Kutipan Penjelasan Hadhrat Mushlih Mau’ud radhiyAllahu ta’ala ‘anhu pada tahun 1920 mengenai wabah dan bencana. Perbedaannya dengan tha’un pada zaman kehidupan Imam Mahdi atau Al-Masih yang dijanjikan.
Menanggapi komentar-komentar internal Ahmadi yang tidak tepat atau bahkan menyinggung perasaan kalangan lain.
Berbagai petunjuk bagi sukarelawan pada masa wabah. Berbagai petunjuk kepada para pedagang Ahmadi. Berbagai petunjuk kepada para Ahmadi umumnya.
Kutipan Penjelasan Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam
Dzikr-e-Khair (kenangan baik) atas Almarhum Yth. Tn. Nasir Ahmad Sa’id (ناصر احمد سعید), anggota Hifaazhat-e-Khas (Pengamanan Khusus) yang telah wafat pada tanggal 5 April 2020. Innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’uwn.
Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 10 April 2020 (Syahadat 1399 Hijriyah Syamsiyah/16 Sya’ban 1441 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Tilford, UK (United Kingdom of Britain atau Britania Raya)
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ. (آمين)
Wabah pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda belakangan ini benar-benar telah meresahkan dunia. Orang-orang menulis surat kepada saya mengungkapkan kegelisahannya. Mereka sedih karena orang-orang yang mereka kasihi, kerabat dan kawan mereka terdampak oleh penyakit, terlepas dari penyakit apapun itu. Dalam keadaan seperti ini banyak sekali kesedihan yang mereka ungkapkan seperti jika seseorang terkena sesuatu penyakit lain, maka jangan sampai wabah virus ini menyerang tubuh yang sudah lemah karena penyakit tersebut. Ada sebagian Ahmadi yang telah terkena virus ini. Alhasil, dunia telah dikepung oleh kegelisahan.
Ada seorang Muballigh yang menulis surat mengatakan, “Saya tidak memahami apa yang telah dan sedang terjadi ini.”
Benar apa yang dikatakan beliau bahwa hakikatnya orang-orang tidak paham apa yang tengah terjadi dengan dunia, namun Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran berkenaan dengan keadaan yang sesuai dengan saat ini, وقال الانسان مالھا ‘Wa qaalal insaanu maa lahaa’ – “Manusia akan mengatakan, ‘Apa yang telah terjadi dengannya?’”
Pada bulan Februari 1920 yaitu sekitar 100 tahun yang lalu, dalam menerangkan wabah wabah, kekeringan dan bencana, Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) menjelaskan ayat tersebut secara singkat, “Sebelum ini musibah datang sebagian-sebagian, namun saat ini telah tiba masanya pintu bencana tidak terhitung banyaknya telah terbuka.”[1]
Saya pun telah katakan sejak beberapa tahun yang lalu bahwa setelah pengutusan Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan semenjak beliau (as) memperingatkan dunia secara khusus akan adanya berbagai bencana dan musibah dari langit, maka terjadi peningkatan yang besar dalam jumlah bencana, badai, gempa bumi dan wabah. Wabah dan bencana ini pada umumnya datang untuk memperingatkan manusia supaya mereka memenuhi hak dan kewajiban terhadap Penciptanya dan juga makhluk-Nya. Jadi, dalam keadaan seperti ini kita dituntut untuk lebih banyak lagi bersujud di hadapan Allah Ta’ala dan menyadarkan dunia. Sebagian penyakit, wabah atau badai ketika melanda dunia, secara alami dampaknya dirasakan oleh setiap orang.
Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) bersabda:
“Memang benar beberapa musibah tidaklah berkaitan dengan kita, namun ketika kita hidup di dunia ini, sampai batas tertentu kita pun terpaksa menjadi bagian dalam banyak hal misalnya wabah penyakit atau kekeringan. Yakni kitapun termasuk didalamnya dan terkena dampaknya. Jemaat Ilahi tidaklah sama sekali dihindarkan dari itu, karena hal itu bertentangan dengan maslahat (rancangan) Ilahi.”
Namun, seorang beriman akan tunduk di hadapan Allah Ta’ala dan melewati kesulitan tersebut dengan memanjatkan rasa syukur. Seperti yang telah saya katakan, saat ini kita hendaknya secara khusus banyak berdoa kepada Allah Ta’ala dan memohon kasih sayang dan karunia-Nya. Untuk itu setiap Ahmadi hendaknya berusaha untuk tunduk di hadapan Allah Ta’ala.
Sebagian orang mengomentari bahwa wabah pandemi virus ini merupakan sebuah tanda sehingga (katanya) tidak perlu bagi kita untuk melakukan pencegahan atau pengobatan atau sejenisnya. Dengan mengatakan demikian, mereka memberikan komentar-komentar yang menyinggung perasaan orang lain. Kita tidaklah mengetahui apakah wabah ini merupakan tanda khusus atau bukan, namun secara umum sebagaimana telah saya katakan, begitu juga pada beberapa khotbah yang lalu telah saya sampaikan berkenaan dengan wabah ini bahwa musibah dan bencana bumi dan langit semakin meningkat drastis setelah diutusnya Hadhrat Masih Mau’ud (as). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan seperti itu namun tidak ada yang berhak mengaitkan wabah ini dengan wabah tha’un yang terjadi pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud (as). Tidak berhak juga mengatakan – nauzubillah – jika ada Ahmadi yang terkena penyakit ini atau wafat karenanya, berarti keimanannya lemah.
Wabah tha’un (pes atau kolera) pernah muncul sebagai suatu tanda bagi Hadhrat Masih Mau’ud (as) sementara di satu segi Hadhrat Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam pernah menyatakan orang yang wafat karena penyakit ini sebagai syahid. [2] Akan tetapi, dikarenakan wabah tha’un tersebut pada segi lain muncul sebagai tanda dan berkenaan dengan itu Allah Ta’ala telah mengabarkan secara khusus sebelumnya kepada Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan beliau (as) pun telah mengumumkan sebelumnya bahwa wabah ini merupakan tanda dan beliau juga memberikan berbagai bimbingan kepada Jemaat akan hal ini sehingga tha’un yang mewabah pada zaman Hadhrat Masih Mauud memiliki status yang berbeda.
Namun, bersamaan dengan itu Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda kepada Jemaat pada satu kesempatan bahkan memerintahkan Mufti Sahib untuk mengumumkannya di surat kabar-surat kabar bahwa beliau (Hadhrat Masih Mau’ud as) akan banyak berdoa untuk Jemaat semoga Allah Ta’ala menyelamatkan mereka. Tetapi, beliau (as) pun bersabda bahwa terbukti dari Al-Quran, ketika turun azab Ilahi, orang-orang baik pun terkena dampaknya bersamaan dengan orang-orang yang buruk, namun di akhirat nanti akan dihisab sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing. Jadi, orang-orang baik pun ikut terdampak seperti yang telah dikatakan tadi.
Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) bersabda bahwa hal tersebut merupakan hukum alam. Beliau (ra) pun bersabda:
“Perhatikanlah! Badai yang terjadi pada zaman Hadhrat Nuh ‘alaihis salaam pun menimpa pada semuanya. Jelaslah, meskipun tidak semua pria, wanita dan anak-anak mengetahui sepenuhnya kabar Hadhrat Nuh (as) telah mendakwakan dan apa saja bukti-buktinya, namun mereka pun tidak luput dari badai itu.”
Beliau (ra) bersabda:
“Berbagai kemenangan diraih dalam jihad dan itu semua merupakan tanda kebenaran Islam. Para sahabat ikut serta dalam jihad bersama Hadhrat Rasulullah Saw. berbagai kemenangan diraih dalam jihad. Setelah itu pada masa Khalifah Rasyidin pun terjadi jihad dimana terkadang mengalami kekalahan juga, namun secara umum umat Islam meraih kemenangan. Ini semua merupakan tanda kebenaran Islam. Namun dalam setiap peperangan itu, selain dari pihak Kuffar, pasukan Muslim pun ada yang terbunuh, dalam hal ini tidak hanya pihak musuh saja yang terbunuh. Meskipun jihad tersebut sebagai tanda, namun di dalamnya pihak Muslim pun ada yang terbunuh.”
Beliau (ra) bersabda,
“Umat Muslim yang terbunuh ketika itu disebut syahid. Begitu pula wabah tha’un merupakan tanda bagi kebenaran Jemaat. Dalam hal ini mungkin saja ada beberapa Ahmadi yang syahid kala wabah tersebut. Pertama, penuhilah hak-hak Allah, sucikanlah jiwa Anda dari hawa nafsu, setelah itu penuhilah hak-hak hamba-Nya. Berimanlah kepada Allah Ta’ala dengan keimanan sejati, teruslah berdoa kepada Allah Ta’ala dengan tadharru’ (merendah). Janganlah sampai ada hari yang di dalamnya kosong dari berdoa kepada Allah Ta’ala sambil menangis. Setelah itu tempuhlah juga sarana lahiriah dengan melakukan pencegahan. Siapa diantara kalian ada yang terdampak oleh takdir Ilahi berupa wabah Tha’un, bantulah sepenuhnya orang itu dan keluarganya yang ditinggalkan. Bantulah mereka dengan berbagai cara. Berikan bantuan sedapat mungkin untuk mengobatinya. Tempuhlah berbagai cara.”
Namun ingatlah, maksud membantu ini bukanlah dengan terinfeksi oleh nafas atau pakaian seseorang yang sudah terkontaminasi racun virus. Silahkan bantu, namun upaya kehati-hatian pun perlu. Perlu untuk terhindar dari itu semua supaya tidak sampai tertular. Hendaknya kita mengambil pelajaran bahwa siapa saja yang memberikan bantuan, perlu untuk berhati-hati, misalnya saat ini dihimbau untuk menggunakan masker dan yang lain-lainnya. Hal itu perlu ditaati. Begitu juga kita hendaknya menghindari untuk berkunjung ke rumah orang lain demi urusan yang tidak penting. Dalam hal ini pemerintah pun telah melarangnya sehingga hindarilah itu.
Saat ini di UK (Inggris), meskipun ada himbauan dan larangan dari pemerintah, orang-orang malah tetap berkumpul di taman. Yang diizinkan adalah sebatas berjalan untuk menghirup udara di tempat terbuka. Bukan untuk melakukan piknik di taman-taman. Itu adalah cara-cara yang keliru dan pemerintah berkali-kali menekankan hal ini. Begitu juga halnya dengan berjalan-jalan mengendarai mobil. Jika kita mengatakan bahwa kita pergi ke taman untuk menghirup udara segar atau untuk olahraga, maka pergilah dengan jalan kaki atau sepeda dari rumah. Keliru jika bepergian jalan-jalan menggunakan mobil. Saat ini pihak pemerintah daerah (di Inggris) telah mengumumkan bahwa areal-areal parkir telah ditutup, yakni tidak diizinkan memarkir mobil di area tertentu. Alhasil, para Ahmadi hendaknya menghindari perbuatan seperti itu.
Adapun bagi mereka yang diserahkan tugas memberikan bantuan, banyak sekali yang menjadi sukarelawan dan Khuddamul Ahmadiyah dan lain-lain pun berperan dalam hal ini. Lakukanlah tugas tersebut dengan penuh kehati-hatian dan doa. Janganlah bertindak ceroboh. Janganlah tanpa sebab menjerumuskan diri sendiri pada kebinasaan, karena sikap seperti itu merupakan kebodohan bukan keberanian. Berhati-hatilah.
Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda,
“Jika ada yang meninggal karena wabah ini, na’udzubillah, orang tersebut adalah syahid. Jenazahnya tidak perlu dimandikan lagi. Begitu juga tidak perlu dikafani. Jenazahnya diperlakukan seperti jenazah orang syahid.” (Ketika terjadi wabah thaun pada zaman itu)
Di sini pemerintah (Inggris) telah mengizinkan sampai batas tertentu dimana kita bisa memandikan jenazah begitu juga mengkafani. Beliau (as) tengah menggambarkan keadaan yang benar-benar sulit saat itu supaya jenazah terdampak wabah tidak perlu dimandikan dan dikafani.
Beliau (as) memerintahkan agar benar-benar menjaga kebersihan rumah, berkenaan dengan itu beliau memberikan perintah khusus dan bersabda, “Selain memperhatikan kebersihan rumah, jagalah juga kebersihan pakaian dan selokan-selokan.”
Di sini di UK sudah menggunakan sistem bawah tanah (sewerage system) seluruhnya. Adapun di negeri-negeri yang berkembang, tempat dimana selokan-selokan masih terbuka, penting sekali untuk menjaga kebersihan selokan-selokannya.
Selanjutnya secara khusus beliau (as) bersabda, “Yang paling utama adalah bersihkan hati dan jalinlah hubungan sejati dengan Allah Ta’ala.”
Dalam keadaan saat ini dimana setiap orang terdampak oleh wabah seperti telah saya katakan tadi banyak sekali yang menulis surat kepada saya, kita hendaknya memberikan perhatian yang khas akan hal-hal tadi. Kita hendaknya selalu ingat bahwa jalan untuk berdoa terbuka bagi kita. Kita harus bersujud di hadapan Allah Ta’ala disertai keyakinan bahwa Allah Ta’ala membuka jalan doa-doa bagi kita, Allah Ta’ala mendengarkan doa-doa. Jika kita tunduk di hadapan-Nya dengan segenap ketulusan, maka Allah mengabulkannya. Allah Ta’ala lebih mengetahui, dalam corak apa Dia mengabulkan doa kita.
Kita hendaknya mendoakan secara umum untuk diri sendiri, untuk orang terkasih, kerabat, untuk jemaat dan juga untuk kemanusiaan. Di dunia ini banyak sekali orang yang diantaranya ada juga Ahmadi yang tidak memiliki sarana untuk pencegahan, pengobatan, makanan dan minuman, semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka dan juga kita. Kita berupaya melalui jemaat untuk menyediakan pangan dan keperluan lainnya kepada para Ahmadi, namun meskipun demikian mungkin saja masih ada yang kurang. Bahkan di sini kita berusaha sebisa mungkin untuk dapat memberikan sarana pengobatan, makanan dan juga kemudahan lainnya kepada orang luar Ahmadi yang memerlukan. Kita melakukan pengabdian ini sama sekali tanpa pamrih, murni didasari semangat menolong.
Namun demikian, tetap saja sebagian orang yang dengki menuduh melalui media atau mereka yang mengaku dirinya Maulwi dengan mengatakan, “Apa yang dilakukan oleh para Ahmadi ini dengan membagikan makanan atau bantuan kesehatan semata-mata ada niat tabligh terselubung, supaya jalan tabligh mereka terbuka.”
Akan tetapi, bagi kita tuduhan tersebut tidak berpengaruh apa-apa, karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui niat dan semangat kita. Saya katakan lagi supaya saat ini kita banyak-banyak berdoa, berdoa dan berdoa. Semoga Allah Ta’ala melindungi jemaat ini dari berbagai sisi, anggota jemaat dan secara umum bagi jemaat. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada saya dan anda untuk banyak berdoa dan mendapatkan pengabulan doa.
Saya ingin sampaikan kepada para Ahmadi yang berdagang (bisnis), dalam keadaan seperti ini janganlah berusaha untuk mengeruk manfaat yang tidak perlu. Bukannya mengeruk keuntungan yang tidak perlu, khususnya penjual bahan pangan atau barang-barang yang diperlukan saat ini, jual-lah barang-barang tersebut dengan mengambil keuntungan yang serendah-rendahnya.
Saat ini merupakan kesempatan bagi kita untuk mengkhidmati kemanusiaan sesuai dengan yang dinasihatkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud (as) untuk menciptakan gejolak rasa simpati. Inilah saatnya bagi kita untuk memenuhi hak-hak makhluk, dan saatnya untuk meraih kedekatan dengan Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada setiap pedagang, apapun barangnya, supaya bukan mengeruk keuntungan yang tidak perlu, malahan dapat menjalankan usahanya disertai gejolak rasa simpatik dalam keadaan saat ini.
Sekarang saya akan sampaikan dzikr–e–khair untuk seorang karyawan pengkhidmat kita yang sangat mukhlis bernama Yth. Tn. Nasir Ahmad Sa’id (ناصر احمد سعید) yang telah wafat pada tanggal 5 April. Innaa lillaahi wa inna ilaihi raajiuwn. Almarhum lahir di sebuah desa di Daskah, Sialkot pada tahun 1951, di rumah Taj Din Sahib yakni ayah beliau. Beliau Ahmadi keturunan. Pendidikan beliau tidaklah tinggi, hanya sampai middle (Menengah). Pada tahun 1973 beliau ditugaskan sebagai anggota Pengamanan Khusus di bawah Departemen Nazarat Umur Amah (نظارت امور عامہ). Pada tahun 1983, dua tahun setelah Hadhrat Khalifatul Masih keempat hijrah dari Rabwah yakni 1985. Menurut hemat saya Hadhrat Khalifatul Masih ke-4 hijrah [ke London] pada bulan April 1984. Intinya, Almarhum dipindahtugaskan dari Rabwah (Pakistan) ke London (Inggris) pada tahun 1985 dan terus berkhidmat. Dari sisi umur, secara administrasi beliau pensiun pada bulan Oktober 2010. Namun setelah pensiun beliau terus melanjutkan tugas-tugasnya. Dengan karunia Allah Ta’ala dari sejak Khalifah ketiga sampai saat ini pada masa saya beliau mendapatkan kehormatan untuk melaksanakan tugas.
Almarhum memiliki banyak sekali keistimewaan. Beliau melaksanakan tugas dengan penuh kejujuran dan kesigapan. Beliau memiliki jalinan kecintaan yang sejati dan dalam dengan khilafat. Diantara keluarga yang ditinggalkan adalah istri beliau, Kultsum Begum Sahibah, seorang putra Khalid Said dan cucu. Khalid Sahib juga melakukan tugas sebagai anggota pengamanan khusus secara sukarela. Semoga Allah Ta’ala menjadikan beliau penuh dedikasi seperti sang ayah dan memberikan taufik untuk dapat mengikuti jejak langkah almarhum dan memberikan kesabaran kepada istri almarhum.
Sepupu Almarhum bernama Bpk. Mahmud di Rabwah seorang mantan tentara dan usianya lebih kurang sama dengan almarhum menuturkan, “Ayahanda almarhum mengatakan kepada almarhum, ‘Bekerjalah sebagai tentara atau pekerjaan lain.’
Almarhum menjawab, ‘Jika saya harus bekerja, saya akan memilih bekerja di Jemaat, jika tidak, saya akan mengurusi sedikit tanah kita.’ Setelah itu beliau berkhidmat di Jemaat.”
Kerabat beliau tersebut menulis, “Almarhum memperlakukan kerabat dengan penuh ketulusan dan kasih sayang dan sering membantu kerabat yang membutuhkan secara diam-diam.”
Anggota pengamanan khusus, karyawan di Rabwah, Bpk. Syakur menuturkan, “Dari tahun 1990 sampai 1998 saya mendapatkan kesempatan bertugas dengan almarhum. Saya selalu mendapati almarhum sebagai wujud yang setia dan taat kepada Khalifah. Beliau sangat jujur dalam urusan tugas. Beliau biasa tiba sebelum waktunya untuk bertugas. Beliau selalu menjaga pesan rahasia dengan baik dan menasihatkan hal yang sama kepada kawan-kawan, tidak menceritakannya kepada orang lain.”
Mayor Mahmud, yang merupakan Kepala Pengamanan Khusus menulis, “Almarhum adalah orang yang sangat setia. Ruh beliau hanya dan hanya berporos pada Khilafat. Beliau bersih dari kekotoran duniawi. Tujuan utama beliau adalah mengkhidmati agama. Selain berkhidmat, tidak ada pemikiran lain dalam diri beliau. Beliau memiliki hasrat mendalam untuk menghembuskan nafas terakhir ketika mengabdi pada Khilafat dan itulah yang benar-benar ditampilkan oleh almarhum. Beliau pun sangat luar biasa dalam menghidmati tamu. Beliau sangat menghargai kehormatan orang tua maupun muda. Sangat menghormati senior, tidak pernah protes dan selalu menganggap setiap perintah sebagai kewajiban.”
Bpk. Mayor juga mengatakan, “Beliau merupakan teladan luar biasa bagi para waqif zindegi dan memang demikianlah hakikatnya. Beliau berkhidmat tanpa pamrih sepanjang hidup.”
Seorang mahasiswa Jamiah Jerman, Bpk. Harun menulis, “Beberapa kali saya mengetahui, jika ada dua pihak yang sedang berselisih, almarhum berperan besar dalam mendamaikan mereka. Suatu hari saya bertanya kepada almarhum, ‘Apakah anda suka bepergian ketika cuti?’
Beliau menjawab, ‘Mengkhidmati khalifah, hadir dan melaksanakan tugas yang merupakan cuti bagi para waqif zindegi dan hendaknya tidak ada tujuan lain.’
Banyak sekali orang yang mengutarakan bagaimana ketinggian akhlak, pengkhidmatan tamu, keramahan dan pengasihnya beliau. Meskipun beliau tidak memegang jabatan tinggi dalam Jemaat namun meskipun melaksanakan pengkhidmatan yang sederhana namun dapat menarik hati semua orang. Siapapun yang berjumpa dengan beliau dibuatnya terkesan.”
Tn. Nasir Bajwah dari Jerman menuuturkan, “Beliau seorang yang berakhlak baik, memikirkan yang terbaik bagi setiap orang, setiap saat selalu siap mengkhidmati semua orang dan merasa senang ketika membantu orang lain. Beliau merasakan ketentraman ketika melakukannya.”
Seorang Khadim dari Amerika, Tn. Said Uwais juga menulis – surat-surat berdatangan dari banyak negara, tidak bisa disampaikan semuanya –, “Setiap kali datang dalam kesempatan lawatan ke Amerika, beliau senantiasa berjumpa dengan ceria, tidak pernah terlihat tanda-tanda kelelahan pada diri beliau, berjumpa dengan para Khuddam dengan kasih sayang dan menasihati mereka dengan kecintaan dan berusaha untuk menyemangati mereka. Beliau memiliki keistimewaan yang luar biasa dalam hal ini.”
Tn. Feroz Alim menulis, “Almarhum banyak memiliki keistimewaan. Beliau rendah hati, sederhana dan mengkhidmati sendiri tamu ketika beliau di sini.”
Kemudian beliau juga menuturkan mengenai kualitas ibadah beliau, “Di hari-hari ketika Hadhrat Khalifatul Masih IV sakit, saya melihat pada malam hari beliau berdoa di Masjid dalam shalat tahajud dengan penuh rintihan.”
Tn. Hasanat, sabiq (Mantan) Sadr Khuddamul Ahmadiyah Jerman yang juga seorang waqaf zindegi, menulis, “Saya merasa iri melihat keikhlasan beliau, totalitas beliau dalam melaksanakan tugas dan kesetiaan beliau kepada khilafat. Di satu sisi beliau sangat sederhana, di sisi lain ada suatu ma’rifat yang luar biasa dalam diri beliau. Saya mendapatkan banyak pelajaran dari beliau mengenai tugas-tugas dalam kedudukan saya sebagai Sadr Khuddamul Ahmadiyah. Beliau tidak pernah mengeluhkan mengenai kesehatan atau pun usia beliau. Ketika bertugas beliau selalu tampak muda seperti yang lainnya.
Saya beberapa kali melihat, beliau tidak suka apabila diperlakukan secara istimewa dikarenakan usia beliau yang lebih tua. Beliau ingin bertugas sebagaimana para khudam dan petugas security lainnya bertugas. Beliau menghormati yang lebih muda, memperlakukan kami dengan kasih sayang, kami merasa malu dengan sikap beliau kepada kami. Beliau biasa menyemangati para khudam yang sedang bertugas.”
Tn. Hasanat menulis satu hal yang sangat baik bahwa, “Orang-orang biasa memberikan training (pelatihan) dengan cara berbicara atau mengadakan camp pelatihan, namun training yang beliau berikan adalah dengan ketulusan beliau dalam bertugas, kesiagaan beliau, keikhlasan beliau dan doa-doa beliau. Ketika bertemu di kesempatan apa pun beliau selalu mengatakan, “Doakanlah semoga saya khaatimah bil khair (meraih kesudahan yang baik)”.
Tn. Khalid Ahmad yang bertugas di Russian Desk menulis mengenai banyak hal mengenai beliau. Di antaranya Tn. Khalid menulis, “Tidak hanya beliau sendiri secara diam-diam sering membantu orang-orang yang membutuhkan, bahkan beliau juga biasa menghimbau dan mengajak orang-orang yang berkecukupan dalam Jemaat untuk juga membantu saudara-saudara mereka yang miskin dan membutuhkan.
Kemudian salah satu keistimewaan beliau yang menonjol adalah penghormatan terhadap tamu. Khususnya pada hari-hari Jalsah sifat beliau ini sangat nampak. Beliau sangat menghormati tamu-tamu yang datang ke Jalsah. Tanpa melebih-lebihkan, beliau setiap hari pada pagi dan sore hari biasa mengundang para tamu yang datang dari markaz maupun dari negara-negara lainnya ke rumah beliau, tanpa sungkan beliau mempersilahkan mereka duduk dan menyuguhkan makanan yang spesial kepada mereka. Di samping itu beliau juga memberikan kepada setiap tamu sajadah yang biasa dihamparkan di Masjid sebagai tabarruk (hadiah).”
Tn. Athhar Zubair dari Jerman menulis, “Beliau secara istimewa memiliki hubungan kesetiaan dengan khilafat dan cara beliau berbicara sangat lembut dan penuh kasih sayang. Saya beberapa kali melihat, ketika terjadi pergantian shift (giliran pengamanan), apabila pegawai yang bertugas di shift selanjutnya datang terlambat, beliau tidak pernah mengeluh, bahkan bersyukur kepada Allah Ta’ala, ‘Saya mendapatkan waktu yang lebih dalam tugas menjaga Khalifah-e-waqt.’ Setiap saat beliau senantiasa siap untuk bertugas. Ketika sedang sakit beliau tetap tidak ingin cepat selesai dari tugas, bahkan ketika sakit beliau yang terakhir pun saya mendengar bahwa beliau berkata kepada putera beliau, ‘Pukul berapa sekarang? Ok, berarti hari ini jam tugas sudah berakhir, saya tidak bisa pergi untuk bertugas.’ Dalam keadaan sakit yang parah pun beliau masih memikirkan tugas.
Kemudian Tn. Hamzah Rashid menulis, “Beliau seorang yang penuh kasih sayang, seorang motivator, sosok yang sangat soleh. Beliau adalah teladan bagi para khudam. Beliau melaksanakan tugas-tugas beliau dengan penuh dedikasi, kerja keras dan kecintaan. Beliau sosok yang sangat mencintai khilafat. Beliau selalu mengatakan, “Kalian harus menjalankan tugas-tugas kalian dengan mencintai khilafat dan utamakanlah hal ini di atas hal-hal yang lainnya.”
Tn. Sayyid Thaha Anwar, mubaligh yang tugas di Indonesia menceritakan peristiwa yang terjadi di Calgary, Kanada pada tahun 2016.[3] Almarhum datang ke Indonesia untuk menyertai Hadhrat Khalifatul Masih IV (keempat) (rh) dan hal itu sering Almarhum ceritakan kepada saya (Hudhur). Tn. Sayyid Thaha Anwar menuturkan, “Suatu kali beliau datang ke Masjid dan di sini tidak ada fasilitas untuk mencuci pakaian, maka kami berkata kepada beliau, ‘Berikanlah kepada kami, kami akan mencucikannya di luar.’
Namun beliau dan seorang kawan beliau (Bajwa Sahib) menjawab, ‘Kami akan mencuci pakaian kami sendiri, kami ini adalah khadim, tidak sepatutnya bagi kami ada orang lain yang mencucikan pakaian kami.’ Kami sudah sedemikian rupa berusaha meminta pakaian beliau untuk dicucikan, namun almarhum tetap tidak memberikannya.”
Ini adalah hal-hal yang tampaknya kecil, namun dari hal-hal ini-lah dipahami ruh mendasar waqf zindegi bagaimana seharusnya seorang waqif zindegi, dan bagi para pemuda pun ada pelajaran dari peristiwa ini.
Tn. Adnan Zafar, Sabiq Muhtamim Maqami UK menulis, “Beliau sering kali secara khusus mengingatkan kami mengenai tugas-tugas kami”. Tn. Adnan juga menulis hal-hal yang khusus seperti memperhatikan makan dan minum dengan baik. Selain itu beliau menulis bahwa, “Almarhum mengajarkan saya untuk menghormati Khilafat dan menasihati saya mengenai cara untuk memperkokoh jalinan dengan khilafat. Kapan pun saya meminta saran kepada almarhum selalu mendapatkan masukkan yang bermanfaat.”
Tn. Athhar Ahmad, seorang karyawan Hifaazat-e-Khas (Pengamanan Khusus) menulis, “Saya telah bertugas selama 9 tahun. Saya bertugas di bidang umumi sejak 2011 hingga 2020. Kemudian saya bergabung dalam tim Hifaazat-e-khas, dan saya bertanya kepada almarhum Tn. Nasir Sa’id, ‘Tuan telah bertugas selama 48 tahun bersama dengan tiga khalifah, berikanlah saya nasihat supaya saya pun bisa menjalankan tugas seperti tuan.’
Beliau berkata, ‘Bukalah mata dan telinga tuan, tutuplah mulut tuan dan seiring dengan itu banyaklah berdoa.’
Nasihat ini secara umum sangatlah penting bagi setiap waqif zindegi. Bahkan mengamalkan hal ini adalah penting bagi setiap karyawan, pengurus dan pengkhidmat Jemaat. Ini adalah prinsip yang sangat penting yang harus diikuti.
“Setelah bertugas bersama dengan Lala Ji (orang biasa memanggil beliau Lala Ji), saya memahami bahwa ketika datang suatu perintah dari atasan maka harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Dan jika dikatakan kepada almarhum bahwa yang bertugas pada shift tertentu melakukan begini dan begitu, maka almarhum mengatakan, ‘Saya tidak tahu apa yang ia kerjakan, saya hanya akan melaksanakan sebagaimana yang telah diperintahkan.’”
Tn. Athar menuturkan, “Beliau secara khusus selalu memohon doa, ‘Selama saya hidup, semoga Allah Ta’ala menjaga saya tetap mampu berjalan, dan ketika waktunya tiba saya untuk dipanggil Allah Ta’ala, semoga saya dipanggil dalam keadaan masih mampu berjalan dan tidak menyusahkan orang lain.’”
Demikianlah perlakuan Allah Ta’ala kepada almarhum. Semoga Allah Ta’ala memberikan maghfiroh-Nya kepada almarhum dan meninggikan derajat almarhum. Semoga Allah Ta’ala memberikan kesehatan kepada istri beliau serta menganugerahkan ketabahan dan kesabaran. Semoga Allah Ta’ala menjaga putera beliau tetap menjalin hubungan dengan khilafat, demikian pula anak keturunan beliau.
Saya (Hudhur atba) mengenal beliau sejak beliau datang ke Rabwah untuk mengkhidmati Jemaat. Tentu saja apa yang ditulis semua orang mengenai beliau adalah benar. Almarhum seorang yang tulus dan memiliki ketaatan sempurna. Beliau wafat dalam situasi tidak banyak orang bisa hadir dalam pemakaman. Sejak lama beliau menderita penyakit jantung dan telah dilakukan juga prosedur angioplasti. Beberapa hari sebelumnya beliau sakit dan di bawa ke rumah sakit.
Para dokter di rumah sakit mengatakan bahwa ini adalah serangan jantung yang hebat. Kemudian belakangan para dokter mengatakan bahwa virus tersebut juga telah menyerang beliau. Namun, mengingat keadaan yang sedang terjadi sekarang ini Allah Ta’ala-lah yang Maha Tahu apakah beliau tertular sebelum masuk rumah sakit atau setelah di rumah sakit. Bagaimana pun, beliau sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit selama beberapa hari dan di sana juga-lah beliau berpulang ke hadirat Allah Ta’ala.
Dikarenakan peraturan yang diberlakukan di sini (Inggris) jenazah beliau tidak bisa dibawa ke sini (kompleks Masjid) dan selain beberapa kerabat terdekat tidak ada yang bisa hadir dalam pemakaman beliau. Kemudian ada juga persyaratan bagi jenazah bahwa pemakaman pun harus dilakukan di rumah duka (Funeral House). Alhasil, dikarenakan situasi saat ini saya pun akan memimpin shalat jenazah beliau di kesempatan yang akan datang, insya Allah. Sebagaimana yang telah saya sampaikan, banyak orang menulis mengenai kelebihan-kelebihan beliau. Semua yang ditulis itu adalah memang benar demikian. Seperti itulah keistimewaan-keistimewaan pada diri beliau.
Sebagaimana yang telah saya sampaikan, beliau meninggalkan dunia ini dalam keadaan tengah menunaikan pengkhidmatan dan janji beliau dengan penuh kesetiaan. Semua janji yang beliau lakukan dengan Allah Ta’ala telah beliau penuhi. Hal ini tampak kepada kita dalam kehidupan beliau. Dari sisi ini beliau termasuk golongan orang-orang yang mengenai mereka Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda bahwa mereka adalah syahid.
Semoga Allah Ta’ala memasukkan almarhum ke dalam golongan orang-orang yang syahid dan semua Ahmadi yang wafat disebabkan oleh penyakit ini, semoga Allah Ta’ala memberikan kasih sayang dan ampunan-Nya kepada mereka. Allah Ta’ala-lah yang lebih mengetahui apa yang terjadi pada mereka. Doa kita adalah semoga Allah Ta’ala memberikan kasih sayang dan ampunan-Nya kepada mereka semua. [aamiin]
Khotbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ
وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ –
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ‑
عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ!
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ –
أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Syahid (London, UK) dan Mln. Muhammad Hasyim. Editor: Dildaar Ahmad Dartono.
[1] Khotbah Jumat 06 Februari 1920, sumber: https://www.alislam.org/urdu/book/%d8%ae%d8%b7%d8%a8%d8%a7%d8%aa-%d9%85%d8%ad%d9%85%d9%88%d8%af/%d8%ac%d9%84%d8%af-6/
[2] Shahih al-Bukhari (الجامع المسند الصحيح المختصر من أمور رسول الله صلى الله عليه وسلم وسننه وأيامه), Kitab al-Washaya (كِتَاب الْوَصَايَا), (بَاب الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ), 2829. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah (saw) bersabda, الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ‘Asy-syuhadaa-u khamsatun: al-math’uunu wal mabthuunu, wal gharqu wa shaahibul hadmi wasy syahiidu fi sabiiliLlah.’ – ‘Syahid ada 5 macam: orang yang meninggal karena tha’un, orang yang meninggal karena penyakit di perut, orang yang meninggal karena tenggelam, orang yang meninggal tertimpa reruntuhan dan orang yang syahid di jalan Allah.’”
[3] Tentang hal ini telah saya konfirmasikan dengan Tn. Sayyid Taha Anwar.