paham bahwa kebenaran menyertai beliau (as). Karena itu, para Maulwi melarang orang-orang untuk datang menemui beliau (as). Tidak hanya melarang, bahkan mereka melakukan serangan fisik kepada orang-orang yang ingin menemui Hadhrat Masih Mau’ud (as).

Meskipun demikian, Hadhrat Masih Mau’ud (as) mendoakan mereka yang melarang dan menimpakan kekerasan terhadap para peziarah (pengunjung) beliau (as). Merupakan buah dari doa, sebagian dari antara mereka (pengunjung) yang meskipun menghadapi penentangan dari para Maulwi, tetap baiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan itu berlangsung sampai saat ini.

Dengan demikian, meskipun kita sering mendapatkan cacian dari para Maulwi, kita tidak membalasnya dengan bahasa kasar atau menggunakan ucapan serupa. Sebaliknya, kita akan terus berdoa dan sebagaimana yang sering kita saksikan bahwa dari mereka jugalah muncul tetesan kecintaan yang terus menetes dan insya Allah akan terus demikian.

Setelah mendengarkan cacian keras dari mereka pun kita tetap mendoakan umat Muslim secara umum. Kita merasa hati terluka atas penderitaan mereka dan yang membuat kita bersikap demikian adalah ajaran yang diberikan oleh Hadhrat Masih Mau’ud (as). Ajaran beliau (as) pun berdasar pada petunjuk Tuhan kepada beliau (as) bahwa kezaliman yang mereka (penentang dari kalangan umat Muslim) lakukan didasari oleh kecintaan mereka kepada Rasulullah (saw). Terlepas apakah mereka menampilkan kecintaan itu dalam bentuk amalan ataukah tidak, namun yang pasti mereka mengklaim mencintai Rasulullah. Untuk itu janganlah mendoakan buruk bagi mereka.

Terkait:   Kehidupan Hadhrat Rasulullah SAW (III) : Ekspedisi di Masa-Masa Awal

Berkenaan dengan ini Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) menceritakan satu kejadian, menuturkan, “Ketika saya masih kecil, suatu hari Hadhrat Masih Mau’ud (as) tengah kembali dari suatu undangan acara di Lahore dan melewati sebuah pasar, beberapa orang berdiri di atap rumah mereka sambil melontarkan cacian kepada beliau. Mereka mengolok-olok dengan mengatakan, ‘Mirza kabur! Mirza kabur!’”

Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) berkata, “Saya tidak paham. Mungkin saja ketika beliau (as) menyampaikan pidato terjadi sebuah insiden sehingga beliau (as) pulang. Alhasil, saat itu saya juga melihat seorang tua yang buntung sebelah tangannya dan masih berbalut ramuan obat yang masih segar. Tampaknya belum lama tangannya terpotong. Saya melihat orang tua itu memukulkan tangan yang utuh pada tangannya yang buntung sambil mengatakan dalam bahasa daerah (Punjabi), ‘Mirza kabur! Mirza kabur!’

Saat itu saya merasa heran karena masih kecil. Saya berpikir mengapa orang-orang itu mengatakan mengenai Hudhur (as) demikian. Apa yang telah terjadi tidak saya paham penyebabnya. Namun, hal itu disebabkan oleh penentangan mereka atau para maulwi yang telah menanamkan kebencian dalam hati mereka sehingga mereka berbuat seperti itu. Terlepas apakah mereka paham atau tidak alasan memusuhi itu, mereka hanya ingin mengatakan sesuatu dan itulah yang mereka lakukan.

Beliau ra juga menceritakan satu kejadian lagi, “Suatu hari Hadhrat Masih Mau’ud (as) tengah berjalan ke suatu tempat di Lahore. Ada seseorang yang menyerang beliau dari belakang sehingga membuat beliau terjatuh.” Riwayat lain ada juga yang menyebutkan bahwa saat itu kaki beliau tersandung, namun tidak jatuh.[2]

Hadhrat Muslih mauu bersabda, “Demikian pula, kami pernah melihat para penentang melemparkan batu-batu kepada beliau (as). Alhasil, pada masa itu penentangan sedang memuncak dan secara alami, beberapa Sahabat terpancing emosinya karena berpikiran, kenapa mereka ini menentang tanpa sebab.

Pada saat itu Hadhrat Masih Mau’ud (as) mendapatkan ilham.”

Meskipun menurut informasi ilham tersebut tidak dijumpai pada riwayat manapun, namun Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) menyatakan bahwa itu adalah ilham. Ilham tersebut disebutkan dalam corak syair Hadhrat Masih Mau’ud (as) sebagai berikut, اے دل! تو نیز خاطرِ ایناں نگاہ دار –  کآخر کنند دعوئے حُبِّ پیمبرمؐ ‘Wahai orang pilihan Kami!’ (karena ini adalah ilham sehingga Allah-lah yang memfirmankan ini) ‘Bahkan, jika orang-orang Islam yang melontarkan cacian padamu ini, tetaplah mempunyai penghargaan terhadap mereka. Kenapa mereka mencaci engkau? Kenapa mereka ingin melukai engkau? Kenapa mereka ingin menyerang engkau? Mereka melukai engkau semata-mata karena kecintaan mereka kepada Rasulullah (saw). Karena itu, sangat penting bagi engkau untuk memandang dengan simpati pada mereka.’ [3]

Jadi, yang menjadi penyebab penentangan mereka adalah kecintaan mereka kepada wujud yang dicintai oleh Allah Ta’ala yakni Rasulullah (saw). Karena itu, disebabkan kesalahpahaman atau apapun alasannya, hargailah mereka, janganlah mendoakan buruk bagi mereka. Jadi, perlu dilihat apa yang melatarbelakangi seseorang menentang kita.

Bahkan sedemikian rupa memusuhi kita sehingga mengatakan bahwa minuman cae (susu kerbau campur teh dan ramuan rempah lainnya) yang kita minum pun lebih buruk daripada minuman keras. menurut mereka, masih diperbolehkan meminum minuman keras daripada meneguk minuman cae caenya orang Ahmadi.”

Setelah menyebutkan hal itu, Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) bersabda, “Jika mereka mengetahui bahwa di dalam saya bergejolak bara api kecintaan kepada Hadhrat Muhammad Rasulullah (saw) sedangkan di dalam diri mereka satu per seratus ribunya pun tidak, maka seketika mereka akan tersungkur di kaki kalian (para Ahmadi). Mereka menentang kita karena memiliki anggapan bahwa kita adalah penentang Rasulullah (saw). Dengan demikian, penentangan mereka disebabkan oleh kesalahpahaman.

Setelah menyampaikan penjelasan yang rinci tersebut beliau pun bersabda, “Jika orang-orang menentang dengan mencaci maki saya atau pendiri Jemaat Ahmadiyah atau mencaci kalian, maka para Ahmadi harus ingat bahwa mereka yang mencaci itu adalah saudara kalian juga yang terperangkap dalam kesalahpahaman. Karena itu, bukan menjadi marah, kalian harus mendoakan mereka dan pahamkanlah kepada mereka hakikat yang sebenarnya. Jika kalian berhasil memberikan pemahaman kepada mereka, mereka akan menyadari bahwa kita sebenarnya bukanlah penentang Muhammad Rasulullah (saw), melainkan pecinta sejati beliau saw. Dengan begitu, orang yang tadinya ingin melukai kita, sebaliknya menjadi rela untuk mati demi kita.”[4]

Alhasil, kita seharusnya mendoakan para penentang, seperti yang telah saya katakan, itu jugalah yang diajarkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud (as) kepada kita yakni doakanlah mereka. Dari antara merekalah muncul orang-orang yang dari matanya menetes tetesan kecintaan dan dari antara mereka akan ada yang beriman.

Terkait:   Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa, seri 57)

Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) menceritakan kejadian yang dialami oleh Hadhrat Maulwi Abdul Karim ra, bersabda, “Hadhrat Maulwi Abdul Karim bersabda, ‘Suatu ketika saya tinggal di lantai atas kediaman Hadhrat Masih Mau’ud (as). Sementara Hadhrat Masih Mau’ud (as) berada pada lantai bawah. Suatu malam, terdengar suara rintihan tangis dari arah bawah, layaknya seorang wanita yang sedang kesakitan karena melahirkan.

Saya merasa heran dan mendengarkan secara seksama suara tersebut, ternyata itu adalah suara rintihan tangis Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang tengah memanjatkan doa. Beliau berdoa, “Ya Tuhan! Wabah thaun semakin merajalela dan tengah membunuh banyak orang. Ya Tuhan! Jika semua orang ini mati, siapa yang akan beriman kepada Engkau nantinya.”

Dalam Riwayat lain dikisahkan, “Hadhrat Maulwi Abdul Karim berada di bangunan sebelah dan terdengar suara rintihan tangis Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang tengah berdoa, ‘Jika orang-orang ini mati, maka siapakah nanti yang akan beriman kepada Engkau?’” Namun, bagaimana pun inti peristiwanya sama. Dikatakan, “Coba perhatikan, penyakit thaun adalah tanda yang telah dinubuatkan oleh Rasulullah saw. Tanda thaun pun dapat kita ketahui dari nubuatan Hadhrat Masih Mau’ud (as). Namunm ketika wabah thaun datang untuk memperlihatkan kebenaran beliau (as), beliau (as) yang merupakan seseorang yang paling yakin akan kebenaran tanda ini, justru malah meratap di hadapan Allah Ta’ala seraya berdoa, ‘Ya Allah ! Jika orang-orang ini mati, lantas siapa yang akan beriman kepada engkau nantinya.’

Jadi, seorang beriman janganlah mendoakan buruk bagi masyarakat umum, karena seorang mukmin ada untuk menyelamatkan umat manusia (kemanusiaan). Menyelamatkan orang-orang pada umumnya merupakan tugas orang mukmin (beriman). Jika seorang mukmin mendoakan buruk bagi mereka, lantas siapa lagi yang akan dia selamatkan? Karena jika doanya dikabulkan, semuanya akan mati.

Ahmadiyah didirikan dengan tujuan untuk menjaga Islam. Ahmadiyah didirikan dengan tujuan menyelamatkan umat Islam. Ahmadiyah didirikan untuk mengembalikan kehormatan umat manusia. Jadi, kita ditugaskan untuk menyampaikan manusia pada maqam (kedudukan) tinggi, lantas bagaimana mungkin kita mendoakan buruk bagi mereka?

Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) bersabda, “Pada akhirnya, ghairat Tuhan Yang Maha Tinggi lebih besar dari pada ghairat kalian. Tuhan berfirman kepada Hadhrat Masih Mau’ud (as) di dalam ilham-Nya, اے دل! تو نیز خاطرِ ایناں نگاہ دار –  کآخر کنند دعوئے حُبِّ پیمبرمؐ (dalam Bahasa Persia, ‘Wahai hati! Pandanglah mereka dengan penuh penghargaan dan simpati karena bagaimana pun mereka menyatakan diri mencintai sang Rasul). [5] Di dalam ilham itu Allah Ta’ala berbicara kepada hati Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan membuat beliau (as) mengucapkannya dengan lisan beliau sendiri.”

Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) menyampaikan pidato ini yang agaknya bertempat di Bhera. Di dalam pidato tersebut, beliau (ra) menjelaskan lagi syair tersebut dan ini adalah kejadian yang berbeda dari yang sebelumnya. Yang pertama tadi terjadi di Lahore sedangkan yang ini terjadi di Bhera.

Beliau (ra) bersabda, “Dalam ilham ini Allah Ta’ala berbicara kepada hati Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan membuat beliau (as) mengucapkannya dengan lisan beliau sendiri, ‘Wahai hatiku! Pandangilah dengan penuh penghargaan kepada pikiran, perasaan dan emosi orang-orang supaya jangan sampai timbul kekotoran di dalam hati mereka. Jangan sampai engkau merasa kesal kepada mereka lalu mendoakan buruk bagi mereka. Karena bagaimana pun mereka mencintai Rasul engkau (Nabi Muhammad saw) dan disebabkan oleh kecintaan itulah, mereka melontarkan cacian kepadamu.’

Inilah hal yang sebenarnya. Kita mengetahui bahwa diantara penentangan mereka, satu bagiannya merupakan penentangan yang tidak benar dan tidak adil, namun satu bagiannya lagi disebabkan masyarakat terperangkap dalam cengkeraman mereka [para ulama penentang].”

Sebagian besar orang menjadi korban cengkraman mereka, baik di Pakistan maupun di Negara-negara lain di dunia. Itulah latar belakang penentangan mereka.

“Dengan kata lain, penentangan yang mereka lakukan semata-mata karena kecintaan mereka terhadap Rasulullah (saw). Ketika kebenaran terbuka kepada mereka bahwa pada kenyataannya kita adalah pecinta Rasulullah (saw), maka mereka akan menyatakan bahwa kita (para Ahmadi) adalah orang-orang yang menegakkan kehormatan Rasulullah (saw). Karena itu, bantulah mereka. Waktu itu, pasti akan tiba, insya Allah. Jika tidak, sampai kapan kesalahpahaman ini akan terus berlangsung.

Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) menyatakan, “Ada seorang penulis berkebangsaan Inggris menulis, ‘Kalian dapat menipu seluruh dunia untuk beberapa hari saja atau kalian dapat menipu segelintir orang untuk selamanya.’” (Alangkah benarnya)

Terkait:   Ramadhan: Pelatihan bagi orang-orang Beriman

“Itu artinya, kalian dapat menipu seluruh dunia hanya untuk beberapa hari saja, namun kalian dapat menipu beberapa orang untuk selamanya. Memang benar kalian dapat menipu seluruh dunia untuk beberapa hari saja. Artinya, mungkin saja 100 persen (semua) orang dapat saja tersesat untuk beberapa hari saja atau 10 orang dapat tersesat untuk selamanya. Namun, tidak mungkin seluruh dunia akan tersesat untuk selamanya.

Seperti itu jugalah hakikat (kebenaran). Kebenaran secara perlahan terbuka dan terlihat. Ini jugalah yang kita saksikan saat ini yaitu orang-orang yang terkecoh oleh mereka [sehingga memusuhi Ahmadiyah] dan mendengar hasutan mereka, namun pada akhirnya dari antara mereka jugalah, ada sejumlah orang yang baiat masuk Jemaat.

Apa yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengikut Jemaat, disebabkan oleh baiatnya orang-orang yang sebelumnya menentang Jemaat.”[6]

Jadi, penentangan ini insya Allah suatu hari nanti akan berakhir. Dari antara mereka akan ada yang baiat dan bergabung dengan Jemaat. Banyak sekali orang yang menulis surat kepada saya bahkan sampai saat ini, mereka menulis, “Sebelum ini saya adalah penentang Jemaat. Kemudian kami diminta untuk berdoa dan membaca literatur Jemaat. Setelah memanjatkan doa dan membaca literatur Jemaat lalu kebenaran terbuka kepada kami dan sekarang kami ingin baiat masuk Jemaat.” Mereka pun baiat. Kejadian seperti ini terus berlangsung. Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) juga menulis mengenai hal ini. Begitu pun para Khalifah lainnya bahwa banyak orang yang menulis surat seperti itu, bahkan sampai saat ini, peristiwa serupa terus terjadi.

Jadi, jika para maulwi ini memberikan pernyataan yang menentang kita, dengan penentangan tersebut mereka tengah mengerjakan pekerjaan kita (untuk memperkenalkan Jemaat) sebagaimana saat ini banyak pesan tabligh Jemaat yang sampai ke berbagai tempat khususnya di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh kita. Penentangan mereka memberikan manfaat bagi kita.

Kita pun mendoakan mereka, jika di dalam diri mereka terdapat secercah kebaikan, semoga Allah Ta’ala memberikan akal kepada mereka untuk dapat memahami [kebenaran]. Kita pun harus banyak mendoakan masyarakat awam dan umat Muslim pada umumnya, semoga Allah Ta’ala mengeluarkan mereka dari cengkraman para Maulwi penentang ini.

Alhasil, penentangan yang mereka lakukan memberikan manfaat bagi kita. Sebagai buah penentangan mereka, pesan tabligh kita sampai ke berbagai tempat yang sebelum ini belum sampai oleh kita atau belum dapat tersentuh melalui sarana-sarana kita. Kemudian, sebagai hasilnya, sebagian diantara para penentang ini, mereka menjalin kontak dengan Jemaat.

Maka dari itu, tanggungjawab kita adalah berdoa dan tetap bersabar. Inilah cara dan sarana terbaik yang insya Allah akan memberikan kesuksesan kepada kita. Tugas kita adalah memastikan pikiran dan perasaan kita bersih dan suci terhadap umat Muslim. Doakanlah terus mereka. Semoga Allah Ta’ala segera membuka mata mereka sehingga dapat mengenal dan beriman kepada Imam Zaman. [aamiin]

Khotbah II

اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ

وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

 وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ!

 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ

يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ

أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Syahid (London-UK); Editor: Dildaar Ahmad Dartono. Sumber referensi: Majalah al-Fazl (لفضل انٹرنیشنل 4؍جون2021ءصفحہ5تا7)


[1] Malfuzhaat (ملفوظات جلد 3 صفحہ 96)

[2] Sirat Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam karya Hadhrat Ya’qub ‘Ali Irfani (ra) (سیرت مسیح موعودعلیہ الصلوٰۃوالسلام از حضرت یعقوب علی عرفانی صاحبؓ صفحہ 442)

[3] Izalah Auham bagian awwal, Ruhani Khazain jilid 3 halaman 182 (ازالۂ اوہام حصہ اول، روحانی خزائن جلد 3 صفحہ 182); Durre Tsamin berbahasa Persia halaman 107.

[4] Bherah ki sarzamin me eik nihayat iman afruz taqrir, Anwarul ‘Ulum jilid 22 halaman 84-86 (بھیرہ کی سرزمین میں ایک نہایت ایمان افروز تقریر، انوارالعلوم جلد22صفحہ84تا 86)

[5] Izalah Auham bagian awwal, Ruhani Khazain jilid 3 halaman 182 (ازالۂ اوہام حصہ اول، روحانی خزائن جلد 3 صفحہ 182); Durre Tsamin berbahasa Persia halaman 107.

[6] Khuthbaat-e-Mahmud jilid 33 halaman 221-223, khotbah Jumat 18 Juli 1952 (خطبات محمود جلد 33صفحہ 221تا 223 خطبہ جمعہ فرمودہ 18جولائی 1952ء)

Comments (1)

Tim Ahmadiyah.Id
25/05/2021, 14:51
Alhamdulillah tsuma Alhamdulillah.

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.